PT. Rifan Financindo Pekanbaru - Sterling tergelincir ke bawah level 1.31 per dolar AS di sesi perdagangan Senin (17/Jul) sore ini. Poundsterling menurun setelah mencapai level tertinggi dalam 10 bulan, di akhir pekan lalu sehubungan dengan sell-off yang dialami oleh Dolar AS. Hari ini, trader memasang mata ke proses negosiasi Brexit selama empat hari yang dimulai di Brussels.
GBP/USD memulai sesi Eropa di awal pekan ini denhan penurunan sebanyak 0.1 persen menuju posisi, 1.3070. Padahal, pada hari Jumat minggu lalu, pair berjuluk Cable tersebut melonjak hampir 2 persen meraih level 1.3113 gegara data inflasi dan Penjualan Ritel AS yang di bawah ekspektasi. Kondisi ini diasumsikan sebagai penunda kenaikan suku bunga The Fed berikutnya. Terhadap Euro, Sterling cenderung flat. EUR/GBP diperdagangkan di angka 0.87643, sedikit terjungkit dari level 0.8745. Sore ini, Biro Statistik Eropa mengumumkan bahwa inflasi tahunan Zona Euro berada pada persentase 1.3 persen pada bulan Juni, menurun dari 1.4 persen pada bulan Mei. Poundsterling Dijerat Risiko PolitikSekretaris Urusan Brexit, David Davis, dikirim ke ibukota Belgia untuk berdiskusi dengan Kepala Negosiator Brexit Uni Eropa, Michel Barnier, sebulan setelah pertemuan mereka yang terakhir. Davis melaporkan bahwa mereka telah menciptakan permulaan yang baik, sehingga pertemuan minggu ini dapat berlanjut menghasilkan substansi yang lebih riil. Yang menjadi fokus investor dari pertemuan tersebut adalah bagaimana kelanjutan akses Inggris ke single market Uni Eropa setelah perceraian mereka. Menurut analis Commerzbank dalam catatan kepada kliennya, tampak bahwa pemerintah Inggris ingin mengambil langkah yang besar dalam negosiasi Brexit yang akan datang. Situasi ini akan menjadi situasi yang sulit bagi Poundsterling. Dalam jangka pendek, Poundtserling terpapar risiko bukan dari hasil negoasiasi Brexit-nya melainkan dari sikap pemerintah Inggris sendiri.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : PT.Rifan Financindo Sumber : seputarforex
0 Comments
Rifanfinancindo Pekanbaru - RIAUGREEN.COM Sebuah video yang diunggah oleh akun Tulfo News, 13 Juli 2017, menjadi viral.
Video ini menampilkan rekaman kamera nasib miris seorang TKW (tenaga kerja wanita) yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dalam video disebutkan, TKW itu berasal dari Filipina. Ia disebut bekerja di Arab. Dalam video, TKW tersebut terlihat sedang beraktivitas di dapur. Sementara, seorang pria, yang disebut sebagai majikannya, kemudian mondar-mandir di dapur tersebut. Ia mengambil makanan di dapur tersebut. Tapi, pria itu kemudian mendekap si TKW dari belakang. Tangannya menggerayangi tubuh dari TKW tersebut. TKW itu kemudian berusaha mengelak, tapi dia tidak menunjukkan ekspresi marah. Sementara, majikannya terus memburunya dan mencumbunya dari belakang. Video ini memancing banyak komentar pro kontra dari masyarakat. Tak semua merasa iba terhadap TKW tersebut. Ada juga netizen yang menyalahkan TKW itu. Penyebabnya, baju yang dipakai TKW itu terlalu tipis, sehingga memunculkan lekuk tubuhnya.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : riaugreen Rifan Pekanbaru - Indeks Harga Produsen AS secara tidak terduga naik di bulan Juni setelah adanya kenaikan biaya layanan yang mengimbangi penurunan harga minyak, menunjukan perlambatan trend inflasi baru baru ini hanya bersifat sementara.
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS pada hari Kamis (13/7) menunjukan Indeks Harga Produsen naik 0.1 persen selama bulan Juni setelah tidak berubah pada period Mei. Dalam kurun 12 bulan terakhir hingga bulan lalu, PPI telah naik sebanyak 2 persen atau melambat dari pertumbuhan 2.4 persen pada bulan Mei. Forecast ekonom melalui polling Reuters sebelumnya memprediksi PPI bulan Juni tidak berubah atau tumbuh 1.9 persn secara basis tahunan. Tampaknya penurunan harga bahan bakar dalam beberapa pekan terakhir khusus-nya bulan Juni berdampak cukup besar terhadap trend Inflasi Negeri Paman Sam yang disikapi ketua Fed, Janet Yellen pada testimoni di hadapan Kongres kemarin. Petinggi Bank Sentral AS tengah menyoroti tingkat Inflasi yang selama 5 tahun terakhir tetap bertahan di bawah target 2 persen dan mereka (The Fed) melihat adanya kemunduran trend inflasi baru baru ini yang membuat Investor meragukan prospek kenaikan suku bunga lanjutan 2017, meskipun pada akhirnya Yellen memberikan sinyal Rate Hike lanjutan karena menilai ekonomi AS sudah cukup stabil meski berjalan lambat. Yellen sebelumnya juga menegaskan bahwa perlambatan trend inflasi mungkin disebabkan faktor sementara dan melihat kokohnya pasar tenaga kerja dan belanja rumah tangga yang positif. Pada bulan lalu biaya layanan naik 0.2 persen yang menyumbang 80 persen untuk kenaikan Indeks Harga Produsen/ PPI. Terjadi kenaikan indeks sebesar 0.3 persen dalam layanan perdagangan diluar transportasi dan pergudangan yang merupakan kenaikan bulan ke-4 beruntun setelah naik 0.3 persen di bulan Mei. Sementara itu biaya layanan kesehatan tidak berubah di bulan Juni setelah turun 0.1 persen pada periode Mei. Harga energi turun 0.5 persen setelah turun 3 persen di bulan Mei dan harga makanan melonjak 0.6 persen (turun 0.2 persen bulan Mei). Jobless Claims Mingguan AS Turun Menurut data yang dipublikasikan oleh Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan adanya penurunan Jumlah klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir hingga tanggal 8 Juli. Jobless Claims turun tipis 3,000 menjadi 247,000 dimana sudah menjadi pekan ke-123 secara beruntun berada dibawah 300,000 yang menjadi ambang batas kesehatan pasar tenaga kerja. Survey The Fed mengenai ekonomi yang dipublikasikan hari Rabu lalu menunjukan kondisi pasar tenaga kerja semakin ketat untuk kedua sektor baik terampil maupun non terampil terutama untuk sektor Konstruksi dan IT.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Poundsterling membalas loss terhadap Dolar AS di sesi perdagangan Rabu (12/Jul) sore ini, menjauhi low dua minggu yang tersentuh pasca laporan data Ketenagakerjaan Inggris. Tingkat Pengangguran negara yang sedang dalam proses Brexit tersebut menurun, tetapi pertumbuhan gajinya masih saja tertinggal dari laju inflasi.
GBP/USD diperdagangkan pada harga 1.2859 saat berita ini ditulis, menghapus loss di angka 1.2812 yang tercapai beberapa saat setelah data tersebut dirilis. EUR/GBP berada pada kisaran 0.8915 dari sebelumnya di angka 0.8925. Sedangkan GBP/JPY menggeser naik posisinya, dari 145.54 menjadi 145.76. Biro Statistik Nasional Inggris (ONS) melaporkan, Tingkat Pengangguran merosot ke level 4.5 persen dalam tiga bulan hingga Mei, membentuk level rendah baru dalam 42 tahun. Jumlah orang yang keluar dari pekerjaaan, menurun sebanyak 64,000 dalam tiga bulan hingga Mei, masih menurut laporan yang sama. Sayangnya, data pertumbuhan upah tak sejalan dengan laju inflasi. Hal ini kian menambah kekhawatiran atas tekanan dalam standar taraf hidup warga Inggris di tengah kenaikan inflasi dalam ketidakpastian Brexit. Indeks rata-rata pendapatan, termasuk bonus, naik 1.8 persen dalam penyesuaian musiman selama tiga bulan hingga Mei. Perhitungan ini sesuai dengan prediksi, namun di bawah perolehan pada bulan sebelumnya yang mencapai 2.1 persen. Tekanan dalam Upah Riil berlanjut setelah Inggris mencapai inflasi 2.9 persen pada bulan Mei. Jika bonus tidak dimasukkan dalam perhitungan, maka Pertumbuhan Upah Inggris mencapai 2.0 persen dalam tiga bulan hingga Mei, dibandingkan dengan ekspektasi perolehan 1.9 persen. Pasca Pernyataan BroadbentSterling tertekan di sesi sebelumnya akibat pernyataan dari Deputi Gubernur BoE, Ben Broadbent. Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Skotlandia, Broadbent memperingatkan bahwa meskipun ada alasan untuk menaikkan suku bunga BoE, namun perlu diingat bahwa sangat banyak akibat berbahaya yang ditimbulkan karenanya. Merespon pernyataan tersebut, Sterling pun mengerut ke level yang sama seperti saat Trump memenangi Pemilu Presiden AS November lalu. Menurut Lee Hardman, analis MUFG London yang diwawancarai olehReuters, bagi siapa saja yang mengekspektasikan kenaikan suku bunga BoE pada bulan Agustus, jelas sudah bahwa hal itu mustahil dilakukan, bahkan walaupun BoE masih menekankan bahwa mereka sedang dalam jalur kenaikan. Dari sini, ekspektasi akan kenaikan suku bunga tahun depan makin besar. Lagipula, komentar lain dari pejabat BoE seperti Andy Haldane, masih menunjukkan dukungan terhadap suku bunga. Hal inilah yang menopang Pound dari kejatuhan, di tengah ketidakpastian politik Inggris.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Petang ini, salah seorang pejabat BoE, Andy Haldane, dijadwalkan akan menyampaikan pidato yang diekspektasikan akan menyinggung masalah suku bunga Inggris. Menjelang event tersebut, Poundsterling yang sempat melemah terhadap Dolar AS, mulai menunjukkan lonjakan kenaikan di sesi Eropa Selasa (11/Juli) sore ini. GBP/USD diperdagangkan di kisaran 1.2916 saat berita ini ditulis, dari posisi 1.2870 yang tercapai beberapa jam sebelumnya.
Komentar Pejabat BoE Dan The FedSelain Haldane, pada hari Kamis nanti akan ada pidato dari pejabat penting BoE lainnya, yakni Ben Broadbent. Tak jauh berbeda, Broadbent yang menjabat sebagai Deputi Gubernur BoE tersebut juga diharapkan dapat memberikan petunjuk baru mengenai suku bunga Inggris setelah terpaan data ekonomi Inggris yang mengecewakan minggu lalu. Bersamaan dengan itu, Ketua The Fed, Janet Yellen, juga akan menjabarkan testimoni setengah tahunannya dihadapan Kongres AS. Event ini jelas akan memengaruhi Pound dan Dolar AS. Saat ini, meski laju penguatannya melambat, Dolar AS secara umum masih menguat menantikan pidato Yellen. Analis dari Royal Bank of Canada (RBC) masih memasang trade dengan posisi Pound yang lebih lemah terhadap Dolar AS untuk pekan ini. "Pidato Broadbent yang akan memberikan jabaran lebih detil (tentang kenaikan suku bunga Inggris), di tengah melemahnya sektor ketenagakerjaan serta pertumbuhan upah, diperkirakan akan mencuri perhatian." Selain itu, optimisme terhadap kondisi bisnis di antara perusahaan jasa keuangan di Inggris dilaporkan merosot pada kuartal kedua di tahun ini. "Ada kemungkinan Sterling akan koreksi dari angka 1.3042," demikian tulis mereka yang dikutip oleh Reuters. Menurut RBC, sementara ini Sterling akan stabil di angka 1.2887 dan 0.8837 per Euro. RBC merekomendasikan trader untuk memasang short GBP/USD di angka 1.2895, dengan level target di angka 1.2635.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Harga minyak mentah kembali melemah sepanjang sesi perdagangan Senin (10/7), seolah melanjutkan penurunan tajam yang terjadi pada pekan lalu, setelah aktivitas pengeboran AS kembali naik dan berpotensi meningkatkan pasokan minyak global. Jatuhnya harga minyak juga dipicu oleh kenaikan produksi Libya dan Nigeria yang tidak dimasukkan dalam kesepakatan pembatasan output. Aktivitas pengeboran di kedua negara itu telah pulih setelah dihantam kerusuhan dalam beberapa tahun terakhir.
Harga Minyak Brent turun 51 cent menjadi $46.2 per barrel pada pukul 18:20 WIB, sementara harga Minyak AS turun 49 cent menjadi $43.74 per barrel. Bahkan harga minyak sempat menyentuh level terendah hari Jumat (7/7) pekan lalu. "Pasar Minyak berada dalam masalah dan terlihat rentan menuju angka yang lebih rendah (menurun)", papar pialang PVM dalam sebuah pernyataan tertulis. Sebelumnya, OPEC bersama dengan produsen minyak non-OPEC telah sepakat untuk membatasi produksi sampai Maret 2018 mendatang. Namun sepertinya kesepakatan itu sepertinya gagal mengurangi melimpahnya pasokan minyak global. Beberapa menteri utama OPEC dijadwalkan akan mengadakan pertemuan dengan perwakilan dari Negara non aggota di St. Petersburg, Russia pada tanggal 24 Juli mendatang untuk membahas situasi pasar minyak yang terancam terus menurun bila tidak ada upaya membatasi produksi. Perwakilan Kuwait juga mengatakan bahwa Libya dan Nigeria turut diundang dalam pertemuan tersebut dan produksi keduanya bisa ditutupi sebelum November, menurut Bloomberg. Selain itu pihak Libya juga telah mengkonfirmasi kehadirannya (siap berdialog) dengan memperhitungkan aspek ekonomi, politik dan kemanusiaan. Produksi Minyak AS Masih Bayangi Harga Minyak Upaya OPEC membatasi produksi minyak semakin sulit dilakukan, pasalnya aktivitas pengeboran AS dalam beberapa bulan terakhir terus meningkat. Perlu diketahui bahwa produksi minyak AS telah meningkat 10 persen sejak pertengahan 2016. Peningkatan jumlah Rig pekan lalu menjadi kenaikan ke-24 dalam 25 pekan terakhir yang menandai aktivitas pengeboran paling pesat sejak April 2015. “Ini (harga minyak turun) merupakan respon pasar terhadap kabar yang menyebutkan produksi minyak AS semakin meningkat,” bunyi pernyataan Commerzbank dalam sebuah catata tertulis. Pada pukul 20:21 WIB, Minyak WTI Future Agustus berada dilevel $43.92 per barrel atau turun 0.71 persen sejak pembukaan sesi hari ini.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pasca Lebaran terbilang cukup stabil. Menurut ekonom Sammuel Sekuritas Rangga Cipta yang dikutip oleh Antaranews, Rupiah masih berpeluang mempertahankan sentimen penguatan karena notulen FOMC The Fed terbaru menunjukkan keraguan terhadap laju kenaikan FFR (Fed Fund Rate atau suku bunga The Fed), karena dinilai terlalu cepat saat inflasi AS mulai melambat.
BI Optimistis Fundamental Ekonomi Pertahankan Kurs RupiahPada hari Kamis (06/Jul) siang ini, kurs Rupiah terhadap Dolar AS di bank-bank, tampil sedikit menguat dengan diperdagangakan pada harga Rp13,363 dari sebelumnya di angka Rp13,365. Sedangkan jika dilihat dari grafik kurs USD/IDR Bloomberg, menjelang sore, Dolar mulai naik cukup tinggi menuju nilai Rp13,386. Sementara itu, menurut Bank Indonesia (BI), fundamental ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat. Meski kenaikan inflasi Indonesia pasca lebaran sempat menjadi kekhawatiran, BI menilai bahwa inflasi masih terjaga. Mereka optimistis ekonomi Indonesia tetap mampu mendukung penguatan Rupiah. Bulan Juni lalu, inflasi dilaporkan mencapai 0.69 persen, secara historis lebih rendah daripada inflasi periode Ramadhan dan Idul Fitri sebelumnya. "Indonesia secara umum baik. Kalau kita lihat indikator Indonesia yang sudah keluar inflasi. Itu kalau kita bandingkan dengan enam tahun terakhir, kalau di lebaran itu kondisinya (saat ini) kita lebih baik," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Gedung BEI Selasa lalu, yang dikutip dari MetroTV News. Kendati demikian, nilai tukar Rupiah masih punya potensi melemah karena tekanan eksternal. Kondisi ekonomi AS yang terus menunjukkan data yang lebih baik daripada ekspektasi, menjadi pendukung kenaikan suku bunga The Fed lagi. Hal itu, menurut BI, bisa saja memberikan pengaruh bagi Indonesia. Terlebih karena Dolar AS cenderung menguat karenanya. Apabila Dolar menguat, maka mata uang lain termasuk Rupiah bisa melemah. The Fed sendiri sudah menaikkan suku bunga dua kali tahun ini. Menurut Agus, sejauh ini ekonomi Indonesia tak begitu terpengaruh karena ekonomi internal sudah lebih baik. Meski begitu, pihaknya tetap mengantisipasi rencana pengurangan balance sheet The Fed yang ditengarai akan berimbas pada seluruh mata uang di dunia, termasuk Rupiah.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Dolar Australia gagal meneruskan kenaikan yang telah dicetak di awal sesi perdagangan Senin (03/Jul) pagi tadi. Padahal, China, negara partner perdagangan utama Australia, baru saja melaporkan data PMI Caixin yang lebih baik daripada ekspektasi. AUD/USD diperdagangkan menurun 0.17 persen ke angka 0.7672 saat berita ini dirilis.
Indeks PMI Manufaktur China untuk bulan Juni mencapai angka 50.4, memantapkan langkahnya di level tinggi tiga bulan. Angka tersebut naik dari perolehan bulan Mei di posisi 49.6 sekaligus melampaui ekspektasi Reuters di angka 49.5. Iklan Lowongan Pekerjaan Dukung Data Ketenagakerjaan AustraliaDi samping laporan dari China, hari ini Australia sendiri juga merilis laporan survei Iklan Lowongan Pekerjaan selama empat bulan hingga Juni. Hasilnya, ada kenaikan sebanyak 2.7 persen pada bulan Juni, menyusul kenaikan 0.4 persen pada bulan Mei. Secara terperinci, survei bulanan yang dilakukan oleh Australia and New Zealand Banking Group (ANZ) tersebut mencatat bahwa iklan lowongan kerja mencapai jumlah 175,091, naik 10.5 persen dibandingkan pada bulan Juni tahun lalu, dan sekaligus menjadi yang tertinggi sejak tahun 2011. Laporan ini cocok dengan angka pengangguran Australia yang sudah menurun hingga level rendah empat tahun ke angka 5.5 persen. "Berlanjutnya perolehan dalam iklan lowongan kerja menunjukkan bahwa tren bagus ini berhasil dipertahankan," kata David Plank, Kepala Ekonom di Bank ANZ. "Menurut kami, menguatnya sektor ketenagakerjaan akan menjadi faktor kunci stabilisasi dan kemungkinan kenaikan dalam sentimen konsumen," sambungnya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa risiko penurunan ekonomi tidak menjadi-jadi, tambah Plank. Meskipun dua data ekonomi dilaporkan cerah, ada satu data ekonomi yang mengecewakan untuk Dolar Australia. Building Permit Australia dilaporkan mengalami penurunan cukup tajam. Untuk bulan Mei, Building Permit Australia merosot 5.6 persen (penyesuaian musiman), mencapai angka 16,448. Penurunan tersebut meleset dari ekspektasi penurunan 1.2 persen, dan tak lebih baik dari penurunan 4.4 persen pada bulan April.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Pada sesi perdagangan hari Rabu pagi ini (21/6), harga minyak tertahan di level rendah. Investor dan trader di pasar futures mengabaikan laporan bahwa para produsen minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) telah sepenuhnya melaksanakan pemangkasan produksi.
Pelaksanaan Kuota Sudah FullHarga minyak Brent ditutup anjlok 1.9% pada akhir perdagangan hari Selasa, mencatat harga settlementterendah sejak bulan November lalu. Pagi ini, penurunan berlanjut sebanyak 9 sen ke $45.93. Sementara itu, minyak mentah AS (WTI) melorot 2% di hari Selasa dan turun 5 sen ke $43.46 saat berita ini ditulis. Penurunan harga ini terjadi walaupun OPEC telah memberlakukan kembali aturan kuota bagi mayoritas negara anggotanya serta berjanji membatasi output, setidaknya hingga Maret 2018. Menurut berita terkini, pelaksanaan kesepakatan pembatasan output oleh negara-negara OPEC mencapai 108% pada bulan Mei. Sementara pelaksanaan oleh negara-negara non-OPEC dalam kesepakatan yang sama, sudah 100 persen. Antisipasi Data EIA"Kurangnya respon positif pada harga minyak jelas menunjukkan partisipan pasar tak yakin kalau upaya OPEC akan membantu menopang harga secara signifikan dalam jangka pendek, karena suplai minyak shale terus meningkat di Amerika Serikat," kata Fawad Razaqzada, analis di broker Forex.com, sebagaimana dikutip oleh Reuters. Lanjutnya lagi, "Kecuali kita melihat pengurangan besar dalam persediaan (stok/inventori) minyak, tetap ada kemungkinan penurunan harga minyak lebih jauh dalam jangka pendek." Tadi pagi, lembaga American Petroleum Institute (API) melaporkan dalam data mingguannya bahwa persediaan minyak mentah AS telah menurun -2.720 juta barel, lebih dalam dibanding perkiraan -2.100 juta barel. Seharusnya laporan itu menjadi kabar baik bagi harga minyak, tetapi ternyata tetap diabaikan oleh pasar yang khawatir data resmi versi Energy Information Administration (EIA) menunjukkan peningkatan drastis persediaan gasoline lagi seperti dalam laporan pekan lalu. Laporan EIA yang biasa dirilis setiap Kamis malam ini seringkali berbeda dengan data API.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat :PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Mata uang tunggal Euro kembali melanjutkan pergerakan bullish pada sesi perdagangan hari Rabu (28/6), hingga menyentuh level tertinggi sejak Agustus 2016 lalu. Di samping itu, Yields Obligasi 10 tahunan Jerman juga ikut naik setelah kenaikan tajam pada hari sebelumnya.
Investor melihat adanya indikasi Bank Sentral Eropa siap mengurangi program stimulus senilai 2 Triliun Euro. Karenanya, Euro naik hingga menyentuh level 1.1384 nyaris menuju 1.14 (tertinggi 10 bulan). Kenaikan Euro seolah menjadi awal yang bersemangat untuk pasar Eropa. Namun, sayangnya lonjakan mata uang Euro hari ini tidak diikuti oleh saham-saham Teknologi. Saham-saham teknologi melemah cukup dalam akibat serangan cyber, sehingga membuat sebagian bursa saham Eropa turun ke level terendah dua bulan. Pada pukul 18:00 WIB, Euro berada di level 1.1356 dan berpotensi mengincar level 1.14 setelah Presiden ECB, Mario Draghi, pada hari sebelumnya mengatakan masih memungkinkan membuka pintu bagi perubahan kebijakan. Walaupun, Draghi mengaku masih menginginkan stimulus guna mendongkrak inflasi. “Saya pikir Euro sekarang sedang mendapatkan momentum cukup signifikan dan saya berpikir akan membangun konfirmasi lanjutan mengenai sejumlah pemberitahuan Tapering tahun ini. Jadi saya akan mengambil posisi long (buy) pada Euro hingga akhir tahun”, ucap David Stubb, Ahli Strategi Market Global Manajemen Aset JP Morgan kepada Reuters Indeks Dollar, yang mengukur kekuatan Greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0.14 persen ke level 96.26. Melemahnya Indeks Dollar salah satunya disebabkan oleh Euro yang menguat sebesar 0.5 persen hingga mendekati 1.14, sementara sebagian Investor tengah menanti pidato pembuat kebijakan ECB untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat :Rifanfinancindo Sumber : seputarforex |
Archives
September 2021
Categories |