Rifanfinancindo - Dolar AS masih terpuruk di level rendah tiga pekan, setelah merosot tajam pasca pengumuman FOMC Kamis kemarin. Data PMI Manufaktur AS yang dirilis Jumat (21/Juni) malam ini, menambah suram Outlook ekonomi AS dan meyakinkan pasar bahwa Fed Rate Cut harus dilaksanakan secepatnya bulan Juli depan.
PMI Manufaktur AS Terendah Dalam Satu DekadeIHS Markits melaporkan bahwa PMI Manufaktur AS anjlok ke 50.1 di bulan Juni 2019, makin memburuk jika dibandingkan dengan 50.5 pada bulan sebelumnya; serta tidak memenuhi ekspektasi ekonom yang memperkirakan tidak ada perubahan. Level aktivitas manufaktur yang kian mepet dengan ambang ekspansi-kontraksi di 50.0 tersebut, juga menjadi yang terendah sejak September 2009. Baca Juga :
Indeks Dolar AS (DXY) pun diperdagangkan di kisaran 96.54, melandai 0.09 persen pasca rilis tersebut. Dalam dua hari beturut-turut sebelumnya, penurunan Indeks Dolar AS sudah mencapai 0.63 persen. Penurunan USD/JPY Mulai Tertahan Di Tengah Naiknya Tensi AS-IranSementara itu, memanasnya ketegangan AS-Iran turut menjadi perhatian pasar. Setelah Iran menembak jatuh pesawat pengintai tanpa awak (drone) milik AS, Presiden Donald Trump mencuit via Twitter bahwa pihaknya akan segera menembakkan misil ke Iran sebagai konsekuensinya. Di antara pair mayor lainnya, perseteruan AS dan negara Timur Tengah biasanya akan paling berdampak pada pergerakan USD/JPY. Saat berita ini ditulis, USD/JPY sudah menghentikan penurunan dua hari dan terkoreksi 0.21 persen di kisaran 107.49, walaupun masih bergerak di area terendah sejak Januari 2019. Menurut analis, terhentinya penguatan Yen terhadap Dolar AS adalah karena meredanya risiko konflik. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex
0 Comments
Rifan Financindo - Agenda pengumuman kebijakan moneter oleh bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) hari ini (20/Juni) cenderung kurang diperhatikan dibanding agenda serupa dari Federal Reserve dan BoE. Padahal, pernyataan BoJ mengekspresikan komitmen untuk mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgar dan tak lagi menyebut-nyebut rencana normalisasi. Sejumlah analis bahkan mensinyalir mereka kemungkinan akan memperkuat kendali pelonggaran moneter guna membendung apresiasi Yen.
Gegara Besarnya Risiko Luar NegeriDalam pengumumannya, BoJ mempertahankan target suku bunga jangka pendek tetap pada -0.1 persen dan yield obligasi pemerintah bertenor 10-tahunan sekitar 0 persen. Mereka juga mengulangi kembali janji untuk terus melakukan pembelian obligasi pemerintah sebesar sekitar 80 Triliun Yen per tahun. Di saat yang sama, BoJ mengingatkan bahwa risiko global telah meningkat. Baca Juga :
Cegah Apresiasi YenDalam beberapa waktu terakhir, sejumlah pejabat BoJ telah menyampaikan keraguan mereka mengenai efektivitas dan kelestarian stimulus moneter yang terlalu masif. Namun, sejumlah analis mensinyalir kalau BoJ hanya punya opsi untuk melonggarkan kebijakan moneternya lagi, apabila pemangkasan suku bunga Fed mengakibatkan apresiasi Yen. Tadi pagi, pasangan mata uang USD/JPY sempat anjlok hingga rekor terendah sejak Desember pada level 107.46, akibat aksi jual Dolar seusai rilis pengumuman Fed yang bernada amat dovish. Sebagai salah satu aset safe haven, Yen cenderung menguat ketika minat risiko pasar menurun akibat gejolak di pasar keuangan. Padahal, penguatan Yen yang berlebihan bakal menggerogoti daya saing produk Jepang di pasar internasional.( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo - Nilai tukar Rupiah menguat terhadap Dolar AS pada Kamis siang ini (20/Juni). Berdasarkan grafik Bloomberg, Rupiah menguat dari level pembukaan Rp14,245 ke Rp14,187. Sementara berdasarkan grafik TradingView pukul 15.00 WIB, Rupiah naik signifikan (USD/IDR melemah) dari level Rp14,231 ke Rp14,180 per USD.
Baca Juga :
BI Pertahankan Suku Bunga Karena Alasan IniSesuai ekspektasi, Bank Indonesia (BI) mengumumkan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Day Reverse Repo Rate di angka 6 persen. "Dengan mempertimbangkan assesment dan pertimbangan ekonomi global dan domestik, RDG memutuskan mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 6 persen," tutur Gubernur BI, Perry Warijyo, dikutip dari CNN Indonesia. Perry menambahkan bahwa keputusan ini merupakan hasil pertimbangan BI terkait kondisi ekonomi di luar maupun dalam negeri. Dari luar negeri, tensi perang dagang yang kian memanas berpengaruh signifikan terhadap perekonomian global dan volume perdagangan dunia. Alhasil, banyak negara-negara memilih melonggarkan kebijakan moneternya. Dari dalam negeri, BI mempertimbangkan realisasi dari sejumlah indikator ekonomi. Mulai dari pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019 yang melandai karena kinerja ekspor turun, belum meningkatnya investasi secara signifikan karena ada perlambatan ekspor, hingga pandangan BI bahwa inflasi pada Mei 2019 masih dalam status terkendali. Dipengaruhi Pernyataan The FedKepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, memperkirakan jika kurs Rupiah masih akan bergerak menguat terhadap Dolar AS. "Proyeksi pergerakan rupiah hari ini di kisaran Rp14,100 - Rp14,280," ujar Ariston dikutip dari Suara[dot]com. Menurut pengamatannya, Dolar AS terus tertekan akibat sinyal dari Bank Sentral AS yang akan memangkas suku bunga acuannya. Sebagaimana diketahui, dalam konferensi pers usai pertemuan FOMC bulan Juni 2019, Ketua The Fed, Jerome Powell mengisyaratkan akan melakukan pemotongan suku bunga (Rate Cut) dalam waktu dekat. Sebelum rilis suku bunga BI, hal inilah yang memicu penguatan Rupiah terhadap Dolar AS hari ini. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo Rifanfinancindo - Jakarta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyarankan agar para pengemudi taksi online bergabung dalam koperasi. Hal itu guna meringankan biaya izin Angkutan Sewa Khusus (ASK) yang saat ini Rp 5 juta, khususnya di Jabodetabek. Dengan membentuk koperasi berbadan hukum biaya yang dibayarkan lebih ringan karena sharing antar anggota. "Makanya sebetulnya kalau para pengemudi nggak mau beban itu, dia masuk koperasi bikin badan hukum antar mereka sendiri," kata Dirjen Perhubungan Darat Budi Setyadi di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Rabu (19/6/2019). Dia memahami, ada pengemudi taksi online yang tidak mau bergabung ke dalam koperasi. Mereka dikategorikan sebagai UMKM dan harus membayar biaya urus izin secara perorangan. "Begitu sekarang di dalam regulasi kita kan ada para pengemudi yang tidak mau dalam koperasi, ya sudah UMKM, tampung di situ. Tapi kan konsekuensinya dia harus urus izin usaha penyelenggaraan angkutan," paparnya. Baca Juga :
"Atau kemudian nunggu regulasi saya berubah, gitu ya," tambahnya. Direktur Angkutan Jalan Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub Ahmad Yani sebelumnya mengatakan pihaknya telah mengusulkan agar biaya tersebut turun menjadi Rp 1,5 juta. Usulan tersebut bakal disampaikan ke Kementerian Keuangan untuk kemudian dibahas bersama-sama. "Nah tapi kita sudah usulkan untuk melakukan revisi terhadap PP (yang menetapkan biaya) itu. Kalau tiap perusahaan 5 tahun sekali kan harus memperpanjang (izin) ya itu Rp 5 juta memang, nanti untuk UMKM kita lebih rendahkan ya. Jadi kita sedang revisi itu jadi Rp 1,5 (juta) lah," katanya di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Rabu (19/6/2019). ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : finance.detik Rifan Financindo - Pada hari Selasa (18/Juni), Departemen Statistik China merilis harga rumah baru yang naik dalam laju tercepat sejak Desember tahun lalu. Laporan tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 0.7 persen (Month-over-Month) pada bulan Mei, lebih tinggi ketimbang level pertumbuhan 0.6 persen pada periode April.
Sementara dalam basis tahunan, harga rumah di negeri Tirai Bambu naik 10.7 persen YoY, tidak berubah dari tingkat pertumbuhan di bulan April. Lembaga yang melakukan survei, NBS, mengungkapkan bahwa sebanyak 67 dari 70 kota besar di China melaporkan kenaikan harga rumah cukup signifikan di bulan Mei. Baca Juga :
Pemerintah China Hadapi Tantangan Di Tengah Perang DagangKenaikan harga rumah yang terus berlanjut mempersulit upaya pemerintah China untuk menjaga pasar properti. Padahal, pihak pemerintah sebelum ini sudah menggelontorkan stimulus dalam jumlah besar. Beijing telah berulang kali mendesak pemerintah lokal untuk menjaga stabilitas harga rumah, tetapi pelonggaran dalam kredit baru-baru ini telah membuat permintaan meningkat dan menyebabkan harga rumah terus mengalami kenaikan secara signifikan. Di sisi lain, pembatasan lebih lanjut pada pembeli rumah berpotensi menambah risiko pada perekonomian makro China, yang selama ini sedang berjuang menghadapi perlambatan permintaan akibat perang dagang AS-China. "Jika pasar perumahan menjadi overheat, maka pemerintah China harus segera melakukan pengaturan agar kondisi membaik," tulis Zhang Dawei, seorang analis properti dari Centaline yang berbasis di Beijing. Komentar lain juga datang dari Guo Shuqing, ketua Regulator Perbankan China yang memperingatkan bahwa Beijing harus mewaspadai risiko gelembung (Bubble) properti, karena hal itu bisa menghancurkan perekonomian. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo - Poundsterling merosot drastis pada perdagangan hari Jumat lalu, setelah terungkap bahwa tokoh pro-brexit terkemuka, Boris Johnson, memimpin dalam putaran pertama pemilihan ketua partai Konservatif. Namun, kemerosotan Sterling mulai tertahan dalam perdagangan hari ini (17/Juni), setelah Johnson mengungkapkan bahwa ia tak akan secara sepihak melancarkan "No-Deal Brexit".
Ketua partai Konservatif -yang koalisinya menguasai jumlah kursi terbanyak di parlemen- akan secara otomatis menjadi Perdana Menteri Inggris berikutnya, sehingga komentar-komentar dan pidato sang mantan walikota London itu disoroti pasar. Saat berita ditulis, pasangan mata uang GBP/USD diperdagangkan nyaris flat dekat level penutupan minggu lalu, sekitar 1.2590-an. Namun, GBP/JPY telah beranjak 0.06 persen ke kisaran 136.75 dan EUR/GBP menurun 0.17 persen ke kisaran 0.8905. Grafik GBP/USD Daily via Tradingview.com Baca Juga :
"(Brexit) itu harus terjadi pada tanggal 31 Oktober," kata Johnson. "Semua orang yang mengatakan kita harus menundanya... Saya kira mereka berisiko merusak kepercayaan secara fatal terhadap politik (Inggris). Kita tetap harus pergi dan melakukannya. Kita harus keluar (dari Uni Eropa) pada 31 Oktober." Analis Masih SkeptisSinyalemen Johnson menjelaskan bahwa prioritasnya terletak pada renegosiasi kesepakatan brexit dengan Uni Eropa. Meski demikian, hal itu ditanggapi dengan hati-hati oleh pelaku pasar dan analis yang sudah lama diombang-ambingkan oleh kasak-kusuk politisi Inggris di era PM Theresa May. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo Rifanfinancindo - Harga minyak berusaha untuk kembali menguat pada perdagangan Asia hari Jumat (14/Juni), setelah melemah di sepanjang sesi New York tadi malam. Harga minyak masih mendapat dukungan dari kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi hambatan pengiriman minyak, setelah serangan yang terjadi pada kapal tanker di teluk Oman Rabu kemarin.
Pada pukul 09:38 WIB, harga minyak Brent diperdagangkan di kisaran $60.88 per barel, berusaha menjauhi level terendah harian di $60.45 per barel. Kondisi serupa juga terlihat pada pergerakan minyak WTI (West Texas Intermediate) yang berada di level $52.42 per barel, atau berada tidak jauh dari harga Open harian. Baca Juga :
"Serangan terhadap kapal tanker yang terjadi di dekat Iran dan selat Hormuz mampu meredam kejatuhan harga minyak dalam beberapa pekan terakhir, yang sebelumnya diakibatkan oleh memanasnya tensi perang dagang AS-China memanas sejak bulan lalu," kata seorang analis dalam sebuah catatan. Eskalasi ketegangan AS-Iran lantas tidak terelakkan lagi, menyusul Washington yang menuduh Iran sebagai dalang di balik serangan kapal tanker. Akan tetapi, Tehran dengan keras membantah tudingan tersebut. Padahal, PM Jepang, Shinzo Abe, berkunjung ke Iran minggu ini sebagai langkah untuk menengahi pertikaian AS dengan Iran yang semakin memanas dalam beberapa bulan terakhir. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Financindo - Departemen Statistik AS pada hari Rabu (12/Juni) merilis data Inflasi Konsumen (CPI) yang mencatat pertumbuhan 0.1 persen (Month-over-Month) di bulan Mei. Angka tersebut sesuai dengan ekspektasi ekonom, tapi lebih rendah dibandingkan gain 0.3 persen yang dicapai pada bulan April.
Dalam basis tahunan, trend CPI AS juga sedikit melambat dengan hanya membukukan kenaikan 1.8 persen y/y, gagal mengungguli ekspektasi untuk kenaikan 1.9 persen. Sebagai perbandingan, Inflasi Tahunan bulan April naik 2.0 persen dari tahun sebelumnya. Kondisi serupa juga terjadi pada CPI Inti yang tidak memasukkan pengukuran pada kategori makanan dan energi. Dalam basis bulanan, data berlabel Core CPI itu naik 0.1 persen saja di bulan Mei, lebih rendah dari ekspektasi kenaikan 0.2 persen. Inflasi Konsumen Inti AS juga sedikit melambat secara tahunan dengan kenaikan 2.0 persen di bulan Mei, melemah dari pertumbuhan 2.1 persen dari rilis bulan sebelumnya. Baca Juga :
Inflasi (CPI) AS Consumer Price Index (CPI) adalah tingkat inflasi atau perubahan harga rata-rata di tingkat konsumen pada sejumlah jenis barang dan jasa tertentu. Dolar AS Rebound, Turut Didukung Oleh Komentar TrumpMeski berada di bawah ekspektasi, Inflasi Konsumen periode Mei setidaknya masih dekat dengan target Fed dan jauh lebih baik dari kondisi yang dikhawatirkan pasar dalam beberapa waktu terakhir. Hal inilah yang mendasari rebound pada Indeks dolar (DXY) untuk menjauhi level terendah 11 pekan. Setelah rilis CPI AS tadi malam, Indeks DXY melonjak hingga menyentuh level 97.00. Namun ketika berita ditulis pada pagi ini, harga sudah sedikit terkoreksi dan berada di kisaran 96.92 Selain karena faktor rilis CPI AS yang dinilai masih cukup moderat, penguatan Dolar AS terjadi lantaran pelemahan mata uang utama lain terutama Euro. Single Currency itu tampaknya terpukul oleh komentar Trump yang sedang mempertimbangkan untuk memberi sanksi atas proyek pipa gas alam Nordstream 2 Rusia, dan memperingatkan Jerman agar tidak tergantung pada pasokan energi dari Rusia. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo - Pada hari Rabu (12/Juni), Departemen statistik China merilis data Inflasi Konsumen atau CPI yang melonjak 2.7 persen (YoY) di bulan Mei, sesuai dengan ekspektasi, dan lebih tinggi dari kenaikan 2.5 persen (YoY) di bulan April. Inflasi konsumen sebesar 2.7 persen ini merupakan level tertinggi sejak Februari 2018.
Lonjakan CPI kali ini tidak terlepas dari pengaruh harga makanan yang semakin meningkat di pasaran. Wabah demam babi Afrika disinyalir turut berkontribusi terhadap kenaikan harga daging dan berimbas langsung pada indeks harga makanan yang melonjak dari 6.1 persen ke 7.7 persen YoY di bulan Mei. Kenaikan ini merupakan pertumbuhan dengan laju tercepat sejak Januari 2010. Baca Juga :
Inflasi Produsen Melambat Karena Faktor IniKenaikan Inflasi Konsumen China ternyata tidak diikuti oleh inflasi di tingkat produsen yang melambat ke level 0.6 persen (YoY) di bulan Mei. Meski sesuai dengan ekspektasi, tapi pertumbuhan PPI ini merosot dari kenaikan 0.9 persen (YoY) pada periode sebelumnya. Perlambatan Inflasi Produsen China dipicu oleh lemahnya permintaan komoditas dan aktivitas manufaktur yang lesu. Rendahnya permintaan konsumen domestik China pada bulan Mei sebenarnya sudah terlihat sejak rilis data perdagangan kemarin, yang mencatatkan laju impor anjlok sebesar 8.5 persen YoY selama periode Mei. Faktor lain yang mendasari penurunan Inflasi Produsen China adalah harga energi yang memang sedikit menurun di bulan lalu, memaksa penurunan biaya ekstraksi minyak dan gas, batubara, hingga logam besi. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo Rifanfinancindo - Menurut data yang diterbitkan Bureau of Labor Statistics Senin (11/Juni) malam ini, JOLTS Job Openings AS untuk bulan April 2019 turun dari 7.474 juta menjadi 7.449 juta. Angka tersebut juga tidak memenuhi ekspektasi kenaikan ke 7.500 juta.
Adapun kemerosotan dalam sektor pekerjaan profesional dan bisnis jasa sebanyak 172,000, menjadi penyebab dari penurunan JOLTS Job Openings AS kali ini. Meski demikian, para ekonom menganalisis bahwa pelemahan data tersebut bukanlah permasalahan serius. Sebab, perekrutan tenaga kerja dinilai masih tinggi meski pembukaan lapangan kerja turun tipis. "JOLTS untuk bulan April mungkin memang bukan indikator yang paling berguna untuk menggambarkan kondisi pasar tenaga kerja saat ini," kata Daniel Silver, ekonom dari JP Morgan. "Namun, yang layak (dipertimbangkan) adalah bahwa data JOLTS menunjukkan kondisi data tenaga kerja secara umum yang masih cukup baik, setidaknya hingga bulan April," imbuh Silver. JOLTS AS Data Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) AS mengukur jumlah lapangan pekerjaan baru di luar sektor pertanian AS selama kurun waktu sebulan. Baca Juga :
Dolar AS Berusaha Bullish Di Tengah Isu Tarif TrumpMenyusul rilis data ekonomi tersebut, Indeks Dolar AS (DXY) sempat turun lalu bergerak flat. Namun, pergerakan Indeks Dolar AS secara umum masih menguat 0.24 persen ke 96.80 di time frame harian. Padahal, harga sempat menyentuh level rendah 96.46 di sesi perdagangan sebelumnya akibat isu Rate Cut The Fed. Penggerak Dolar AS di awal pekan ini didominasi oleh isu geopolitik. Yang terbaru, AS dan Meksiko sepakat untuk menghindari tarif impor, terutama setelah Meksiko setuju memenuhi tuntutan Trump untuk membatasi imigran gelap agar tak masuk ke AS. "Kabar bahwa tarif untuk Meksiko dapat dihindari, menjadi alasan utama Dolar AS memantul naik dengan apik semalam," kata Richard Franulovich, Kepala FX Strategy di Westpac Banking Corp sebagaimana dikutip dari Reuters. Kendati demikian, perang dagang AS-China masih perlu diwaspadai. Dalam wawancaranya dengan CNBC malam ini, Presiden AS Donald Trump mengatakan akan tetap menaikkan tarif impor untuk barang China jika gagal mencapai kesepakatan dengan Presiden Xi Jinping dalam KTT G-20 di Osaka pada akhir bulan ini. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex |
Archives
September 2021
Categories |