RIFAN FINANCINDO PEKANBARU | Harga Minyak Naik Karena Sanksi Iran Dimulai Satu Bulan Lagi10/31/2018 Rifan-pekanbaru - Harga minyak naik nyaris 1 persen pada hari Kamis ini (27/September), karena investor berfokus pada prospek pengetatan suplai di pasar sehubungan dengan akan mulai diberlakukannya sanksi AS atas Iran pada bulan November mendatang. Harga minyak Brent telah mencapai level sekitar USD82.10 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) berada di kisaran USD72.40 per barel.
Baca juga:
Pelaku pasar yang diwawancara oleh Reuters mengungkapkan, pasar minyak makin ketat menjelang penerapan sanksi AS atas industri minyak Iran, yang dijadwalkan dimulai pada tanggal 4 November. "Kami menilai risiko di pasar minyak mentah sangat condong ke atas, dan meskipun kami tak secara eksplisit memperkirakan Brent akan naik ke USD100 per barel, tetapi kami melihat adanya risiko hal itu akan terjadi," papar Mitsubishi UFJ Financial Group dalam sebuah catatan untuk klien. Baca juga:
Catatan historis menunjukkan bahwa level ekspor minyak tertinggi Iran pada tahun 2018 mencapai kurang lebih 3 juta barel per hari (bph), atau sekitar 3 persen dari konsumsi global. Namun, data menunjukkan bahwa ekspor mereka pada bulan September telah jatuh hingga kisaran 2 juta bph, karena para pembeli di berbagai negara tunduk pada tekanan AS dan memangkas impor. Padahal, Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) tak memiliki kapasitas memadai untuk mengimbangi penurunan tersebut. Turut merefleksikan ekspektasi berkurangnya suplai minyak dari Timur Tengah, Oman Crude Futures di bursa komoditas Dubai melonjak ke level tertinggi empat tahun pada hari Rabu kemarin. Harga kontrak bahkan sempat menyentuh lebih dari USD90 per barel. "Harga minyak tetap berada di wilayah bullish di tengah kekhawatiran kalau sanksi AS atas ekspor minyak mentah Iran akan berakibat pada kondisi pasar komoditas fisik yang lebih ketat, segera setelah sanksi mulai diberlakukan pada November," ungkap Stephen Innes dari OANDA Singapura. Lanjutnya lagi, "Pasar boleh jadi masih meremehkan krisis suplai (yang timbul) dari sanksi atas Iran." Sementara suplai dari OPEC menurun, pasokan dari Amerika Serikat terus meningkat. Laporan Energy Information Administration (EIA) mencatat bahwa produksi minyak AS mencapai rekor tertinggi 11.1 Juta bph dalam periode sepekan yang berakhir tanggal 21 September. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : rifan-pekanbaru Sumber : Seputar Forex Baca juga :
0 Comments
RIFANFINANCINDO PEKANBARU | Harga Minyak WTI Terkoreksi Di Bawah USD70 Karena Perang Dagang10/30/2018 rifan-pekanbaru - Harga minyak global merosot sejak akhir pekan lalu, dikarenakan kekhawatiran akan penerapan bea impor baru oleh Amerika Serikat atas produk-produk China. Eskalasi perang dagang tersebut dikhawatirkan akan mengakibatkan penurunan permintaan atas komoditas minyak mentah, sementara suplai tetap tinggi meski ada penurunan suplai akibat sanksi atas Iran.
Saat berita ditulis pada awal sesi Asia hari Senin (17/September), harga minyak mentah tipe Brent stabil di kisaran USD78.04 per barel, dekat tempatnya terpuruk pada penutupan hari Jumat. Di sisi lain, West Texas Intermediate (WTI) masih sideways di kisaran USD68.92 per barel, setelah lagi-lagi gagal menembus ambang psikologis USD70-71. Baca juga:
Pada hari Sabtu, seorang pejabat senior AS mengatakan pada Reuters bahwa Presiden AS Donald Trump kemungkinan akan mengumumkan tarif baru atas impor dari China senilai total USD200 Miliar dalam waktu dekat, bahkan bisa jadi dalam hari Senin ini. Eskalasi konflik perdagangan ini menyemai kekhawatiran di kalangan pelaku pasar kalau-kalau konsumsi minyak global akan mengalami perlambatan. Baca juga:
"Ekspektasi pasar akan terjadinya kekurangan suplai (akibat sanksi atas Iran) telah pupus setelah data pekan lalu menunjukkan kenaikan suplai (dari negara-negara produsen minyak selain Iran); sementara itu, investor telah menurunkan outlook permintaan minyak," ungkap Wang Xiao, pimpinan riset minyak mentah di Guotai Junan Futures, sebagaimana dikutip oleh Reuters. Laporan rig count yang dirilis Baker Hughes juga turut membebani harga minyak. Menurut perusahaan jasa migas terbesar di dunia tersebut, jumlah oil drilling rigs di Amerika Serikat meningkat sebanyak 7 unit ke angka total 867 dalam periode sepekan yang berakhir tanggal 14 September; tertinggi sejak Februari 2015. Dengan giatnya aktivitas produksi, Amerika Serikat sudah resmi menggantikan posisi Rusia sebagai produsen minyak terbesar di dunia. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : Seputarforex Baca juga :
Rifanfinancindo Pekanbaru – Jakarta Sebagai pendiri Microsoft, perusahaan teknologi terbesar di dunia, Bill Gates merupakan orang yang sangat inspiratif. Tak hanya karena inovasinya, tapi jiwa entrepreneur yang dimilikinya turut mempengaruhi anak-anak muda di dunia.
Termasuk pendiri raksasa e-commerce Alibaba, Jack Ma. Saat mendirikan usahanya, Ma mengaku frustrasi karena banyak kesulitan-kesulitan yang ia hadapi. "Dulu, waktu saya muda. Saya benci dengan Bill Gates karena Microsoft memiliki peluang yang sangat besar," kata Jack Ma dikutip dari CNBC di acara innovation summit di Tel Aviv, Israel. Baca juga:
Jack Ma juga menyebutkan banyak perusahaan perusahaan teknologi lain seperti IBM, Oracle yang memiliki kesempatan tumbuh lebih besar. Dia menceritakan saat merintis Alibaba pada 1999 lalu, Jack Ma yakin perusahaannya akan menjadi besar, meskipun tantangan yang ada di depan mata begitu besar. Saat itu menurut Jack Ma masyarakat China masih belum melek teknologi apalagi menggunakan e-commerce. Ma menjelaskan ia tetap berusaha untuk menjalankan bisnisnya. "Banyak orang yang mengeluh. Tapi kamu tidak bisa seperti itu terus. Harus dicari solusinya dan tangkap peluang besar itu," jelas Jack Ma. Baca juga:
Tantangan kedua saat itu adalah biaya untuk IT yang terlalu mahal, namun dia tetap berinovasi agar biaya bisa ditekan. Ma menggunakan desain yang simpel namun tetap berkualitas hal ini dilakukan agar biaya lebih efisien. Saat ini Ma tak lagi membenci Bill Gates. Kini ia tergabung dengan Bill & Melinda Gates Foundation untuk amal di dunia. Bulan lalu, Jack Ma mengumumkan jika ia pensiun dari kursi tertinggi di Alibaba. "Saya tidak akan pernah bisa jadi kaya. Tapi yang bisa saya lakukan adalah pensiun lebih awal," ujarnya. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : finance.detik Baca juga :
Rifan-pekanbaru - Harga minyak anjlok sekitar 5 persen menuju level paling rendah dalam dua bulan terakhir, menyusul kembali turunnya pasar ekuitas global. Di lain pihak, tekanan terhadap permintaan minyak juga berhembus dari kemungkinan penambahan produksi dari Arab Saudi.
Baca juga:
Harga minyak Brent turun sebesar 5.26 persen atau $4.05 hingga menyentuh $75.66 per barel, yang merupakan level terendah sejak 7 September. Sedangkan minyak WTI mengakhiri sesi perdagangan kemarin pada harga $66.43 per barel, berusaha bangkit setelah anjlok 5.2 persen pada harga $65.74 per barel, yang merupakan level terendah sejak 20 Agustus. Menurut ahli strategi komoditas, jika harga minyak mentah AS turun hingga ke bawah $65 per barel, maka aksi sell-off dapat terpicu secara teknikal. Harga minyak yang turun cukup dalam itu dipengaruhi oleh laporan dari American Petroleum Institute (API), yang menunjukkan peningkatan persediaan minyak mentah AS. "Tingkat keparahan jatuhnya harga minyak cukup mencolok. Sekarang kita harus menunggu dan melihat apakah penurunan seperti ini akan terus berlanjut," kata Gene McGillian dari Tradition Energy. Baca juga:
"Kami akan memutuskan jika ada gangguan pasokan minyak, terutama dampak dari Sanksi Iran. Pola pikir kami sekarang adalah memenuhi permintaan untuk memastikan konsumen puas," kata Khalid. Menteri Energi Saudi itu juga mengutarakan bahwa Arab Saudi tidak mengesampingkan kemungkinan penambahan produksi antara 1 sampai 2 juta bph di masa mendatang. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : rifan-pekanbaru Sumber : Seputar Forex Baca juga :
RIFANFINANCINDO PEKANBARU | Kementan Prediksi Ekspor Produk Pertanian 2018 Capai Rp 499 T10/25/2018 rifan-pekanbaru - Jakarta Dalam 4 tahun kinerja Jokowi-JK, Kementerian Pertanian mengklaim sektor pertanian Tanah Air mengalami peningkatan yang cukup signifikan, termasuk dalam ekspor pertanian.
Bahkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertanian (Kementan) Syukur Iwantoro memprediksi nilai ekspor pada 2018 bisa mencapai Rp 499,30 triliun. "Prediksi nilai ekspor pada tahun 2018 Rp 499,30 triliun. Hingga bulan September 2018, nilai ekspo pertanian sudah mencapai Rp 330 triliun," ujar Syukur dalam konferensi pers Capaian 4 Tahun Kinerja Sektor Pertanian di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu (24/10/2018). Baca juga:
Ia juga menyampaikan pada 2017, ekspor pertanian memang meningkat Rp 441 triliun atau 24% dibanding 2016 yang hanya Rp 384,8 triliun. "Kalau kita perhatikan, 2017 ini nilai ekspor pertanian itu sekitar Rp 441 triliun, naik 24% dibandingkan tahun 2016 yang nilainya itu sekitar Rp 384,8 triliun," paparnya. Peningkatan ekspor ini, menurutnya, didominasi oleh beberapa komoditas pangan yang juga berperan besar dalam meningkatkan neraca perdagangan, di antaranya beras konsumsi, bawang merah, daging ayam, olahan, jagung, buah tropis, dan sejumlah komoditas perkebunan. "Dulu yang namanya ekspor hortikultura itu cuma itu-itu saja, manggis, nanas. Tetapi dengan adanya rangsangan ini, nanas tidak hanya di Lampung, tetapi di beberapa provinsi juga termasuk Kepulauan Riau, di daerah perbatasan. Di samping nanas, pisang juga mengalami peningkatan yang cukup drastis dan yang tidak kalah itu mangga," jelasnya. Baca juga:
Peningkatan ekspor di bidang pertanian juga salah satunya disebabkan oleh banyaknya pengusaha di Tanah Air yang mulai melakukan ekspor, terutama di sektor hortikultura. "Saat ini banyak sekali para pengusaha yang dulunya bukan eksportir berlomba-lomba sekarang menjadi eksportir pertanian, terutama di sektor hortikultura meningkat sekali," sambung Syukur. Menurutnya, para eksportir tersebut juga mendapat keuntungan dari nilai dolar yang terus menguat. Sebab harga produk pertanian yang diekspor pun menjadi lebih bersaing di pasar internasional. "Nilai rupiah yang turun tetapi nilai dolar di mata asing naik itu ternyata memberikan keuntungan yang sangat signifikan bagi para eksportir di pertanian. Jadi harga-harga produk pertanian menjadi lebih bersaing di pasar internasional. Nah itu kuncinya mengapa Vietnam saat ini pertumbuhan ekspornya tinggi sekali karena Vietnam itu memang mempertahankan nilai mata uangnya itu selalu rendah dibanding mata uang asing," pungkas Syukur. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : finance.detik Baca juga :
RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Jakarta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia setuju bila kenaikan upah minimum provinsi (UMP) 2019 sebesar 8,03%. Kenaikan UMP di angka tersebut merupakan rencana pemerintah.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Antonius J. Supit menyampaikan, kenaikan UMP yang mengacu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78/2015 tentang Pengupahan, sudah tepat. Kenaikan UMP itu berdasarkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Baca juga:
"Ya itu kan karena kita tunduk kepada PP 78 yang sudah mengatur bahwa dalam periode 5 tahun itu dasar kenaikannya seperti itu, jadi kita setuju," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Rabu (17/10/2018). Dia menilai kondisi sekarang ini dibutuhkan kepastian untuk investor agar mau berinvestasi di Indonesia. Itu ujung-ujungnya akan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Kenaikan UMP sesuai hitung-hitungan dalam PP 78 dinilainya sudah cukup memberi kepastian. Baca juga:
"Itu sudah jadi kesepakatan kita bersama sebelumnya bahwa ada kepastian, yang dasar kenaikannya kan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Artinya setiap investor kan bisa memprediksi kenaikan. (UMP naik 8,03) saya kira kita dukung lah itu," jelasnya. Oleh karenanya, menurut dia kenaikan UMP harus melihat dari segala aspek, bukan sekedar kepentingan buruh maupun pengusaha saja. Melainkan untuk mendorong terciptanya lapangan kerja dengan adanya kepastian kenaikan upah. "Artinya begini lah, kalau saya kira dari segi pemerintah itu tugasnya adalah juga menciptakan lapangan kerja bagi orang yang belum kerja. Jadi harus ada juga keseimbangan," tambahnya. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : finance.detik Baca juga :
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU | Kurs Rupiah Menguat Terbatas Berkat Surplus Neraca Perdagangan RI10/17/2018 RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Nilai tukar Rupiah pada hari Selasa (16/Okt) siang ini lebih kuat dibandingkan kemarin. Menurut kurs referensi JISDOR, Rupiah diperdagangkan pada Rp15,206 per USD, dibandingkan kemarin yang Rp15,246 per USD. Sedangkan di pasar spot, nilai tukar Rupiah sementara ini memang masih lemah, yakni di Rp15,229 per USD, dibandingkan level Rp15,200 saat sesi pembukaan.
Surplus Perdagangan Indonesia Kuatkan Rupiah Penguatan Rupiah bermula kemarin, saat data neraca perdagangan Indonesia dirilis surplus. BPS melaporkan bahwa surplus perdagangan Indonesia mencapai 230 juta USD pada bulan September 2018, lebih baik dibandingkan dengan defisit 1.02 miliar USD di bulan sebelumnya. Baca juga:
Lukman Otunuga, analis di broker FXTM, menjelaskan bahwa perkembangan yang cukup positif itu akan memperkuat Rupiah dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang, Lukman mengatakan bahwa Rupiah masih dihantui oleh berbagai faktor eksternal, seperti perang dagang, perlambatan pertumbuhan global seperti yang diperingatkan oleh IMF, serta prospek kenaikan suku bunga The Fed. Oleh sebab itu, menguatnya neraca perdagangan dalam negeri tak akan banyak memberikan dorongan naik bagi Rupiah. Baca juga:
"Kalender ekonomi Indonesia relatif santai hari ini, sehingga arah pergerakan kurs rupiah mungkin dipengaruhi oleh data dari Amerika Serikat. Dari aspek teknikal, Rupiah dapat semakin menguat terhadap Dolar, apabila Dolar dapat turun di bawah Rp15,180," papar Lukman yang dikutip dari Tribun Bisnis. Dolar AS Di Level Tinggi Di penghujung sesi Asia hari ini, Dolar AS masih cukup kuat. Indeks Dolar AS menduduki level 95.14, lebih tinggi daripada posisi pembukaan. Akibatnya, penguatan berbagai mata uang Asia terhadap Dolar AS mulai memudar, termasuk Rupiah. Hanya tiga mata uang Asia yang mempu mengungguli Dolar AS hari ini, termasuk di antaranya adalah Won Korsel, Ringgit, dan Dolar Taiwan. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : rifan-pekanbaru Sumber : Seputar Forex Baca juga :
PT RIFAN FINANCINDO PEKANBARU | Franc Swiss Menguat Di Tengah Ketegangan Barat-Arab Saudi10/16/2018 - Franc Swiss menguat di sesi perdagangan Senin (15/Okt) sore ini, akibat meningkatnya gejolak geopolitik dan jatuhnya pasar ekuitas. Sempat dikabarkan sedikit pulih akhir pekan lalu, pasar ekuitas rupanya masih rentan. Awal pekan ini, saham-saham dunia anjlok lagi akibat berbagai konflik. Belum selesai polemik perdagangan antara China dan AS, kini giliran Arab Saudi dan blok Barat yang bersitegang.
Ketegangan Barat Dan Arab Saudi Saham-saham Arab Saudi jatuh akibat meningkatnya ketegangan antara Riyadh dan negara-negara Barat. Hal ini terkait dengan kasus hilangnya jurnalis Jamal Khassoggi di Turki. Khassoggi merupakan seorang kolumnis berkebangsaan Arab yang menulis untuk The Washington Post. Melalui tulisan-tulisannya, ia kerap melayangkan kritik pada pemerintah negaranya sendiri. Khassoggi dikabarkan hilang saat bertugas di Istanbul, karena diduga dibunuh di kedutaan Arab di Turki. Negara-negara Barat seperti AS, Inggris, Prancis, dan Jerman mengancam akan menjatuhkan sanksi perdagangan pada Arab Saudi jika memang terbukti bertanggung jawab. Sedangkan pemerintah kerajaan Arab Saudi sendiri menyangkal keras tuduhan akan keterlibatan mereka dalam kasus ini. Arab bahkan menegaskan jika sanksi dijatuhkan, maka mereka tak akan segan-segan membalasnya. "Menurut saya ini bukanlah risiko politik yang besar. Namun, (ini) jelas menunjukkan pada kita semua bahwa risiko politik di Eropa belum lenyap," kata Alvin Tan, analis mata uang di Societe Generale. Sebagai Safe Haven, Franc Swiss MenguatKasus tersebut membuat para investor melarikan investasi mereka ke safe haven Franc Swiss dan Yen. Menurut Tan, sebagai mata uang safe haven, Franc dan Yen telah berhasil mengambil keuntungan dari jatuhnya pasar ekuitas, walaupun penguatannya bisa dikatakan tak besar. USD/CHF turun 0.63% dari 0.9910 ke 0.9865. Namun saat berita ini ditulis, pair tersebut sudah terkoreksi tipis ke 0.9866. Sedangkan EUR/CHF melemah ke 1.1422, meski saat ini diperdagangkan di angka 1.1427. RIFANFINANCINDO PEKANBARU - GBP/USD turun cukup tajam di sesi perdagangan Jumat (12/Okt) malam ini, sehubungan dengan perkembangan terbaru mengenai Brexit. Selain itu, menguatnya Dolar AS pasca penurunan dramatis akibat aksi jual besar-besaran di pasar saham juga menekan Poundsterling.
Isu Perpanjangan Masa Transisi Brexit Progres negosiasi Brexit masih menjadi faktor utama yang menggerakkan nilai tukar Poundsterling. Volatilitas Pound pun menjadi sangat tinggi karena munculnya kabar-kabar Brexit, baik yang positif maupun negatif. Selasa lalu, GBP/USD naik melesat karena kabar desakan BoE pada Uni Eropa terkait jaminan untuk perusahaan finansial. Namun Jumat malam ini, Pound justru turun tajam. Baca juga:
Berhembus rumor bahwa para pejabat Inggris menginginkan periode transisi yang lebih panjang untuk meninggalkan Uni Eropa. Pasalnya, mereka butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan kesepakatan terbaru, terutama soal perbatasan Irlandia. Kabar tersebut sebenarnya hanya berupa breaking news singkat yang bersumber dari kicauan Stewart Hampton, seorang trader senior di Global Macro. Hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi lebih lanjut dari media-media lain maupun Hampton sendiri. PM Theresa May hari ini sedang berjuang keras untuk membentuk konsensus proposal Brexit agar segera diterima oleh semua pihak; termasuk di antaranya adalah jajaran menteri, Partai Konservatif yang menaunginya, serta para pembuat kebijakan Irlandia Utara. Baca juga:
GBP/USD Turun Drastis Meski baru berupa rumor, dampak rumor Brexit terbaru ini cukup besar. Ditambah dengan Dolar AS yang sedang berusaha menguat, GBP/USD pun akhirnya terdorong turun hingga ke 1.3152, melemah sebesar 0.42 persen. Para analis telah memprediksikan performa Pound semacam ini sejak awal. Salah satunya adalah Sarah Hewin, Kepala Ekonom Standard Chartered Eropa. Ia mengatakan, "Pasar masih mengambil pandangan bahwa hasil akhir (kesepkatan Brexit) yang paling mungkin adalah Deal Brexit. Untuk saat ini, (Sterling) tampaknya akan berubah arah setiap hari, setiap jam, dan setiap (ada) kabar penting. Akan tetapi, isu fundamentalnya masihlah sama." ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca juga :
|
Archives
September 2021
Categories |