RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Euro turun drastis menghapus level tinggi yang telah dikumpulkannya kemarin terhadap Dolar AS. Sesuai ekspektasi sebelumnya, European Central Bank (ECB) tak mengubah kebijakan moneter pada hari Kamis (26/Juli) ini. Selain itu, dovish-nya pidato Mario Draghi menambah lemah mata uang single currency tersebut.
Baca juga:
Namun, ECB tetap harus bergerak perlahan dalam melakukan penarikan stimulus, demi menghindari kekacauan dalan pasar finansial. Langkah ECB juga memperhatikan risiko dari konflik perdagangan global. Meski lega dengan hasil diskusi terbaru antara Presiden AS dengan Presiden Komisi Eropa, Draghi mengatakan bahwa ancaman ketidakpastian sehubungan dengan proteksionisme (AS) perlu diwaspadai. Oleh karena itu, stimulus kebijakan moneter masih dibutuhkan. Lambatnya tindakan penarikan stimulus moneter oleh ECB tersebut membuat divergensi kebijakan moneter antara ECB dengan The Fed kian lebar; The Fed sudah hampir pasti akan kembali menaikkan suku bunga. Akibatnya, Euro melemah terhadap Dolar AS. "Sejak bank sentral (ECB) mengumumkan akan mengakhiri pembelian aset baru pada bulan Desember depan dan tetap mempertahankan suku bunga sampai dengan musim panas 2019, rapat kebijakan bulan ini menjadi sedikit kurang penting," kata Jennifer McKeown, analis Capital Economics. Baca juga:
Menurut McKeown, gencatan senjata yang disepakati oleh Trump dan Juncker kemarin masih diragukan apakah benar akan mengurangi ancaman yang dibawa oleh tarif impor. Persoalan perang dagang ini menjadi sorotan ECB bulan lalu. Euro Jatuh, Hapus Kenaikan KemarinSaat berita ini ditulis, EUR/USD sedikit terkoreksi ke 1.1660 setelah jatuh ke 1.1658, level rendah yang terbentuk setelah pengumuman hasil diskusi Trump dan Juncker. Terhadap Poundsterling, Euro juga jatuh sebanyak 0.23%, dengan EUR/GBP yang turun ke posisi 0.8866 dari sebelumnya 0.8885. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca juga :
0 Comments
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Dolar AS melemah terhadap mata uang-mata uang mayor Kamis (26/Juni) pagi ini, setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Komisi Uni Eropa Jean Claude Juncker resmi digelar. Hasilnya, mereka sepakat untuk meredakan konflik perdagangan global dengan menunda tarif impor yang mengancam dunia menuju perang dagang.
Baca juga:
Selama Negosiasi Berlangsung, Bea Impor Akan Ditunda Dalam konferensi pers pasca pertemuan, Trump yang berdiri bersama Juncker di podium Gedung Putih mengungkapkan harapannya untuk menciptakan nuansa perdagangan yang adil dengan Eropa. "Pertama-tama, hari ini kami telah sepakat, untuk mengusahakan kerja sama yang bertarif nihil, berbatasan nihil, dan bersubsidi nihil dalam barang-barang industri non-otomotif," kata Trump. Trump mengindikasikan bahwa selama negosiasi berlangsung, kedua negara sepakat menghentikan tarif impor untuk sementara waktu. Ia juga mengatakan bahwa Uni Eropa telah sepakat mengimpor lebih banyak kacang kedelai dan gas alam cair dari AS. Baca juga:
"Kita masih melihat banyak negara yang membatasi perdagangannya dengan ketat serta menerapkan tarif yang luar biasa besar, dan kita harus mengikutinya. Kalian mungkin menyebutnya sebagai pembalasan. Namun, saya hanya ingin mengatakan bahwa kami ingin resiprokal. Jadi apakah itu akan (terjalin) dengan Uni Eropa ataupun negara lain, maka minimal harus ada timbal balik," tambahnya. Sedangkan Juncker mengatakan bahwa hubungan Eropa dan Amerika Serikat adalah kerabat dekat, dan selama negosiasi, bea impor akan ditunda. "Kami adalah partner dekat, sekutu - bukan musuh. Kami harus bekerja bersama-sama... Menurut saya, kami akan fokus pada pengurangan tarif daripada menaikkannya. Inilah yang akan kami lakukan," kata Juncker. Dolar AS Melemah Pasca pertemuan tersebut, Dolar AS justru melemah. EUR/USD menguat 0.4 persen, dengan kenaikan menuju level 1.17400 dari 1.17200. USD/JPY turun 0.24 persen, dan saat berita ini ditulis, diperdagangkan di angka 110.80. Sedangkan USD/CAD turun karena para pembuat kebijakan Kanada dan Meksiko optimis akan kesepakatan NAFTA. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
PT RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Dolar New Zealand naik terhadap Dolar AS memasuki sesi Eropa Selasa (25/Juli) sore ini. Defisit neraca perdagangan New Zealand yang melebar rupanya tak menghalangi penguatan mata uang tersebut. Hal ini karena kebijakan otoritas China yang baru berdampak pada naiknya harga komoditas, sehingga menimbulkan efek positif bagi mata uang komoditas seperti Dolar New Zealand.
Baca juga:
Defisit Neraca Perdagangan New Zealand Melebar Meningkatnya permintaan terhadap barang-barang impor dari luar New Zealand membuat defisit neraca perdagangan negara tersebut melebar, bahkan mencapai penurunan terbesar dalam satu dekade. Biro statistik setempat melaporkan, defisit perdagangan tahunan (MoM) melebar hingga $4 miliar pada bulan Juni, dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebanyak $3.66 miliar. Impor tahunan meningkat sebanyak $6.02 miliar ke $59.55 miliar, sedangkan ekspornya naik sebanyak $5.65 miliar ke $55.52. Impor New Zealand naik karena bertambahnya permintaan petroleum dan produk-produk turunannya. Sedangkan sektor ekspor masih dipimpin oleh ekspor daging dan produk susu ke China. Baca juga:
PBoC Melonggarkan Kebijakan Moneter Di sisi lain, People's Bank of China (PBoC) menginjeksikan tambahan likuiditas ke sistem pinjaman. Selain itu, bank sentral tersebut juga mengagendakan pemotongan pajak untuk sektor penelitian dan teknologi, serta penerbitan obligasi khusus untuk investasi infrastruktur. Kabar ini disambut baik oleh China's Shanghai Composite Index dan harga komoditas dengan kenaikan. NZD Pertahankan Level Tinggi Dolar New Zealand tampak lebih merespon data China ketimbang data domestiknya. Sehingga, penurunan tipis yang sempat terbentuk pasca data neraca perdagangan segera terhapus. NZD/USD diperdagangkan pada posisi 0.6801 saat berita ini ditulis, dari posisi 0.6773 kemarin. Sedangkan terhadap Dolar Australia, Kiwi juga menguat karena mata uang negara tetangganya tersebut sedang dikecewakan oleh data inflasi. Menurut analis Bank of New Zealand, Nick Smyth, NZD kemarin memang sedikit lebih tinggi daripada hari ini, tapi NZD/USD akan menemui level konsolidasi di kisaran US$0.67 per dolar AS. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Poundsterling menguat menyusul pernyataan PM Inggris Theresa May, yang menegaskan bahwa ia akan memegang kendali penuh dalam negosiasi Brexit dengan Uni Eropa. Kendati demikian, para analis dari ING masih memandang bearish pada Pound ke depan.
Baca juga:
Pound Naik Pasca Pernyataan PM May GBP/USD naik ke level tinggi satu minggu di 1.3160 pada hari Selasa (24/Juli) malam ini, setelah sebelumnya turun ke level rendah 1.3072. Cable menerima cukup banyak permintaan karena para trader memilih untuk memborong mata uang tersebut di sesi perdagangan Amerika pasca pernyataan PM May. PM Inggris, Theresa May mengatakan bahwa sekarang dirinya akan memegang kendali langsung atas negosiasi Brexit. Dia sendiri yang akan menyusun mayoritas skenario kesepakatan dan berbicara dengan Uni Eropa. Sedangkan Departemen Brexit kini akan lebih difokuskan untuk mempersiapkan Inggris memasuki masa exit dan menghadapi skenario no-deal (tanpa kesepakatan). Komentar May tersebut datang setelah Menteri Brexit Dominic Raab yang akan menggantikan posisi David Davis, mengatakan bahwa Inggris harus bersiap menghadapi serangkaian event yang berhubungan dengan Brexit setidaknya hingga Oktober. Namun, pernyataan tersebut tidak memberikan banyak pengaruh pada Pound. Baca juga:
ING Turunkan Ekspektasi Untuk Penguatan PoundKendati Pound menguat malam ini, ING, bank dan institusi finansial mulitinasional terkemuka dunia, justru menurunkan ekspektasinya untuk penguatan mata uang Inggris terhadap Euro dan Dolar AS. Alasannya, ketidakjelasan masih menggelayuti politik di negara yang sedang disibukkan oleh Brexit tersebut, setidaknya hingga bulan Oktober. Walaupun dalam jangka pendek akan ada kemungkinan bagi GBP/USD untuk kembali mencapai level tinggi bulan Juni, tapi mereka memperkirakan bahwa kekhawatiran atas hengkangnya Inggris dari Uni Eropa akan meningkat, dan dapat melemahkan Pound lebih dalam daripada yang telah diantisipasikan. "Poundsterling masih murah, baik dalam jangka pendek (dalam isu suku bunga BoE dan data ekonomi Inggris), maupun jangka panjang (dalam isu Brexit). Namun, kekacauan politik di Westminster menjadi alasan yang bagus untuk berdagang (Pound) dengan diskon," kata Viraj Patel, salah seorang analis ING. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Poundsterling jatuh ke level rendah tiga pekan terhadap Yen di sesi Amerika Senin (23/Juli) malam ini. Kemelut Brexit membuat Pound melemah, terutama karena Polling terbaru yang mengindikasikan pilihan rakyat Inggris terhadap Hard Brexit. Di sisi lain, Yen mendapatkan energi dari kabar perubahan kebijakan moneter Bank of Japan (BoJ)..
GBP/JPY turun 0.6 persen menuju level rendah 145.935 saat berita ini ditulis, makin dalam menjauhi level tinggi 146.273 yang terbentuk di akhir pekan lalu. Baca juga:
Sementara itu, GBP/USD turun 0.2 persen ke angka 1.3103 setelah rebound pada hari Jumat lalu."Poundsterling terbilang beragam secara keseluruhan meskipun mengawali perdagangan hari ini di level tinggi terhadap Dolar AS, dan menemui resisten di kisaran 1.3150," kata Davis Cheetam, analis di broker XTB, yang dikutip oleh Reuters. Rakyat Inggris Pilih Hard Brexit Poundsterling diperkirakan akan menghadapi volatilitas tinggi, khususnya jika ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa dukungan untuk metode Hard Brexit mengalami peningkatan. Polling yang diadakan akhir pekan lalu membuktikan bahwa rakyat Inggris sangat menentang rencana peralihan metode Perdana Menteri Theresa May ke "Soft Brexit". Baca juga:
Mereka menyatakan akan lebih mendukung partai politik sayap kanan baru yang berkomitmen untuk melepaskan diri sepenuhnya dari Uni Eropa, atau dengan kata lain, menggunakan "Hard Brexit". Terlepas dari hal tersebut, pasar hanya bisa menunggu hasil perundingan di Brussels selanjutnya. BoJ Akan Sudahi Moneter Longgar?BOJ mengumumkan operasi pembelian obligasi unlimited fixed-rate untuk pertama kalinya sejak Februari, setelah yield obligasinya mengalami lonjakan. Bank sentral ini disebut-sebut akan mengurangi pelonggaran moneternya dengan metode teknis semacam Yield Curve Control yang diterapkan pada tahun 2016 lalu. Akibatnya, Yen pun menguat terhadap sejumlah mata uang termasuk Pound. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
PT RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Dolar Australia (Aussie) turun tajam pada hari Jumat lalu, sebelum kembali terdorong keatas dan menutup perdagangan akhir pekan dengan kenaikan cukup signifikan. Penguatan Aussie itu disebabkan oleh rebound pasar finansial China yang berbalik pulih dari kerugian, lalu diikuti cuitan Presiden Trump di Twitter yang ikut membantu Aussie naik.
Baca juga:
Karena tidak ada rilis data ekonomi penting, Dolar Australia masih mempertahankan penguatan sejak akhir pekan lalu pada saat pembukaan pasar Sydney pada hari Senin (23/7). Aussie sebagian besar tidak berubah, mempertahankan gain yang diraih hari Jumat lalu. Pada pukul 5:00 WIB, Aussie menguat 0.18 persen terhadap Yen, menguat 0.22 persen terhadap Euro, menguat 0.32 persen terhadap Sterling, menguat 0.33 persen terhadap Kiwi, namun tercatat sedikit melemah terhadap Dolar AS dan Loonie. Cuitan Twitter Presiden Trump Lemahkan Greenback Komentar Presiden Trump di media sosial Twitter pada akhir pekan lalu menjadi salah satu faktor yang mendorong Aussie terangkat. Inilah pernyataan kontroversi Trump mengenai manipulator perdagangan, setelah diwawancari oleh CNBC saat Trump mengatakan bersedia menaikkan tarif impor semua barang barang dari China saat memasuki AS. “China, Uni Eropa dan negara lainnya telah memanipulasi mata uang dan suku bunga mereka lebih rendah, disaat AS menaikkan suku bunga yang membuat Dolar semakin menguat setiap harinya. Hal itu menghilangkan sisi kompetitif kami” cuitan @realDonaldTrump. Baca juga:
Setelah itu, Trump juga berkomentar mengenai kenaikan suku bunga Fed. “AS tidak seharusnya dihukum, karena kami telah melakukannya dengan sangat baik. Pengetatan (kenaikan suku bunga) sekarang menyakiti semua yang telah kami lakukan. (Oleh karena itu) AS harus diijinkan untuk mengambil kembali apa yang hilang akibat manipulasi mata uang illegal dan transaksi perdagangan yang buruk. Utang yang jatuh tempo dan kami menaikkan suku bunga, benarkah?” @realDonaldTrump. Kedua Tweets Trump pada akhir pekan lalu membebani Dolar AS dan membantu mata uang seperti Aussie dan lainnya untuk menguat dan menutup perdagangan hari Jumat dengan penguatan. Pernyataan Trump itu lantas menuai banyak reaksi dari ekonom, salah satunya Rodrigo Catril, seorang analis FX senior di National Australia Bank (NAB) yang mengatakan, “Pernyataan Presiden Trump yang terkesan tidak puas dengan penguatan Dolar AS selama ini, membatasi potensi keuntungan Greenback dalam jangka pendek” ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Dolar AS bertahan di level tingginya terhadap mata uang-mata uang mayor di sesi New York Kamis (19/Juli) malam, setelah data Jobless Claim mingguan dirilis. Di luar ekspektasi, jumlah penduduk AS yang memohon tunjangan pengangguran berkurang pada pekan lalu, bahkan mencapai yang terendah dalam lima dekade terakhir.
Jobless Claims Capai Level Terendah BaruUS Labor Department melaporkan, Initial Jobless Claims turun ke 207,000, atau selisih 8,000 lebih sedikit dibandingkan dengan revisi minggu lalu yang sejumlah 215,000 orang. Padahal ekspektasinya, Jobless Claims AS akan naik ke 220,000. Angka 207,000 yang tercapai malam ini menandai level terendah Jobless Claims baru dalam beberapa tahun terakhir. Baca juga:
Kabar ini cukup menggembirakan karena sejak pertengahan Mei lalu, Jobless Claims yang dirilis secara mingguan terus-menerus naik. Pada rilis untuk pekan yang berakhir di 5 Juli, klaim pengangguran bahkan meningkat lebih tinggi dari perkiraan pasar. Dolar AS Menguat Terbatas Rilis positif Jobless Claims kembali menguatkan Dolar AS yang sempat melemah. USD/JPY naik dan diperdagangkan di kisaran 113.089, beberapa saat setelah laporan itu diumumkan. Akan tetapi, saat berita ini ditulis, pasangan mata uang tersebut sudah sedikit turun menuju angka 112.990. Kenaikan paling mencolok Dolar AS tampak pada pair GBP/USD. Pasangan mata uang tersebut turun drastis ke level 1.2958. Penyebabnya bukan hanya karena Dolar AS yang menguat, tapi juga data Penjualan Ritel Inggris yang mengecewakan Poundsterling. Baca juga:
Selanjutnya, investor akan fokus pada perkembangan perang dagang AS-China. Yang terbaru, penasihat ekonomi Donald Trump, Larry Kudlow, menuduh Xi Jinping sengaja membuat kebijakan balasan yang tak bisa dinegosiasikan lagi. Menurut Kudlow, Presiden China tersebut juga menghasut negara-negara lain seperti Uni Eropa untuk melakukan manuver serupa dalam menegosiasikan kesepakatan dagang dengan AS. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU | Poundsterling Jatuh Setelah Carney BoE Singgung Dampak Brexit7/18/2018 RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Poundsterling jatuh setelah Gubernur Bank of England (BoE) Mark Carney menyampaikan pidato yang mengungkapkan bahwa Brexit dapat memengaruhi kebijakan suku bunga. Di sesi Eropa Selasa (17/Juli) malam ini, GBP/USD terempas ke angka 1.3206 dari level tinggi 1.3263. Padahal sorenya, pasangan mata uang tersebut masih mendulang kenaikan dari data Ketenagakerjaan Inggris dan lemahnya Dolar AS.
Baca juga:
Poundsterling Sempat Naik Setelah Rilis Data Ketenagakerjaan InggrisPound menguat begitu trader memberikan respon terhadap data Ketenagakerjaan Inggris sore tadi. Sebagaimana dilaporkan ONS (The Office for National Statistics), Tingkat Pengangguran stabil di level 4.2 persen dan sesuai dengan ekspektasi pasar. Proporsi orang yang bekerja naik ke rekor tinggi 75.7 persen. Sementara itu, pendapatan rata-rata mingguan naik sebanyak 2.5 persen, lebih rendah daripada sebelumnya di 2.6 persen, tetapi masih sesuai dengan ekspektasi. Pertumbuhan gaji tergelincir dari 2.8 persen ke 2.7 persen dalam tiga bulan sampai dengan Mei. Termasuk bonus, pertumbuhan gaji di Inggris jatuh dari 2.6 persen ke 2.5 persen dalam periode yang sama. Sejumlah analis memperingatkan, perlambatan dalam pertumbuhan gaji dapat menenggelamkan ekspektasi kenaikan suku bunga BoE bulan depan. Pasalnya, pertumbuhan gaji merupakan indikator yang diawasi oleh bank sentral tersebut guna menilai prospek daya beli masyarakat yang bisa berpengaruh pada kesehatan ekonomi negara. Baca juga:
Walaupun demikian, pengamat statistik ONS, Matt Hughes, menilai bahwa pertumbuhan pasar tenaga kerja Inggris sampai saat ini masih terbilang kuat. "Dari data yang dirilis sore tadi, jelas bahwa pasar tenaga kerja masih tumbuh dengan kuat," tutur Matt Hughes kepada BBC. Pernyataan Carney Jatuhkan PoundsterlingKenaikan Poundsterling pasca data Ketenagakerjaan tak berlangsung lama. Mata uang Inggris tersebut jatuh, setelah Gubernur BoE Mark Carney mengatakan bahwa Brexit yang tanpa keputusan dapat memberikan konsekuensi besar bagi ekonomi Inggris, termasuk tinjauan suku bunga. Inggris dan Uni Eropa telah menegosiasikan kesepakatan transisi, yang menjadikan Inggris sebagai anggota non-voting (tak memiliki hak suara) di Uni Eropa sejak Maret tahun depan sampai penghujung tahun 2020. Namun kesepakatan itu belum diratifikasi. Carney mengatakan bahwa hal ini membuat posisi Inggris akan terendap (crash out), sehingga harus mengandalkan aturan perdagangan World Trade Organization (WTO). Jika sudah demikian, maka ini akan menjadi fenomena yang lebih buruk bagi Inggris. "Tugas kami adalah untuk memastikan bahwa kita sudah bersiap," kata Carney kepada hadirin di Parliamentary Hearing di Farnborough, Southern England. Posisi crashing-out akan menyulitkan komite kebijakan moneter bank sentral Inggris untuk melakukan tinjauan terhadap Outlook ekonomi dan suku bunga. "Ini akan menjadi perisitiwa penting. Tetapi saya tidak mau menduga-duga arahnya kemana," kata Carney. "Berbicara sedikit dari segi layanan finansial, Brexit yang tanpa kesepkatan ... akan ada konsekuensi besar bagi perekonomian. Perbankan kita akan menganggur karena minimnya permintaan layanan," demikian tutupnya. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
PT RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Dolar AS cenderung turun tipis, walaupun Penjualan Ritel untuk bulan Juni dilaporkan naik dan berpeluang memantapkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Meski minat risiko meningkat, para investor lebih memilih untuk memangkas kembali pertaruhan long position mereka pada Greenback, sehingga kenaikan Dolar AS tak begitu signifikan.
Baca juga:
Revisi Kenaikan Dalam Laporan Penjualan RitelPenjualan Ritel AS naik 0.5 persen pada bulan Juni, sesuai dengan ekspektasi para ekonom Reuters. Sementara itu, Penjualan Ritel untuk bulan Mei direvisi naik dari 0.8 persen menjadi 1.3 persen. Penjualan Ritel Inti (Core Retail Sales) juga tercatat naik 0.4 persen selama bulan Juni. "Kenaikan Penjualan Ritel yang sesuai dengan konsensus menandakan kuatnya hasil laporan, mengingat ada revisi kenaikan pula di dalamnya," kata Royce Mendes, ekonom CIBS Capital Markets. Pasar memperhatikan laporan Penjualan Ritel karena kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi yang cukup besar. Dengan demikian, di kuartal kedua, pertumbuhan ekonomi AS memiliki peluang menguat. Pertumbuhan ekonomi yang kuat berarti memungkinkan kenaikan suku bunga. Baca juga:
Dolar AS Melemah Karena Faktor TeknikalAkan tetapi, indeks Dolar justru turun 0.27 persen setelah Penjualan Ritel AS dirilis, dan menuju level 94.49. Sedangkan USD/JPY turun tipis dengan diperdagangkan di kisaran 112.289 saat berita ini ditulis. EUR/USD bertahan di level tinggi yang terbentuk di sesi sebelumnya, dan kini diperdagangkan pada harga 1.1710. "Dolar AS bergerak turun di awal pekan ini setelah mengalami penurunan dalam tiga pekan berturut-turut. Secara umum, menurut kami, ini lebih merupakan refleksi faktor teknikal daripada makroekonomi, terutama karena sebagian katalis besar masih absen. Ini mungkin hanya sekedar giliran (Dolar AS untuk turun), kecuali jika Ketua The Fed memberikan dorongan naik pada Dolar AS dalam testimoninya pekan ini," kata Mark McCormick dari TD Securities. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Euro turun ke level rendah delapan hari di sesi perdagangan Jumat (13/Juli) sore ini. Menguatnya Dolar AS yang disebabkan oleh laporan inflasi AS kemarin malam, telah mendukung kenaikan suku bunga The Fed lanjutan dan semakin memperjelas divergensi kebijakan antara bank sentral AS tersebut dengan European Central Bank (ECB).
Inflasi AS Mendukung Kenaikan Suku Bunga Harapan akan kenaikan suku bunga The Fed dua kali lagi tahun ini ditunjang oleh kuatnya inflasi AS. Sesuai ekspektasi, indeks inflasi konsumen (CPI) AS bulan Juni menunjukkan kenaikan sebanyak 2.9 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Sedangkan Indeks CPI Inti (Core CPI), yang tidak memasukkan harga barang volatil seperti makanan dan bahan bakar, juga mencatatkan kenaikan ke level 2.3 persen dari sebelumnya di 2.2 persen. Baca juga:
"Rangkaian data inflasi AS kemarin mengonfirmasi bahwa The Fed akan menjadi bank sentral (dengan kebijakan moneter) paling ketat di antara bank sentral lainnya... Kami yakin Dolar AS punya potensi memperpanjang reli," kata Matys. Baca juga:
Dibandingkan dengan European Central Bank (ECB), The Fed memang jauh lebih hawkish. Kemarin malam, notulen ECBmenunjukkan bahwa bank sentral tersebut cenderung dovish dengan berkomitmen menjaga pelonggaran moneter mereka selama dibutuhkan, sembari menunggu inflasi mencapai target. Oleh karena itulah, tak heran apabila Euro melemah terhadap Dolar AS, walaupun keduanya sama-sama menjadi mata uang minat risiko. Pasalnya, kebijakan moneter yang ketat di suatu negara berpotensi memperkuat nilai tukar mata uangnya. Dalam hal ini, bank sentral AS lebih hawkish daripada ECB sehingga Dolar AS lebih kuat. Saat berita ini ditulis, EUR/USD dipedagangkan pada 1.1633, turun dari sesi sebelumnya di 1.1664. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca juga :
|
Archives
September 2021
Categories |