Rifanfinancindo Pekanbaru - Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan kebijakan moneter dengan tidak mengubah suku bunga acuan pada pengumuman hasil rapat, yang berlangsung di hari Kamis (26/April) siang waktu setempat. Presiden ECB, Mario Draghi, melontarkan pernyataan cukup hawkish sehingga sedikit menghapus kekhawatiran terkait tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi Zona Euro baru-baru ini.
Baca Juga :
Setelah berkomentar pada bulan lalu yang mengatakan pertumbuhan ekonomi solid, Mario Draghi malam ini mengatakan bahwa ekonomi tetap kuat, meski ia mengakui ada sedikit tekanan dari ekspektasi akhir tahun lalu tentang pertumbuhan di tahun 2018. "Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Uni Eropa diproyeksikan akan tetap kuat, dan kekuatan yang mendasari ekonomi kawasan semakin menyakinkan kami bahwa tingkat Inflasi akan naik mendekati target 2 persen dalam jangka menengah," ucap Draghi dalam sebuah konferensi pers setelah pengumuman hasil rapat kebijakan ECB. Pertumbuhan ekonomi Uni Eropa yang mencatatkan kondisi ekspansi dan diikuti oleh penciptaan pekerjaan baru dalam beberapa tahun terakhir, memicu perdebatan utama di antara pembuat kebijakan ECB mengenai seberapa cepat program stimulus akan diakhiri. Baca juga:
Dengan demikian, secara khusus para pembuat kebijakan (policymakers) harus mencapai kesepakatan tanggal tentang rencana penghentian program pembelian obligasi senilai 2.55 triliun Euro. Perlu diketahui, kebijakan ultra longgar ECB tersebut membuat biaya pinjaman menjadi lunak dan menghidupkan kembali perekonomian Uni Eropa yang sempat terkena resesi hampir sedekade lalu. Ekonom yang disurvei Reuters mengatakan jika kemungkinan besar program pembelian obligasi ECB akan berakhir tahun ini, dan memperkirakan kenaikan suku bunga pertama Bank Sentral Eropa sudah akan terlihat setidaknya pada kuartal kedua 2019. Namun potensi perang dagang antara AS dan China juga ikut menjadi perhatian, karena dinilai dapat berdampak buruk bagi ekonomi Zona Euro. Masih Hati-Hati Karena Risiko Perang DagangDengan skema program pembelian obligasi akan berakhir pada bulan September mendatang, ECB harus memutuskan pada pertemuan bulan Juni atau Juli, mengenai kepastian apakah akan tetap melanjutkan program stimulus atau menghentikannya. Namun dengan risiko perdagangan global yang tetap "menjulang", ECB diperkirakan akan memutuskan bila sudah benar-benar yakin mampu bertahan dari dampak Trade War. Selain perang dagang, risiko lain yang perlu dipertimbangkan oleh para pembuat kebijakan ECB adalah sentimen bisnis Jerman (terutama pada sektor ekspor) yang tengah terpukul. Pada pukul 21:00 WIB, pergerakan Euro terhadap Greenback terpantau cukup volatil dan diperdagangkan pada level 1.2165. Sebelumnya, EUR/USD sempat menyentuh level harian tertinggi 1.2209, sesaat setelah konferensi pers ECB di awal sesi New York. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
0 Comments
RIFAN FINANCINDO - Kurs Rupiah melemah terhadap Dolar AS. Sejengkal lagi, Rupiah akan tembus Rp14,000 per dolarnya. Pada hari Selasa (24/Apr) siang ini, nilai tukar Rupiah dibuka pada level Rp13,922, sedikit menguat dibandingkan dengan level penutupan kemarin di posisi Rp13,975 per Dolar AS, dengan dukungan intervensi Bank Indonesia. Menurut grafik USD/IDR Bloomberg, nilai tukar Rupiah berada pada posisi Rp13,895, saat berita ini ditulis pada pukul 12:00 WIB. Angka itu hanya menguat 2 poin dari posisi Rp13,892 sebelumnya. Sementara menurut kurs JISDOR BI, kurs Rupiah pas di level Rp13,900 per dolar AS hari ini, lebih lemah dibandingkan dengan level Rp13,894 kemarin. Baca Juga :
Dolar AS Menguat Akibat Lonjakan Yield Obligasi Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, kondisi lemahnya nilai tukar Rupiah dalam beberapa waktu terakhir ini adalah imbas dari menguatnya Dolar AS. Tak hanya Rupiah, Agus mengatakan bahwa hampir semua mata uang dunia tumbang menghadapi Dolar AS akhir pekan lalu. "Mata uang AS (dolar AS), yang pada hari Jumat (20/Apr) kemarin menguat tajam terhadap semua mata uang dunia, termasuk Rupiah, pada hari Senin (23/Apr), ini sudah kembali mengalami penguatan secara meluas," kata Agus dalam keterangannya dari Washington DC hari ini yang dikutip dari Kompas[dot]com. Penguatan Dolar AS, lanjut Agus, disebabkan oleh lonjakan yield obligasi pemerintah AS yang tembus level 3 persen, ditambah dengan ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed). Tak dipungkiri pula, berdasarkan data resmi, indikator-indikator Ekonomi Amerika Serikat menunjukkan perbaikan tahun ini. Potensi perang dagang antara AS dan China juga turut ambil bagian. Oleh sebab itulah, para investor memburu aset-aset berdenominasi Dolar, sehingga membuat Dolar AS menguat. Baca juga:
Hasil intervensi sejauh ini juga dipaparkan oleh Gubernur BI tersebut. Depresiasi Rupiah Senin ini hanya -0.12 persen, lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang-mata uang negara Asia lain terhadap Dolar AS. Yang terparah adalah Baht Thailand yang mengalami depresiasi sampai -0.57 persen. Penguatan Dolar AS diperkirakan masih akan berlangsung, setidaknya sampai Bank Sentral AS kembali menaikkan suku bunga dan faktor pemicu penguatan Dolar AS mengendur. BI akan mengawasi dan mengawal Rupiah agar pelemahannya tidak parah. Agus menutup pernyataannya dengan mengatkan bahwa BI akan tetap berada di pasar agar stabilitas Rupiah terjaga sesuai fundamentalnya. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
PT Rifan Financindo - Harga minyak jatuh pada awal perdagangan hari Senin ini (16/April), setelah Amerika Serikat dan sekutunya melancarkan serangan misil ke Suriah pada akhir pekan. Pasalnya, selain memperhatikan dampak konflik di kawasan Timur Tengah, pelaku pasar juga mengkhawatirkan kenaikan laju produksi minyak AS yang kian meninggi.
Baca Juga :
Saat berita ditulis, harga minyak mentah tipe Brent telah merosot lebih dari 1 persen ke USD71.80, sedangkan West Texas Intermediate melorot 0.9% ke USD66.76 per barel. Padahal, pada perdagangan hari Jumat, Brent ditutup pada USD72.54 dan WTI pada USD67.36. AS vs Timur TengahAmerika Serikat, Prancis, dan Inggris telah meluncurkan 105 misil pada hari Sabtu lalu, dengan sasaran lokasi-lokasi yang disinyalir sebagai pabrik senjata kimia di Suriah, sebagai "balasan" atas serangan gas beracun di Douma tanggal 7 April yang mengakibatkan sedikitnya 70 korban sipil tewas. Presiden Trump menyampaikan pada Parlemen AS tadi pagi bahwa serangan lanjutan bisa dilakukan bila Pemerintah Suriah melancarkan serangan gas beracun lagi. Baca juga:
"Investor terus khawatir mengenai dampak konflik yang lebih luas di Timur Tengah," kata ANZ Bank. Meskipun Suriah bukan termasuk negara produsen minyak utama, tetapi Timur Tengah merupakan pusat ekspor minyak dunia, sehingga ketegangan di kawasan ini cenderung meningkatkan kewaspadaan pelaku pasar. Namun demikian, pelaku pasar yang diwawancarai Reuters menyatakan bahwa ada faktor lain di samping ketidakpastian dampak serangan Barat ke Suriah tersebut. Pasar juga mendapatkan tekanan akibat pesatnya aktivitas pengeboran minyak di AS. Menurut laporan Baker Hughes, jumlah oil drilling rigs meningkat 7 buah ke angka total 815 dalam periode sepekan yang berakhir tanggal 13 April. Angka total 815 merupakan yang tertinggi sejak Maret 2015. Padahal, data tersebut merupakan proxy indicator bagi laju produksi di negara produsen minyak terbesar kedua dunia ini. Kenaikan rig count dalam jangka panjang dapat membebani harga minyak, meskipun OPEC menerapkan kesepakatan kuota yang cukup ketat dan konflik di Timur Tengah terus berkobar. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
Rifanfinancindo Pekanbaru - Euro menghapus perolehannya terhadap Dolar AS di sesi perdagangan Selasa (17/Apr) sore hari ini. EUR/USD jatuh dari puncak 1.2400 menuju ke angka 1.2372. Penurunan Euro terjadi setelah laporan Kepercayaan Ekonomi Jerman yang dirilis ZEW.
Baca Juga :
Baca juga:
Ekspektasi inflasi para investor merosot secara signfikan di awal kuartal kedua, berlawanan dengan sinyal-sinyal kenaikan tekanan inflasi utama dan meningkatnya forecast dari sektor rumah tangga. Penurunan tipis yang terjadi pada outlook inflasi pasar berlawanan pula dengan ekspektasi kenaikan jangka pendek dan peningkatan suku bunga dalam jangka panjang. Pada akhirnya, outlook ekuitas tampak beragam terhadap indeks-indeks utama, tetapi secara keseluruhan tidak terlalu berpengaruh. Dolar AS Masih Dipengaruhi Konflik SuriahDi sisi lain, pergerakan Dolar AS sebagai rival Euro masih tak menentu, dilatarbelakangi oleh masalah ketegangan geopolitik dengan Suriah. Presiden Rusia Vladimir Putin yang berdiri di pihak Suriah mengutuk tindakan Barat. Putin mengatakan serangan dari pihak Barat ke Suriah dapat menimbulkan kekacauan keamanan global. Pernyataan Putin ini muncul di tengah tekanan dari AS yang berencana untuk menerapkan sanksi ekonomi pada Rusia. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
Rifan Financindo Pekanbaru - Kuala Lumpur Kepolisian Malaysia sedang melacak empat terduga teroris terkait kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Empat orang itu diduga merencanakan aksi terorisme di Malaysia, termasuk menyerang tempat ibadah.
Seperti dilansir Channel News Asia, Senin (16/4/2018), Kepolisian Malaysia menuturkan enam anggota sel ISIS telah ditangkap oleh unit antiterorisme Johor antara 27 Februari hingga 1 Maret lalu. Namun empat anggota ISISlainnya masih buron. Kepolisian Malaysia menyatakan empat orang yang buron itu 'berbahaya' untuk publik. Empat terduga teroris yang sedang diburu polisi itu terdiri atas tiga warga Malaysia dan satu warga Thailand. Baca juga:
Dua orang di antaranya yang diidentifikasi bernama Muhamad Faizal Muhamd Hanafi dan Muhamad Hanafi Yah diketahui berasal dari Kelantan. Satu orang lainnya yang bernama Nor Farkhan Mohd Isa dilaporkan berasal dari Johor. Satu warga Thailand yang juga diburu diidentifikasi bernama Awae Wae-eya yang berusia 37 tahun. Kepolisian Malaysia menyebut empat orang yang diburu itu berencana menculik dan membunuh sejumlah polisi setempat dan menyerang tempat ibadah non-muslim di Malaysia. Baca juga:
Polisi meminta agar publik yang memiliki informasi soal empat terduga teroris itu untuk segera menghubungi pihak berwenang atau mendatangi kantor polisi terdekat. Kepala Kepolisian Malaysia, Mohamad Fuzi Harun menegaskan, siapa saja yang diketahui menyembunyikan informasi, membantu atau melindungi tersangka bisa dijerat hukuman penjara 7-30 tahun. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : news.detik Baca Juga Di :
PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA PEKANBARU - Dolar AS melemah terhadap mata uang-mata uang mayor sejak pagi hingga sesi perdagangan Rabu (11/Apr) sore ini. Kondisi tersebut merupakan pembalikan dari penguatan yang tercapai pasca pidato Presiden China kemarin. Penurunan Dolar kali ini disebabkan oleh keresahan pasar akan masalah Suriah.
Baca juga:
Perang Dagang AS-China Mereda, AS-Rusia Memanas Karena SuriahKekhawatiran akan perang dagang AS-China mulai mereda setelah kepala negara dua negara tersebut memberikan klarifikasi. Presiden Xi berpidato untuk menciptakan perekonomian China yang lebih terbuka dan berencana menurunkan bea impor otomotif. Sedangkan Presiden AS, Donald Trump, menyampaikan apresiasinya terhadap pidato Presiden Xi. Melalui akun Twitternya, Trump berterimakasih karena Xi Jinping telah menyampaikan kata-kata yang baik serta pencerahan dalam sektor kekayaan intelektual dan teknologi. Dengan demikian, tensi perang dagang AS-China pun mendingin. Setelah perang dagang, kini pasar dihadapkan pada gejolak politik lain yakni Suriah. AS dan sekutunya sedang menyusun rencana untuk melancarkan serangan militer ke Suriah di akhir pekan ini, sebagai respon atas kecurigaan kepemilikan senjata kimia oleh presiden negara Timur Tengah tersebut. Sebaliknya, Rusia justru mendesak AS agar tidak melakukan serangan militer. Dalam rapat Dewan Keamanan PBB Selasa (10 April) lalu, perwakilan Rusia dan AS berselisih tentang serangan senjata gas beracun yang diduga dilancarkan oleh Bashar al-Assad akhir pekan kemarin. AS merasa perlu memberikan hukuman terhadap al-Assad atas hal ini, tetapi Rusia menentang keras rencana tersebut. Negara pimpinan Vladimir Putin itu terhitung sudah 12 kali memveto keputusan DK PBB yang terkait dengan konflik Suriah. Baca juga:
USD/JPY Bisa Tertekan Di Bawah 108Dolar AS yang diburu setelah meredanya perang dagang, kini kembali ditinggalkan. Para investor kembali ke aset-aset safe haven seperti Yen begitu gejolak geopolitik Suriah meningkat. USD/JPY turun 0.15 persen dan diperdagangkan di posisi 106.95, dari 107.03. Di sisi lain, EUR/USDnaik dan diperdagangkan di angka 1.2376. Stephen Innes, analis OANDA mengatakan pada Reuters bahwa USD/JPY diperkirakan akan terus berada di bawah level 108 dalam jangka pendek. Pasalnya, kemungkinan perang dagang memang mereda, tetapi belum berakhir. Gejolak gepolitik Suriah, menurut Innes juga akan menekan Dolar AS di bawah 108 yen. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
RIFANFINANCINDO BERJANGKA PEKANBARU - Sebuah survey yang dilakukan Bloomberg mengungkap fakta bahwa produksi minyak OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries) merosot hingga mencapai level terendah 12 bulan pada bulan Maret 2018. Kabar ini turut mendorong kenaikan harga minyak kembali, setelah sebelumnya sempat diguncang isu perang dagang AS-China.
Baca juga:
Minyak Venezuela Jadi Rebutan China-Rusia Keempat belas negara OPEC telah menjalankan kesepakatan pemangkasan output dengan menjaga level produksi minyak tetap rendah, kecuali Irak. Bahkan, sejumlah negara diantaranya memproduksi jauh lebih sedikit dibanding komitmen kuota awal mereka. Penurunan produksi minyak OPEC dalam periode Maret 2018 mencapai 170,000 barel per hari (bph), sehingga menyisakan angka total 32.04 juta bph. Venezuela hanya memproduksi 1.51 juta bph, meskipun kuotanya mencapai 1.97 juta bph. Krisis ekonomi yang melanda negeri ini mengakibatkan produksi minyak sulit mencapai full-capacity, sehingga laju produksi jatuh 100,000 bph dalam bulan Maret, melanjutkan kemerosotan yang telah berlangsung sejak tahun lalu. Di sisi lain, beredar rumor yang menyebutkan bahwa China dan Rusia kemungkinan akan mengambil alih kendapi perusahaan BUMN Migas Venezuela sebagai pembayaran utang yang makin lama makin menumpuk. Tahun lalu, Venezuela sudah mengirim sekitar 330,000 bph minyak secara nyaris cuma-cuma sebagai pembayaran sejumlah kecil utangnya pada China. Baca juga:
Tiga negara OPEC lainnya yang memangkas produksi jauh lebih besar ketimbang komitmen awal adalah Aljazair, Libya, dan Arab Saudi. Produksi Aljazair menurun lantaran musim maintenance, sedangkan Libya kembali terpaksa menutup sejumlah ladang minyak karena protes karyawan. Arab Saudi tak mengalami masalah tertentu, tetapi laju produksinya memang telah mengalami penurunan secara konsisten dalam setahun belakangan, menjelang IPO Saudi Aramco. Harga Minyak Naik Dari Terendah Dua Pekan Dalam rilis laporan berbeda, persediaan minyak (inventories) Amerika Serikat mengalami penurunan lebih besar dibanding ekspektasi. Dalam data versi Energy Information Administration (EIA), persediaan minyak mentah AS merosot 4.62 juta barel pekan lalu. Padahal, sebelumnya data diekspektasikan menunjukkan peningkatan sebanyak 1.40 juta barel. Laporan mengenai penurunan produksi minyak OPEC dan persediaan AS tersebut menopang kenaikan harga minyak kembali. Saat berita ditulis pada sesi perdagangan Asia hari Kamis ini (5/April), harga minyak Brent telah naik ke USD68.31 per barel, setelah sebelumnya sempat anjlok ke kisaran USD67.50 pada hari Senin. Sementara itu, harga minyak WTI meningkat hingga USD63.64 per barel, merangkak naik dari level terendah dua pekannya pada kisaran USD62.09. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
PT Rifan Financindo Pekanbaru - Kurs Rupiah menguat terhadap Dolar AS di Senin (09/Apr) siang ini, grafik USD/IDR Bloomberg menunjukkan penurunan sebanyak 0.12 persen ke angka 13,762. Itu artinya, ada penguatan yang dialami oleh Rupiah dibandingkan dengan nilai tukar di perdagangan sebelumnya, yakni di harga 13,770. Kendati demikian, menurut kurs referensi USD/IDR JISDOR, nilai tukar Rupiah per 9 April 2018 berada di kisaran 13,771, tak berubah dibandingkan dengan harga di akhir pekan.
Baca juga:
Hari ini, pergerakan Dolar AS terbilang stabil walaupun masih diliputi kekhawatiran tentang gejolak perang dagang AS-China. Selain itu, menurunnya data tenaga kerja AS Non Farm Payroll untuk bulan Maret yang dilaporkan pada Jumat lalu, sempat memberikan tekanan terhadap Greenback. Perlu diketahui, AS dan China sedang terlibat perang statement. Setelah Donald Trump berencana akan menambah bea impor terhadap barang-barang China yang masuk ke negaranya, China pun membalas dengan mengeluarkan pernyataan akan melakukan "pembalasan sengit", terkait kebijakan perdagangan kedua negara tersebut. Gejolak geopolitik pun kembali memanas karenanya. Analis Barclays, Shinichiro Kadota mengatakan pada Reuters bahwa sentimen penghindaran risiko sudah tidak segencar beberapa pekan sebelumnya. Oleh sebab itu, menurutnya Dolar AS sudah tak lagi dalam fase ekstensi penurunan, meski juga akan cukup sulit untuk menjadi sangat kuat. Baca juga:
Sementara itu, dari pihak BI, Dody Budi Waluyo, meminta agar pasar tidak bereaksi berlebihan terhadap pergerakan kurs Rupiah sekarang ini dan tetap percaya diri. Dodi menekankan bahwa kondisi domestik aman dan mendukung Rupiah. Apabila ada tekanan, hal tersebut datang dari sisi eksternal. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : PT Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Poundsterling melemah, sedikit tergelincir terhadap Dolar AS dan Euro di hari Kamis (05/Apr) sore ini, pasca laporan PMI Jasa Inggris. Data mengenai pertumbuhan aktivitas sektor jasa di Inggris tersebut melaporkan laju yang paling lambat sejak Vote Brexit pada bulan Juni 2016.
Baca juga:
Cuaca dingin yang buruk sehingga menyebabkan salju tebal, berikut melemahnya permintaan konsumen, menjadi beban bagi aktivitas sektor jasa di Inggris pada bulan Maret. Indeks PMI Jasa Inggris yang dirilis oleh Markit menunjukkan penurunan ke angka 51.7 dari 54.5 pada bulan Februari. PMI Konstruksi Inggris juga menunjukkan penurunan yang sama pada hari Rabu kemarin, meskipun sektor manufaktur masih lebih baik. GBP/USD diperdagangkan pada kisaran 1.405 setelah rilis data tersebut, turun dari sebelumnya di angka 1.409. Sedangkan EUR/GBP diperdagangkan di angka 0.8731, dari sebelumnya di angka 0.8717. Baca juga:
Jordan Rochester, analis forex dari Nomura, mengatakan bahwa reaksi Pound terhadap data tersebut hanyalah respon kecil. Hal itu karena survei menunjukkan bahwa input harga mengalami kenaikan. Itu artinya, inflasi masih berada di atas target dan BoE perlu segera mengambil tindakan. "Itu (data PMI Jasa) tidak akan banyak memengaruhi kenaikan suku bunga BoE pada bulan Mei mendatang, karena jelas bahwa penurunan diakibatkan oleh cuaca," kata Rochester. Pendapat lain datang dari Neil Jones di Mizuho Bank. Ahli forex tersebut juga menyinggung masalah cuaca buruk sebagai penyebab penurunan data. Isu utama yang paling membayangi gerak Poundsterling adalah kenaikan suku bunga BoE dan lemahnya Dolar karena potensi perang dagang AS-China. Akibatnya, GBP/USD terus tertahan di atas $1.40. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
PT Rifan Financindo Pekanbaru - Harga Minyak menunjukkan kenaikan kembali pada sesi Asia awal pekan ini (2/April), setelah sempat ditutup melemah pada akhir perdagangan Jumat lalu. Pasalnya, jumlah pengeboran di Amerika Serikat menunjukkan penurunan dalam data pekanan. Di sisi lain, makin menguat pula tanda-tanda AS akan mangkir dari kesepakatan nuklir Iran dan menerapkan sanksi atas negara produsen minyak terbesar kedua OPEC itu lagi. Turut memperkeruh situasi, China meresmikan bea impor balasan atas ratusan produk ekspor Amerika Serikat pada hari Minggu; memperkuat indikasi perang dagang antara kedua negara.
Baca juga:
Stephen Innes dari OANDA Singapura mengatakan pada Reuters bahwa pasar Minyak terus menerus gelisah mengenai apakah pemerintah AS akan mempertahankan atau membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran. Selain itu, harga Minyak juga didukung oleh laporan mingguan yang menyebutkan terjadinya penurunan aktivitas pengeboran minyak di Amerika Serikat. Pada Jumat dini hari (WIB), Baker Hughes melaporkan, jumlah sumur pengeboran (oil drilling rigs) menurun sebanyak 7 ke angka total 798 dalam periode sepekan yang berakhir tanggak 29 Maret. Ini merupakan penurunan pertama dalam tiga pekan terakhir, dan menjadi kabar baik bagi pelaku pasar sebelum libur Paskah yang berlangsung hingga hari Senin ini. Data periode berikutnya akan dipublikasikan pada akhir pekan. Baca juga:
China resmi mengumumkan bea impor sebesar 25 persen atas 128 jenis barang yang didatangkan dari Amerika Serikat, sebagai balasan atas bea impor logam tinggi yang diterapkan AS. Sebagian produk agri AS terdampak, termasuk daging babi beku, anggur, buah-buahan, dan kacang, dengan total mencapai USD3 Milyar. Bea impor tersebut akan efektif mulai hari Senin ini. Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan tadi pagi, Kementrian Perdagangan China menyatakan AS telah "sungguh-sungguh" melanggar prinsip-prinsip yang ditentukan World Trade Organization (WTO) dan mengganggu kepentingan China. Oleh karenanya, langkah ini dianggap hak China sebagai anggota WTO, walaupun mereka mengakui bahwa perselisihan selayaknya diselesaikan via dialog dan negosiasi. Sejauh ini, belum ada isyarat eksplisit kalau perang dagang antara keduanya bakal merembet ke pasar Minyak. Namun demikian, patut untuk dicatat bahwa baik Amerika Serikat maupun China merupakan negara konsumen sekaligus produsen raksasa komoditas Minyak Mentah. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : PT Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
|
Archives
September 2021
Categories |