RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Banyak peluang untuk memperoleh penghasilan tambahan saat ini, salah satunya dengan cara trading. Dengan melakukan trading, potensi Anda mendapatkan penghasilan tambahan bahkan menjadi kaya sangat besar. Namun sebelum terjun menjadi seorang trader, Anda harus memahami tiga prinsip ini :
Baca juga:
Pergunakan dana investasi trading dari idle fund (dana menganggur). Mulailah trading sedikit demi sedikit sembari mempelajari polanya dan belajar dari pengalaman para trader profesional. Baca juga:
Bila Anda ingin mendalami trading forex, maka Anda perlu memahami instrumen forex hingga ke seluk beluknya. Begitu pula dengan indeks, emas, dan lainnya. Jika Anda sudah merasa cukup paham dengan instrument yang ingin Anda tekuni, Anda bisa memulai trading kapanpun Anda siap. (AD/RFB) ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan financindo Sumber :Rifan financindo Pekanbaru Baca juga :
0 Comments
PT RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Dalam satu pekan terakhir, Dolar AS terus melemah terhadap mata uang-mata uang mayor, yang terkonfirmasi dari pergerakan Indeks Dolar (DXY) harian. Namun demikian, para analis di JP Morgan Asset Management memperingatkan bahwa ini belum menandakan akhir dari penguatan Indeks Dolar AS di tahun ini.
Baca juga:
Bukan Akhir Dari Penguatan Indeks Dolar ASAnalis dari lembaga finansial raksasa global tersebut, Tai Hui, memaparkan bahwa sejak bulan Februari, indeks Dolar telah menguat sebanyak 6 persen dari low tahun ini. Hal itu terjadi berkat peningkatan ekonomi AS dan permintaan terhadap Dolar AS sebagai safe haven. Bahkan, tak menutup kemungkinan jika masih ada penguatan lanjutan Dolar di sisa tahun ini. "Masih terlalu prematur untuk menyebut situasi ini sebagai akhir reli Dolar AS," kata Hui. "Indeks Dolar AS masih berada dalam kenaikan yang cepat dalam beberapa bulan terakhir akibat berkurangnya minat risiko, serta apiknya performa pertumbuhan ekonomi AS yang berpadu dengan performa ekuitas," papar Tai Hui. Baca juga:
Indeks Dolar Hanya Sedang Terkoreksi Faktor TeknikalDalam beberapa hari terakhir hingga Selasa (21/Agustus) malam ini, Indeks Dolar AS masih menurun. Akan tetapi, Hui memandang jika penurunan tersebut hanyalah sementara. Indeks Dolar AS hanya sedang kehabisan pemicu positif, mengingat penggerak terbaru lebih berasal dari Trump yang mengkritik kenaikan suku bunga The Fed dan menuduh China serta Eropa tentang dugaan manipulasi mata uang. "Posisi-posisi spekulatif masih berada di level tertingginya sejak tahun 2017... Hal ini bukan implikasi dari sebuah koreksi yang besar, melainkan hanya faktor teknikal yang sedang menunjukkan terbatasnya ruang untuk apresiasi," tulis Hui yang dikutip oleh Bloomberg. Kesimpulannya, JP Morgan Asset Management masih meyakini penguatan Indeks Dolar AS di sisa tahun ini. Alasan utamanya, eskalasi tensi perdagangan China dan AS masih bisa mendatangkan banyak permintaan terhadap mata uang Dolar AS. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Euro melemah seiring dengan menguatnya Dolar AS di Senin (20/Agustus) sore ini. Pengaruh krisis Turki pekan ini diperkirakan akan menyusut sementara, sehubungan dengan libur nasional di negara pimpinan Tayyip Erdogan tersebut. Oleh karena itu, fokus pasar minggu ini akan lebih tertuju pada negosiasi AS-China serta simposium Jackson Hole di Wyoming.
Baca juga:
EUR/USD menurun 0.2 persen dari 1.1421 ke angka 1.1406. Meski demikian, penurunan pasangan mata uang tersebut masih di atas level rendah 1.3010 yang tersentuh pada minggu lalu. Euro menurun ke level rendah 13 bulan di awal pekan lalu, akibat kekhawatiran jika krisis Turki akan menular ke bank-bank Eropa. Hasil Negosiasi Dagang AS-China Diperkirakan Tak Sebesar EkspektasiNegosiasi dagang AS-China menjadi berita yang cukup membawa perubahan signifikan bagi EUR/USD sejak minggu lalu. Walaupun demikian, para analis memperkirakan bahwa hasil perundingan tersebut tak akan langsung efektif, mengingat delegasi yang berunding bukanlah pejabat inti. Baca juga:
"Negosiasi antara AS dan China bukanlah pembicaraan antar pejabat tingkat tinggi, sehingga ada kemungkinan hasil dari negoasiasi tersebut tak akan langsung efektif," kata Yukio Ishizuki, Ahli Strategi Senior di Daiwa Securities. Walaupun demikian, Ishizuki melanjutkan, setidaknya perundingan tersebut dapat membukakan jalan untuk negosiasi ke level yang lebih tinggi. Simposium Jackson Hole Diekspektasi Beri Petunjuk Kebijakan Fed Selanjutnya Pasar juga mengantisipasi hasil simposium Jackson Hole, karena biasanya, forum tersebut memberikan wacana umum mengenai kebijakan moneter The Fed selanjutnya. Hal yang selama ini menjadi pertanyaan adalah maksud frasa "untuk saat ini", yang disampaikan The Fed dalam pernyataan kebijakan moneter terbaru. "Para pelaku pasar akan bersemangat untuk mendengarkan lebih banyak rincian dalam interpretasi pernyataan The Fed terbaru, yang menyebutkan bahwa suku bunga secara bertahap telah sesuai 'untuk saat ini'. Apa maksudnya 'saat ini' dan mungkinkah hal itu juga mengandung arti kemungkinan perubahan kebijakan?" kata para analis MUFG yang dikutip oleh Reuters. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU | Dolar AS Melemah, Investor Harapkan Solusi Dari Pertemuan AS-China8/20/2018 RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Dolar AS turun dari level tinggi 13 setengah bulan terhadap mata uang-mata uang mayor di sesi perdagangan Jumat (17/Agustus) siang ini. Pelemahan tersebut merupakan imbas dari ekspetasi para investor yang menaruh harapan pada terciptanya solusi perang dagang, mengingat renegosiasi antara AS dan China akhir bulan ini sedang gencar diberitakan.
Baca juga:
Indeks Dolar (DXY) yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap mata uang-mata uang mayor, turun 0.1 persen ke angka 96.549. Indeks Dolar sempat naik hingga level tertinggi sejak akhir Juni 2017 pada hari Rabu kemarin, saat Lira Turki melemah dan keprihatinan akan kesehatan ekonomi China memukul pasar negara berkembang. Namun, penurunan indeks DXY akhirnya terbentuk setelah China dan Amerika Serikat setuju untuk mengadakan negosiasi kembali pada tanggal 21-22 Agustus di Washington. Saat berita ini ditulis, USD/JPY turun ke 110.739 dari sebelumnya di 110.900. Sementara itu, AUD/USD naik tipis ke 0.72723, setelah sempat turun pasca pidato Gubernur bank sentral Australia tentang suku bunga rendah. EUR/USD Sambut Negosiasi AS-China Dengan Penguatan TerbatasDibanding pasangan mata uang mayor lain, penurunan Dolar AS kontra Euro tampak menjadi yang paling signifikan; EUR/USD menguat 0.3 persen kemarin malam menuju level 1.1380. Namun aaat berita ini ditulis, EUR/USD diperdagangkan flat di posisi 1.1377. Euro menjadi mata uang yang paling diuntungkan dengan diadakannya negosiasi AS-China kali ini, karena sebelumnya, mata uang single currency tersebut melemah tergerus krisis Turki. Akan tetapi, analis menyebutkan bahwa penguatan karena negosiasi ini akan terbatas, karena masalah Turki dan Italia yang belum tuntas. "Mempertimbangkan paparan krisis Turki terhadap bank-bank Eropa yang relatif terbatas, maka reaksi (jual) Euro pekan ini tampaknya telah selesai. Namun, meningkatnya yield obligasi Italia di tengah masalah fiskal yang masih membelit negara tersebut kemungkinan akan berlanjut sampai waktu yang tak dapat ditentukan, sehingga membatasi kenaikan Euro." kata Masafumi Yamamoto dari Mizuho Securities kepada Reuters. Meski mereda, krisis Turki belum tuntas. Masalahnya, Presiden Tayyip Erdogan masih harus menyelesaikan masalah inflasi Turki yang mencapai dua digit, juga mengonsolidasikan perseteruan dengan AS soal pembebasan pastur Andrew Brunson. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
PT RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Indeks pertumbuhan upah atau Wage Price Index (WPI) Australia dilaporkan sesuai dengan ekspektasi. Data dari Biro Statistik Australia (ABS) Rabu (15/Agustus) pagi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan upah (tanpa bonus) per jam, naik sebanyak 0.6 persen di kuartal kedua. Dengan demikian, pertumbuhan upah tahunan Australia berada di level 2.1 persen, tidak berubah dari kuartal pertama.
Baca juga:
Sementara itu, pertumbuhan upah di sektor swasta Australia meningkat sebanyak 0.55 persen di kuartal kedua dalam penyesuaian musiman; naik dari 0.47 persen di kuartal pertama. Dengan demikian, pertumbuhan upah tahunannya berada di level 1.99 persen, naik dari 1.92 persen. "Pertumbuhan upah di Australia tumbuh dalam rate tahunan sebanyak 2.2 persen, melanjutkan stabilisasi antara 2.0 dan 2.1 persen dalam empat kuartal sebelumnya," kata Kepala Ekonom ABS, Bruce Hockman. Baca juga:
Dolar Australia Masih MelemahLaporan tersebut tak membantu menguatkan Dolar Australia yang sedang tertekan terhadap Dolar AS. AUD/USD turun dari angka 0.7234, ke 0.7206 saat berita ini ditulis. Pasalnya, data pertumbuhan WPI kuartal kedua tersebut diperkirakan tak bakal membuat Reserve Bank of Australia (RBA) mengirimkan sinyal hawkish dalam rapat kebijakan moneternya bulan depan. Selain itu, Dolar AS juga sedang menguat pagi ini, dan menyentuh level tinggi 13 bulan terhadap mata uang-mata uang mayor termasuk Dolar Australia. Krisis Turki masih menjadi pemicu utama yang menggerakkan pasar forex saat ini. Menurut Kepala Ahli Forex di National Australia Bank, Ray Attrill, dari sisi teknikal akan ada lebih banyak potensi pelemahan mata uang Dolar Australia ke depan. Prediksinya, Dolar Australia bisa melemah hingga level 0.68-0.69 per dolar AS. Di sampng itu, kondisi fundamental Australia sendiri cukup suram dalam beberapa waktu terakhir, sehingga turut menambah kekuatan tren bearish bagi Aussie (sebutan untuk Dolar Australia). ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFANFINANCINDO PEKANBARU | Poundsterling Hapus Penguatan Pasca Data Ketenagakerjaan Inggris8/14/2018 RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Setelah sempat menguat pada sesi trading Selasa (14 Agustus) hari ini, Poundsterling turun kembali merespon laporan Ketenagakerjaan Inggris. Tingkat Pengangguran mengalami penurunan, tetapi pertumbuhan upah masih mengecewakan.
Tingkat Pengangguran Turun, Pertumbuhan Upah Tak Naik Biro Statistik ONS melaporkan, Tingkat Pengangguran Inggris di kuartal kedua tercatat merosot ke 4 persen, lebih baik daripada ekspektasi di 4.2 persen. Angka 4 persen tersebut merupakan tingkat pengangguran Inggris terendah sejak tahun 1975. Baca juga:
Sayangnya, penurunan tingkat pengangguran tersebut tidak disertai dengan kenaikan upah. Pendapatan rata-rata warga Inggris yang termasuk bonus hanya berada di level 2.4 persen, di bawah ekspektasi 2.5 persen. Perlambatan upah paling banyak disebabkan oleh sektor swasta. Baca juga:
Padahal, pertumbuhan upah menjadi data yang akan dipertimbangkan oleh Bank of England (BoE) dalam menentukan suku bunga. Hal ini karena upah yang naik cenderung mendongkrak inflasi. "Ini bukanlah apa yang ingin dilihat BoE, (kenaikan upah merupakan) salah satu faktor untuk menjustifikasi kebijakan kenaikan bunga yang sudah dilaksanakan pada awal bulan ini, (BoE) mengekspektasikan pertumbuhan upah yang mulai terangkat. Namun, hal itu belum terjadi," kata Emma-Lou Montgomery, Direktur Fidelity International. GBP/USD Melonjak Sesaat Sterling sempat menguat 0.3 persen terhadap Euro, dan naik 0.25 persen terhadap Dolar AS beberapa saat setelah laporan ketenagakerjaan diumumkan. Seperti yang terefleksikan pada grafik GBP/USD Time Frame H1 di bawah ini, Cable sempat menyentuh High 1.2825. Sayangnya, tak lama kemudian, kenaikan tersebut langsung terhapus dengan penurunan ke 1.2769. Saat berita ini ditulis, GBP/USD diperdagangkan di 1.2767. Sedangkan EUR/GBP diperdagangkan di 0.8913, turun dari 0.8932. Menurut analis Viraj Patel dari ING, penyebab Poundsterling langsung membabat habis kenaikannya adalah risiko Brexit. Meskipun data ketenagakerjaan Inggris untuk kuartal kedua membaik, tetapi itu belum cukup untuk membuat para pelaku pasar mengabaikan risiko Brexit saat ini. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU | 2 Bank Ini Prediksikan Inggris Tak Akan No Deal Dalam Negosiasi Brexit8/14/2018 RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Poundsterling akan menguat dalam beberapa pekan ke depan, seiring dengan memudarnya kemungkinan No Deal dalam negosiasi Brexit. Prediksi tersebut dinyatakan oleh Lloyds Bank dan Goldman Sachs.
Hingga awal Agustus ini, Pound terpantau melemah terhadap Dolar AS akibat meningkatnya kekhawatiran akan kemungkinan No Deal yang disampaikan oleh Menteri Perdagangan Liam Fox tempo hari. Oleh karena itu, prediksi optimistis dari kedua institusi keuangan raksasa global seperti Lloyds Bank dan Goldman Sachs, mampu menumbuhkan sedikit kelegaan di kalangan investor. Baca juga:
Prediksi Lloyds Bank: Inggris Akan Capai Kesepakatan, GBP/USD Bisa Tembus 1.35Walaupun hanya tersedia sedikit waktu untuk bernegosiasi sebelum deadline di bulan Maret 2019, situasi akan tetap cair karena diskusi politik (antara Inggris dan Uni Eropa) yang kian intensif. "Kami yakin bahwa optimisme di tengah kesepakatan Brexit akan membuat GBP/USD reli, seiring dengan memudarnya kemungkinan No Deal Brexit," kata Llyods yang dikutip oleh Poundsterling Live. Lloyds bank mengasumsikan bahwa pemerintah Inggris akan menyelesaikan deadline dengan kesepakatan, bukan tanpa kesepakatan (No Deal) seperti yang dikhawatirkan selama ini. Berikut adalah grafik prediksi pergerakan GBP/USD oleh Lloyds Bank, yang memperlihatkan level 1.35 per dolar AS sebagai kisaran potensian bagi Pound, seandainya Inggris berhasil mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa: Akan tetapi, Lloyds Bank mengatakan bahwa GBP/USD harus banyak berjuang untuk mempertahankan penguatannya di 2019. Pasalnya, setelah Inggris akan menemui tantangan lebih berat dan ketidakpastian yang lebih besar dengan Uni Eropa. Baca juga:
Prediksi Goldman Sachs: GBP/USD Bisa Tembus 1.36 Setelah Inggris-Uni Eropa DealSenada dengan Lloyds Bank, Goldman Sachs juga optimis jika Inggris tak akan No Deal dengan Uni Eropa. "Pandangan mendasar kami sendiri adalah terjadinya penarikan (keluarnya Inggris dari anggota Uni Eropa) secara teratur, walaupun buntut risikonya kemungkinan akan meningkat," jelas Goldman Sachs sebagaimana dikutip dari Reuters. "Meskipun mungkin tak ada kejelasan dalam mayoritas anggota parlemen tentang proposal Brexit yang spesifik, tapi ada suara mayoritas untuk menghindari No Deal." Goldman Sachs memasang forecast kenaikan GBP/USD ke 1.36 untuk tahun depan, sedangkan EUR/GBP akan diperdagangkan di 0.92 pence. Namun setelah resmi keluar dari Brexit, Goldman Sachs memperkirakan akan ada penurunan GBP/USD sampai ke level 1.33. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
PT RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Mata uang Dolar AS secara luas menguat terhadap sebagian besar major currencies pada sesi perdagangan Asia hari Jumat (10/8) ini. Pandangan tersebut mengacu pada Indeks DXY yang berada di level 95.57, atau menyentuh level tertinggi tiga pekan. Namun di sisi lain, Greenback terlihat tidak berdaya melawan Yen, terutama setelah pembicaraan perdagangan antara petinggi AS dan Jepang pada hari Kamis kemarin. Pertemuan itu sedianya akan dilanjut pada akhir pekan.
Baca juga:
Dolar AS menguat terhadap sebagian major currencies pada perdagangan hari Kamis, karena investor masih optimis jika retrorika perang dagang dan kondisi ekonomi Negeri Paman Sam yang kokoh akan terus menyokong performa USD. Hal itu didasari oleh posisi AS yang lebih siap menghadapi proteksionisme daripada negara negara lain. Di samping itu, kenaikan bea impor seperti yang dilakukan Trump dapat mempersempit defisit perdagangan AS. Sayangnya, penguatan Dolar AS tidak tampak pada pergerakan USD/JPY. Pada pukul 9:39 WIB, pair USD/JPY kesulitan menguat dan diperdagangkan pada level 110.93, atau berada di bawah harga Open harian 111.06. Saat berita ini diperbarui pada pukul 10:54, pasangan mata uang tersebut sudah melemah lagi ke 110.86. Pasar valuta asing global musim panas ini telah didominasi oleh meningkatnya tensi perang dagang antara AS-China. Ketegangan geopolitik juga ikut memanas setelah AS menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia dan Turki. Ini menjadi salah satu faktor utama yang mendorong mata uang safe haven seperti Yen menguat, meski Dolar AS juga tengah naik terhadap mata uang mayor lain. Baca juga:
Jepang Tak Ingin Perjanjian BilateralPejabat perdagangan AS dan Jepang mengatakan bahwa mereka memahami posisi masing-masing setelah pembicaraan antara kedua negara pada hari Kamis. Namun, Jepang tetap bertahan pada posisinya untuk menghindari perjanjian perdagangan bilateral dengan AS. "Kami telah bertukar pandangan secara jujur dan berupaya memperdalam sikap saling pengertian," kata Menteri Ekonomi Jepang, Toshimitsu Motegi, setelah pertemuannya dengan perwakilan AS, Robert Lighthizer. Namun, Motegi menekankan bahwa perjanjian mulltilateral merupakan jalan terbaik yang bisa diambil oleh kedua belah pihak untuk mengatasi permasalahan perdagangan. Sebagai informasi, Tokyo berupaya menghindari perjanjian perdagangan Bilateral (seperti yang diminta oleh AS sebelumnya), karena Jepang menilai itu akan berdampak negatif terhadap ekspor otomotif dan pertanian negaranya. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Kebijakan-kebijakan pemerintah AS agaknya memang menjadi biang keladi dari sebagian besar gejolak geopolitik dunia tahun ini. Selain masalah kenaikan tarif impor, negeri pimpinan Donald Trump itu memicu reaksi pasar karena serangkaian sanksi yang dijatuhkan pada Rusia dan Turki. Merespon ketegangan geopolitik yang memanas, Yen Jepang menguat terhadap mata uang-mata uang mayor di Kamis (09/Agustus) malam ini. Selain itu, mata uang Rusia dan Turki turun tajam karena terdampak kekhawatiran terkait sanksi AS.
Konflik AS Dengan Rusia Dan Turki Baca juga:
Washington menyatakan akan menerapkan sanksi baru untuk Moskow. Pihak AS yakin bahwa Rusia telah melanggar aturan penggunaan senjata kimia internasional, dengan cara menggunakan racun syaraf Novichok untuk menyerang mantan agen Rusia Sergei Skripal di Inggris pada bulan Maret lalu. Sementara itu, Presiden Donald Trump juga menjatuhkan sanksi keuangan terhadap Turki, karena tidak bisa menerima kebijakan pemerintahan Tayyip Erdogan yang memenjarakan dua warga Amerika Serikat atas tuduhan spionase. Untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, delegasi Turki pun mengadakan pertemuan dengan pejabat Kementerian Luar Negeri AS. Investor Cari Safe Haven, Yen DiburuKetegangan geopolitik semacam ini membuat Yen yang menjadi mata uang safe haven, sehingga akhirnya kebanjiran pembeli. USD/JPY memperpanjang penurunan ke posisi 110.90, sedangkan EUR/JPY jatuh ke posisi 128.32 dari 128.72. GBP/JPY juga turun drastis ke 142.73, dari sebelumnya di 143.200. Meski demikian, para pelaku pasar sebetulnya masih ragu, mata uang mana yang benar-benar dapat diandalkan dalam situasi ketidakpastian politik. Lagipula, Yen sendiri juga cukup rentan dalam jangka pendek, mengingat AS dan Jepang sedang melakukan negosiasi. Baca juga:
"Politik terus menjadi pembawa malapetaka dalam pasar forex jangka pendek. Kami semua masih bertanya-tanya mata uang mana yang benar-benar aman sekarang ini," kata Viraj Patel, ahli mata uang dari ING. Rubel Dan Lira Merosot TajamRubel Rusia melemah ke level terendah sejak bulan November 2016 terhadap Dolar AS, utamanya setelah Washington mengumumkan rencana pemberian sanksi. Pasangan mata yang RUB/USD jeblok ke level 0.015007 saat berita ini ditulis. Mengiringi penurunan Rubel, Lira Turki juga jatuh terhadap Dolar AS dengan melemah sebanyak 2.5 persen. Pasangan mata uang TRY/USD mengukir penurunan ke 0.18188, melanjutkan Downtrend kuat yang terbentuk sejak 23 Juli silam. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Memudarnya kekhawatiran terhadap tensi perdagangan antara AS dengan Tiongkok telah menekan penguatan Dolar AS. Mata uang tersebut melemah terhadap mata-mata uang mayor di sesi perdagangan Rabu (08 Agustus) sore ini.
Pasar Abaikan Tambahan Bea Impor Oleh ASSelasa malam kemarin, ketegangan perang dagang sempat kembali terpicu, setelah Perwakilan Departemen Perdagangan AS mengatakan bahwa mereka akan mulai menerapkan tarif impor 25 persen terhadap barang-barang China senilai $16 miliar di akhir bulan ini. Baca juga:
Tindakan kali ini merupakan langkah terakhir yang ditempuh oleh Washington untuk menekan China, agar mau bernegosiasi melonggarkan aturan perdagangan. Pada Juli lalu, Amerika juga sudah menerapkan bea impor terhadap barang-barang China senilai $34 miliar. Pasar tak terlalu ambil pusing dengan kabar tersebut, karena lebih memilih untuk membuktikan dampaknya melalui data-data ekonomi saja. Beberapa waktu terakhir, data ekonomi AS menunjukkan pelemahan atau berada di bawah ekspektasi. Salah satunya adalah data Non Farm Payroll AS untuk bulan Juli, yang kenaikannya jauh di bawah proyeksi konsensus. "Reaksi pasar terhadap kabar mengenai perang dagang AS-China mulai memudar... Jika ada sinyal yang jelas mengenai perlambatan ekonomi Amerika gara-gara bea impor Juli lalu, maka saya kira pasar akan mulai melambatkan ekspektasi kenaikan suku bunga AS atau menghapus kemungkinan Rate Hike." kata Masafumi Yamamoto, analis dari Mizuho Securities. Baca juga:
Dolar AS MixedAkibat reaksi pasar yang kalem, Dolar AS jadi kurang diminati oleh para investor sehingga bergerak beragam (mixed) sore ini. Indeks Dolar (DXY) turun 0.15 persen terhadap enam mata uang mayor ke level 95.065 pada pukul 11:00 WIB tadi. Namun saat berita ini ditulis, indeks DXY naik ke level 95.23 dalam time frame H4: USD/JPY diperdagangkan turun ke level 110.94, level rendah yang pernah tercapai pada tanggal 30 Juli. Sedangkan EUR/USD juga turun ke angka 1.1589 dalam time frame H4. Di sisi lain, Yuan Offshore (CNH) diperdagangkan melemah ke di 6.8411 per dolar AS, turun dari level tinggi satu pekan yang tercapai di awal sesi perdagangan hari ini. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
|
Archives
September 2021
Categories |