Rifan Pekanbaru - Meski menunjukkan penurunan dalam time frame H1, pergerakan Poundsterling pada Kamis (31/Mar) sore ini terbilang ranging terhadap Dolar AS. Para investor menunggu tanggapan dari para petinggi Uni Eropa (UE) terkait dimulainya negosiasi Brexit. Article 50, yang menjadi prasyarat perceraian Inggris dari Uni Eropa, telah resmi dipergunakan oleh PM Theresa May.
GBP/USD diperdagangkan pada angka 1.2442 di sesi perdagangan Eropa hari ini. Secara keseluruhan, GBP/USD hanya bergerak naik turun di antara 1.2478 dan 1.2377 (low delapan hari) dari kemarin hingga hari ini. Sesuai Ekspektasi"Saya kira hal ini tak terlalu mengejutkan, maksud saya minimnya reaksi pada Sterling kemarin. Pasar kan sudah tahu bahwa hal ini akan terjadi," kata Alex Edwards, Kepala Dealing di OFX London kepada Reuters. "Menurut saya, kita akan melihat pasar yang ranging di akhir pekan ini, meski awal minggu lalu hingga beberapa pekan ke depan kita cukup mendapat 'semangat' dari isu-isu negosiasi Brexit yang akan berkembang beberapa pekan ke depan." tambahnya. Komentar Edwards tersebut senada dengan analis-analis lain yang memberikan proyeksi beberapa minggu sebelum pengaktifan Article 50. Neil Wilson, Analis Pasar dari ETX Capital, mengatakan bahwa realita Brexit sudah diperhitungkan oleh para trader Pounds sterling. Begitupula dengan Morgan Stanley. Menurut mereka, pengaktifan Article 50 tak akan menimbulkan pergerakan besar bagi Poundsterling. "Sudah banyak berita-berita terkait pencetusan Article 50 dalam beberapa minggu ke depan, tapi kami yakin bahwa data-data ekonomi yang terkorelasi negatif dengan Brexit suah diperhitungkan (oleh pasar)," tulis mereka dalam catatannya pada tanggal 2 Maret lalu. Sementara itu, EUR/GBP diperdagangkan di angka 86.50 pence menurun sebanya 0.1 persen. Presiden Dewan UE, Donald Tusk, berjanji akan memberikan tanggapan terhadap Article 50 yang telah dicetuskan Inggris dalam 48 jam setelah hari ini. Hal inilah yang menjadi perhatian utama para investor.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex
0 Comments
Rifan Pekanbaru - Pasar keuangan menanggapi serius proses awal kesepakatan Brexit. Perdana Menteri Theresa May menandatangani surat permohonan resmi untuk memulai Article 50 yang menjadi awal perpisahan Inggris dari Uni Eropa (UE). Surat tersebut disampaikan kepada Presiden Uni Eropa, Donald Tusk, oleh Tim Barrow, utusan tetap Inggris untuk kawasan UE.
Ini berarti Inggris akan keluar dari Uni Eropa pada 29 Maret 2019, menjelang pemilu Parlemen Eropa pada bulan Mei tahun depan. Namun demikian, proses Inggris keluar dari Uni Eropa masih membutuhkan waktu. Dengan kata lain masih ada kewajiban dan peraturan yang harus dipenuhi dan dilakukan oleh kedua belah pihak. Pemimpin Uni Eropa mengatakan, Inggris tidak bisa sepenuhnya keluar dari Uni Eropa, tapi harus tetap hingga tahun 2022. Beragam pernyataan dan komentar muncul dari berbagai kalangan yang terkait. Ada pernyataan seolah bernada ancaman, pernyataan ini datang dari Pejabat Eropa, Jean Claude Juncker, dimana ketua Komisi Eropa ini mengatakan, keputusan Inggris untuk keluar dari kawasan Eropa adalah "pilihan mereka, namun suatu hari mereka akan menyesal". Bahkan media berbahasa Inggris TheGuardin, Rabu 29/3/2017, melaporkan anggota parlemen Eropa akan melakukan resolusi dan hak veto untuk menggagalkan harapan Britania, Inggris. Sebuah dokumen yang bocor ke TheGuardin, mereka bersumpah bahwa Inggris tidak akan diberikan kesepakatan untuk melakukan perdagangan bebas dengan Uni Eropa, selama dua tahun kedepan. Dan proses transisi keluarnya Inggris setelah 2019 bisa lebih dari tiga tahun. Selama proses transisi, Inggris masih berada dibawah yurisdika pengadilan Eropa. Bahkan Angela Merkel telah menolak salah satu tuntutan utama dari Brexit yang telah disampaikan Perdana Mentri Theresa May. Sementara parlemen Inggris telah berulang kali menegaskan bahwa kesepakatan perdagangan bebas yang komprehensif bisa dilakukan dalam dua tahun sesuai dengan Perjanjian Roma. Bahkan dalam suratnya, PM Theresa May bersikeras bahwa meninggalkan Uni Eropa akan berarti meninggalkan yurisdiksi pengadilan Eropa di Luxembourg. Saat ditanya mengenai biaya perpisahan dan tagihan,Theresa May memberikan jawaban, Inggris akan membayar biaya tagihan, tapi tidak mengatakan sebesar 52 Milyar Pound Sterling. Setelah melemah sampai 1.2376 diperdagangan kemarin, hari ini GBP/USD di buka pada 1.2432. Lembaga Riset dan Keuangan Bank of America (BoA) mengeluarkan outlook terbaru Sterling. Kamal Sharma, strategis mata uang di lembaga ini mengatakan, "Tampaknya pasar puas pada kemampuan Inggris dan Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan komprehensif". Kamal Sharma mengatakan, April merupakan musim positif bagi Sterling untuk rally. Tapi negosiasi Brexit selanjutnya bisa membatalkan rally Sterling.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Perdana Menteri Inggris, Theresa May, Rabu (29/03), pekan depan dijadwalkan akan melakukan penandatangan untuk mengaktifkan pasal 50 perjanjian Lisbon setelah hampir 40 tahun Inggris berada di Uni Eropa, dimana hal ini sudah dipastikan akan ikut mempengaruhi pasar.
Sebagian analis lebih meyakini pelemahan Sterling akan terjadi kembali, sekalipun ada kemungkinan untuk rally. Sementara analis lainnya melihat setiap langkah maju dalam negosiasi Brexit akan membawa kejelasan yang pada akhirnya baik untuk Sterling. Hal ini didasarkan bahwa pasar telah paham dengan gagasan Inggris yang meninggalkan Uni Eropa. Demikian pula dengan perdebataan di parlemen terkait dengan referendum kemerdekaan Skotlandia, serta serangan teroris London yang baru saja terjadi. Pasar menganggap hal ini hanya masalah kecil dan tidak akan menimbulkan dampak signifikan terhadap Sterling. Hal ini terbukti dengan menguatnya Sterling selama hampir dua pekan. Dimana pasar melihat kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral untuk tahun ini sebagai dasar bagi penguatan Sterling. Pasar melihat ada dua alasan utama mengapa Bank Sentral bisa terus bergerak. Pertama, inflasi Inggris naik menjadi 2.3% pada bulan Februari, di atas target Bank Sentral yang memproyeksikan di level 2.0%. Yang mana kenaikan ini termasuk pertama kalinya sejak akhir 2013. Kedua, tidak terbuktinya ramalan bahwa ekonomi Inggris akan menurun tajam jika masyarakat Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa. Namun demikian, Deputi Gubernur Bank Sentral untuk kebijakan moneter, Ben Broadbent, mengatakan akibat Brexit sebagian pelaku pasar telah memutuskan konsekuensi negatif bagi Sterling. Mereka beralasan dengan keluarnya dari Uni Eropa akan membuat aktivitas ekspor terganggu. Agar hal itu tidak terjadi, nilai tukar Sterling harus lebih murah.Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ), Haruhiko Kuroda, mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk menarik stimulus moneter saat ini. Terlebih lagi, inflasi masih jauh dari target 2 persen.
Dalam pidatonya di event Reuters Newsmaker pada hari Jumat (24/Mar) ini, Kuroda juga menepis anggapan pasar finansial bahwa dalam beberapa sektor di masa depan nanti, BoJ akan kehilangan kemampuan untuk mengendalikan suku bunga jangka panjang di bawah kerangka Yield Curve Control yang sedang dijalankannya saat ini. "Sementara sejumlah peningkatan terjadi dalam perekonomian dan perkembangan inflasi, tetapi jalan kami untuk mencapai inflasi sesuai target memang masih jauh," aku Kuroda dalam pidatonya di Reuters Newsmaker event. Tak Ikut-IkutanKuroda menambahkan bahwa BoJ tidak akan menaikkan target yield obligasi hanya karena suku bunga jangka panjang negara-negara lain sedang dinaikkan. Dengan demikian, asumsi pasar yang meyakini BoJ akan "ikut-ikutan" menghentikan stimulus pun memudar oleh pernyataan tersebut. BoJ mempertahankan suku bunga jangka pendeknya di level minus 0.1 dan berjanji untuk mengawal yield obligasi pemerintah 10 tahunan tetap berada di level 0 persen setelah rapat kebijakan tanggl 16 Maret lalu. Ekonomi Jepang yang cukup lama stagnan, telah menunjukkan sinyal-sinyal kehidupan dalam beberapa bulan terkahir. Output ekspor dan pabrikannya memanfaatkan pemulihan permintaan ekonomi global. Para analis memperkirakan CPI Jepang akan naik perlahan-lahan namun stabil. USD/JPY diperdagangkan di level 111.327, naik dari level 110.865 yang terbentuk di sesi sebelumnya. Secara keseluruhan, USD/JPY terbilang flat di sesi Asia siang ini.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Meski secara umum menguat terhadap Dolar, Yen Jepang terbilang menghentikan penguatannya di sesi perdagangan Rabu (22/Mar) pagi ini. Pagi tadi, Bank Sentral Jepang (BoJ) merilis notulen untuk rapat yang telah digelar pada bulan Januari.
Minggu lalu, BoJ juga sudah menggelar rapat kebijakan moneter yang nihil perubahan, sesuai dengan ekspektasi. Padahal, sentimen yang dimunculkan oleh notulen untuk rapat BoJ pada bulan Januari, terdengar sedikit lebih optimistis. Pada tanggal 31 Januari lalu, BoJ memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga dan mekanisme-mekanisme kebijakan moneter lainnya. Namun di samping itu, BoJ juga merilis outlook ekonomi yang telah diantisipasi oleh pasar. Di situ dinyatakan bahwa ekonomi Jepang di masa depan menunjukkan setitik sinar cerah. Dalam rapat tersebut, BoJ juga mengangkat ekspektasinya pada pertumbuhan GDP Riil Jepang pada tahun fiskal 2017 menjadi 1.5 persen, dari sebelumnya di 1.3 persen pada bulan Oktober. Inflasi dipertahankan di kisaran 1.5 persen, tidak berubah dari perkiraan di bulan Oktober. Sejumlah anggota juga mencatat spekulasi di pasar, dimana BoJ disebutkan akan menaikkan suku bunga untuk menanggapi kenaikan yield-yield obligasi pemerintah seperti yang dilakukan oleh The Fed. Sayangnya, spekulasi tersebut langsung dimentahkan dengan pernyataan bahwa fokus BoJ satu-satunya sekarang adalah pencapaian target kenaikan CPI sebesar 2 persen. Terdengar klise, karena sejak pelonggaran stimulus diberlakukan, inflasi Jepang sulit sekali bangkit. Meski demikian, data-data terbaru mengindikasikan perolehan tahunan sebesar 0.4 persen. Neraca Perdagangan JepangSelain notulen rapat BoJ, Jepang juga merilis neraca perdagangan untuk bulan Februari dengan hasil surplus 813.4 miliar yen, melebihi ekspektasi surplus 807.2 miliar yang diekspektasikan. Ekspor meningkat sebanyak 11.3 persen tahun ini. Impor Jepang juga naik 1.2 persen. USD/JPY diperdagangkan stabil di angka 111.618 saat berita ini ditulis dengan kecenderungan yang flat. Beberapa saat setelah laporan tersebut dirilis, USD/JPY diperdagangkan di angka 111.70.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru -Orang masuk dunia trading forex itu tujuannya cuma satu (kecuali kelainan kondisi mental).
Yaitu cari untung, atau bahasa kerennya, Profit. Nah, bicara soal profit dalam forex, masih banyak di antara kita masih menganut paham-paham "over-simplistic" mengenai tujuan utama dari kegiatan trading tersebut. Maksudnya, kesalahpahaman muncul karena trader pemula malas berpikir dalam konteks dan skenario trading beragam. Gejala utama dari malas berpikir itu biasanya diawali ketika trader pemula hanya tertarik untuk mencari jalan pintas. Misalnya; mereka cuma tertarik pada teknik-teknik "Holy Grail" yang katanya bisa mencetak profit tanpa resiko dan rugi. Kalau dipikir lagi, memang teknik seperti itu benar adanya? Bingung, kan? Makanya ayo kita bedah mitos dan fakta mengenai profit dalam Forex. Mitos Tentang Profit Dalam ForexMari kita mulai mencari pangkal masalahnya. Seringkali trader pemula terpaku pada kecenderungan untuk mempercayai mitos-mitos di bawah ini karena embel-embelnya yang fantastis. a. Tahan posisi makin lama = makin banyak untungKeyakinan satu ini umumnya dianut oleh para trader dengan modal trading besar. Mereka akan membuka posisi trading, lalu menahannya dengan waktu tak terbatas. Tujuan mereka adalah membiarkan posisi terus berjalan sampai salah satu dari dua kemungkinan ini terjadi lebih dulu; Profit dalam forex hingga ratusan pip atau loss sama besarnya. Teorinya tampak meyakinkan sih, untuk profit ratusan pip memang dibutuhkan waktu holding relatif lama. Hanya saja, dalam praktiknya, pergerakan harga di pasar Forex tidak selalu bergerak ke satu arah dalam jangka waktu panjang.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Seorang pria pengendara motor tewas seketika akibat ditabrak truk di Jalan Surapati, Kota Bandung. Polisi menangkap dan memproses hukum pengemudi truk karena dianggap melanggar lalu lintas.
Kasubaghumas Polrestabes Bandung Kompol Reny Marthaliana menyebutkan kecelakaan maut itu terjadi di depan Bank BNI, Jalan Surapati, sekitar pukul 02.00 WIB, Selasa (21/3/2017). Kejadian bermula saat truk nopol D 8146 EV dikemudikan Iwan melaju dari arah barat ke timur. "Setiba di tempat kejadian itu truk bertabrakan dengan motor nopol D 3369 EF yang melaju dari arah timur ke barat," kata Reny via pesan singkat. Biker yang belum diketahui identitasnya ini terkapar di aspal jalan. Nyawanya tak tertolong. "Pengendara motor meninggal dunia di tempat kejadian," kata Reny. Personel Satlantas Polrestabes Bandung langsung mendatangi lokasi tabrakan dan melakukan olah TKP. Sejumlah saksi didengar keterangannya berkaitan insiden tersebut. "Berdasarkan hasil olah TKP dan keterangan saksi, maka tersangka ditangkap. Tersangka tidak tertib lalu lintas, melanggar gerakan lalu lintas dan merintangi yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas," kata Reny. Pengemudi truk tersebut dijerat Pasal 310 ayat 4 jo Pasal 105 a jo Pasal 106 ayat 1 dan 4 UU RI Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : Rifanfinancindo Sumber : news.detik Rifan Pekanbaru - Kristin Forbes adalah salah seorang anggota MPC Bank Sentral Inggris yang secara tidak langsung membuat Poundsterling melonjak Kamis (16/Mar) kemarin. Forbes, adalah satu-satunya yang hawkish, berbeda dengan 8 anggota MPC BoE lainnya, Forbes justru menyatakan ingin agar suku bunga BoE naik.
BoE sudah lama tidak mengalami split, atau perbedaan suara, sehingga seketika mencuri perhatian pasar yang kemudian menanggapi dengan aksi beli Sterling. Mengapa Forbes berpendapat demikian? Berikut ini alasan yang dikemukakan sendiri oleh Forbes melalui sebuah kolom di Telegraph: Publik Inggris masih didominasi oleh isu Brexit. Wajar saja, dan tak dipungkiri kondisi ini akan terus berlanjut. Keputusan tentang bagaimana hubungan Inggris dan Uni Eropa ke depan, akan memberikan dampak yang berkepanjangan bagi masyarakat dan perusahaan. Meski demikian, BoE tidak bisa hanya fokus pada dampak Brexit saja. BoE juga punya kewajiban untuk mengatur kebijakan moneter. Keputusan terbaru, kebijakan moneter Inggris masih menilai inflasi akan berada di kisaran 2 persen dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkenaan dengan pertumbuhan dan pengangguran. Namun, menurut pandangan pribadi Forbes, faktor-faktor yang dipertimbangkan tersebut telah berubah secara fundamental. Risiko Kenaikan InflasiKenaikan inflasi Inggris sudah terjadi. Dalam rapat MPC kemarin, tercatat rata-rata kenaikan mencapai 1.9 persen dan enam data di antaranya bahkan sudah di atas 2 persen. Tugas pemerintah sekarang adalah menjaga level tersebut agar terus berlanjut. Namun, perlu disadari bahwa naiknya inflasi artinya naik pula risikonya. Aktivitas ekonomi global juga terkerek. Tekanan inflasi di periode-periode awal bahkan terbilang terlalu cepat. Jangan lupa bahwa kondisi pasar tenaga kerja yang lebih ketat, serta potensi makin sulitnya menarik tenaga kerja dari Uni Eropa perlu dipikirkan. Kalibrasi Ulang Faktor-Faktor Pendukung Kebijakan MoneterDalam penilaian Forbes, inilah saatnya menghitung ulang data-data ekonomi yang mendukung kebijakan moneter. Forbes memang mendukung kenaikan suku bunga sebanyak 25 basis poin. Untuk saat ini, level tersebut masih sesuai. Akan tetapi, Forbes tidak mendukung program pembelian aset (stimulus moneter), justru ia lebih condong pada penggunaan bank rate untuk penyesuaian ekonomi. Forbes juga menyadari bahwa bank rate pun berisiko. Risiko penggunaan bank rate bisa berlangsung selama bertahun-tahun, tidak hanya saat Brexit saja. Forbes menutup tulisannya dengan mengatakan bahwa kebijakan moneter tidak seharusnya terhalang. Risiko dan Brexit hendaknya dapat membuat para pembuat kebijakan lebih gesit dalam bertindak.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Selepas rilis laporan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) tadi malam, harga minyak sempat terperosok lagi ke level rendah baru. Namun demikian, laporan American Petroleum Institute (API) yang rilis dini hari langsung memicu rebound pada Rabu pagi ini (15/3).
Surplus Berlanjut, Produksi Non-OPEC Diperkirakan NaikLaporan OPEC hari Selasa menyebutkan bahwa persediaan minyak global mengalami peningkatan, meski pihaknya dan beberapa produsen minyak lain telah melaksanakan pemangkasan output. Persediaan minyak di negara-negara terindustrialisasi akan berada pada 278 juta barel di atas rerata lima tahun, terdiri dari surplus minyak mentah sebesar 209 juta barel dan sisanya hasil pengilangan. Karenanya, OPEC menaikkan forecast produksi minyak tahun 2017 untuk output dari negara-negara produsen di luar kartel itu, khususnya akibat pulihnya produksi minyak shale AS. Ekspektasi produksi minyak non-OPEC kini direvisi naik 160,000 barel per hari (bph) ke angka 400,000 bph. Saudi Tingkatkan Output Pada Bulan FebruariDalam laporan bulanan yang sama, OPEC juga menyatakan bahwa produsen terbesarnya, Arab Saudi, telah meningkatkan outputnya di bulan Februari sebanyak 263,000 bph ke angka total 10.011 juta bph. Angka tersebut masih dalam batas kuota yang dialokasikan untuk Saudi, tetapi lebih tinggi dibanding data Januari maupun estimasi sumber sekunder yang mencatat output turun ke 9.797 juta bph. Sejalan dengan itu, produksi negara anggota OPEC lain juga terekam mengalami peningkatan di bulan Februari dibanding Januari, termasuk di Irak, Aljazair, Uni Emirat Arab, dan Venezuela. Persediaan Minyak AS Turun Di Luar DugaanHarga minyak langsung anjlok pasca rilis OPEC tersebut. Untuk pertama kalinya sejak bulan Desember, harga minyak diperdagangkan di bawah ambang $50 per barel. Tetapi, pagi ini harga minyak kembali naik lebih dari dua persen. Saat berita ditulis, West Texas Intermediate (WTI) berada di kisaran $48.52 per barel, sedangkan Brent di sekitar $51.65 per barel. Rebound itu dipicu oleh data mingguan API yang secara tak terduga melaporkan terjadinya penurunan persediaan minyak AS untuk periode penghitungan minggu lalu. Tepatnya, stok tercatat minus 531,000 barel; jauh lebih rendah dari estimasi analis yang memperkirakan kenaikan sebesar 3.7 juta barel. Selain itu, dalam upaya untuk mengentaskan kerisauan pasar, Kementrian Energi Saudi mengatakan, "Perbedaan antara produksi yang dipantau pasar dengan level suplai di bulan apapun, adalah karena faktor-faktor operasional yang dipengaruhi oleh penyesuaian penyimpanan dan variabel lain (yang berubah) dari bulan ke bulan." Bank investasi ternama Goldman Sachs pun menyampaikan bahwa meski persediaan minyak meningkat, tetapi penyeimbangan kembali di pasar masih berlanjut. Lebih dari itu, Goldman Sachs tetap memperkirakan kalau permintaan minyak akan melampaui suplai pada kuartal tiga kelak. Ke depan, pasar minyak masih akan memantau perkembangan seputar komitmen pemangkasan output OPEC dan persediaan minyak AS, selain juga laporan suku bunga Amerika Serikat yang bisa berimbas pada harga minyak.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Seorang anggota Polri yang bertugas di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, disanksi karena diketahui menikah secara siri dan tanpa sepengetahuan pimpinannya. Anggota polisi tersebut diketahui berinisial RH berpangkat brigadir.
"Anggota yang diketahui menikah secara siri itu berisial RH anggota polisi berpangkat brigadir di satuan Shabara," kata Wakapolres Sampang Kompol Pratolo Saktiawan seperti dilansir Antara, Kamis (15/12). Sanksi terhadap anggota polisi ini, setelah yang bersangkutan menjalani sidang disiplin di aula Mapolsek Kota Sampang. Atas perbuatannya itu, RH diberi sanksi teguran tertulis dan hendak dimutasi ke tempat tugas baru. Selain melanggar kode etik sebagai abdi negara, perbuatan RH menikah secara siri dan tidak tercatat di Kantor Urusan Agama, juga dinilai melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan. "TNI dan Polri ini berbeda dengan masyarakat umum. Apabila hendak menikah lagi, ya harus sepengetahuan atau seizin pimpinan, karena kita ini abdi negara," jelasnya. Selain itu, sesuai dengan ketentuan, juga harus sepengetahuan istri tuanya dan tidak menikah secara diam-diam. Brigadir RH merupakan satu dari anggota polisi yang menjalani sidang disiplin yang digelar di aula Mapolsek Kota, Sampang, Kamis (15/12). Anggota polisi lainnya yang juga menjalani sidang disiplin ialah AL. Berbeda dengan RH, AL menjalani sidang disiplin karena tidak masuk kantor selama tujuh hari tanpa keterangan. Sanksi untuk anggota berisial AL dikurung selama tujuh hari. "Sanksi ini untuk memberikan efek jera, serta menjadi gambaran kepada anggota polri lainnya untuk tidak melanggar kode etik," katanya. Ia menambahkan, sanksi di kalangan internal polri itu, juga menunjukkan bahwa semua orang sama kedudukannya di depan hukum. "Jadi siapapun yang melakukan pelanggaran tetap harus disanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku," tutupnya.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifan Financindo Sumber : merdeka.com |
Archives
September 2021
Categories |