PT Rifan Financindo - Pada hari Rabu (12/Juni), Departemen statistik China merilis data Inflasi Konsumen atau CPI yang melonjak 2.7 persen (YoY) di bulan Mei, sesuai dengan ekspektasi, dan lebih tinggi dari kenaikan 2.5 persen (YoY) di bulan April. Inflasi konsumen sebesar 2.7 persen ini merupakan level tertinggi sejak Februari 2018.
Lonjakan CPI kali ini tidak terlepas dari pengaruh harga makanan yang semakin meningkat di pasaran. Wabah demam babi Afrika disinyalir turut berkontribusi terhadap kenaikan harga daging dan berimbas langsung pada indeks harga makanan yang melonjak dari 6.1 persen ke 7.7 persen YoY di bulan Mei. Kenaikan ini merupakan pertumbuhan dengan laju tercepat sejak Januari 2010. Baca Juga :
Inflasi Produsen Melambat Karena Faktor IniKenaikan Inflasi Konsumen China ternyata tidak diikuti oleh inflasi di tingkat produsen yang melambat ke level 0.6 persen (YoY) di bulan Mei. Meski sesuai dengan ekspektasi, tapi pertumbuhan PPI ini merosot dari kenaikan 0.9 persen (YoY) pada periode sebelumnya. Perlambatan Inflasi Produsen China dipicu oleh lemahnya permintaan komoditas dan aktivitas manufaktur yang lesu. Rendahnya permintaan konsumen domestik China pada bulan Mei sebenarnya sudah terlihat sejak rilis data perdagangan kemarin, yang mencatatkan laju impor anjlok sebesar 8.5 persen YoY selama periode Mei. Faktor lain yang mendasari penurunan Inflasi Produsen China adalah harga energi yang memang sedikit menurun di bulan lalu, memaksa penurunan biaya ekstraksi minyak dan gas, batubara, hingga logam besi. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
September 2021
Categories |