PT Rifan Financindo - Dolar AS menguat menyusul laporan New Home Sales Amerika Serikat yang meningkat di atas ekspektasi. Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan Dolar terhadap enam mata uang lain, melesat 0.41 persen ke 97.68, di sesi perdagangan Selasa (23/April) malam ini. EUR/USD pun jeblok 0.45 persen ke 1.1207, menggagalkan pemulihan tipis Euro yang sempat terbentuk di awal pekan ini.
Baca Juga :
New Home Sales AS NaikCensus Bureau Amerika Serikat melaporkan bahwa data Penjualan Rumah Baru (New Home Sales) naik 4.5 persen ke 692 ribu pada bulan Maret 2019. Bulan sebelumnya, data New Home Sales AS hanya mencapai 662 ribu. Level terbaru ini sukses menjadi yang tertinggi sejak bulan November 2017, dan mematahkan ekspektasi kenaikan ke 647 ribu. Data ini sukses membalikkan penurunan Dolar AS yang terjadi, setelah Existing Home Sales kemarin dilaporkan anjlok. Kedua data perumahan AS yang dirilis dalam dua hari ini--yang biasanya tidak bergitu berpengaruh pada Dolar karena dampaknya medium--menjadi cukup diperhatikan oleh pasar. Pasalnya, sebagian pasar keuangan di Eropa dan AS baru saja buka setelah Bank Holiday. Volatilitas pun terpantau masih cukup rendah. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo
0 Comments
Rifanfinancindo - Dolar AS sedikit menguat terhadap mata uang mayor lain pada sesi perdagangan Asia hari Selasa (23/April), berusaha menghapus penurunan yang terjadi di awal pekan. Secara umum, Dolar sebenarnya masih bertahan di level tinggi yang tercapai berkat laporan penjualan ritel AS bulan Maret 2019.
Kenaikan tipis pagi ini tercermin dari pergerakan Indeks Dolar (DXY) yang meningkat ke level 97.32, berada di dekat kisaran tertinggi sejak November 2018. Dolar AS menguat terhadap Dolar Komoditas seperti AUD dan NZD, serta Euro dan Sterling. Akan tetapi, Dolar AS melemah tipis terhadap Yen dan sedikit tertahan versus Dolar Kanada setelah lonjakan harga minyak yang menyentuh rekor tertinggi sejak November tahun lalu. Baca Juga :
Sementara itu, Dolar AS melemah terbatas versus mata uang mayor pada perdagangan New York tadi malam, terimbas oleh laporan Existing Home Sales yang berada di bawah ekspektasi karena adanya kendala pasokan. Fokus investor selanjutnya akan tertuju pada laporan GDP AS kuartal pertama 2019 yang akan dirilis hari Jumat (26/April), untuk melihat gambaran lebih jelas mengenai kondisi perekonomian negeri Paman Sam. "Volatilitas pasar akan kembali naik dalam beberapa hari mendatang setelah trader kembali selepas liburan paskah. Pulihnya pendapatan perusahaan AS juga ikut mendorong optimisme di pasar saham," kata Nick Twidale, Chief Operating Officer dari Rakuten Securities Australia di Sydney. Twidale kemudian menambahkan bahwa rilis data fundamental berdampak tinggi pada minggu ini seperti GDP AS, akan memberikan indikasi apakah pergeseran pandangan bank sentral ke arah dovish dalam beberapa waktu terakhir, sudah cukup mengubah dinamika pertumbuhan global. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Financindo - Data Core CPI (Consumer Price Index) yang dipublikasikan oleh Departemen Statistik Jepang pada hari Jumat (19/April) menunjukan Inflasi Inti meningkat 0.8 persen (Year-over-Year) pada bulan Maret, lebih tinggi dari rilis periode Februari yang hanya sebesar 0.7 persen YoY. Sebagai perbandingan, konsesus pasar sebelumnya memperkirakan jika inflasi inti akan tetap berada di 0.7 persen di bulan Maret.
Akan tetapi, angka pertumbuhan ke 0.8 persen tersebut masih jauh dari target BoJ yang sebesar 2 persen. Hal ini pun menggarisbawahi tantangan berat yang sedang dihadapi Bank Sentral Jepang tahun ini. Baca Juga :
"Tidak ada cukup momentum untuk menuju Inflasi sebesar 2 persen, karena upah pekerja saja tidak meningkat sebanyak itu. Bank Sentral Jepang cenderung pasif tahun lalu karena khawatir terhadap pendapatan bank-bank, dan tahun ini BoJ bisa menyesuaikan kebijakan moneter apabila data ekonomi terus memburuk," kata Hiroshi Miyazaki, ekonom senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities. USD/JPY Berada Dekat Level Tertinggi 2019Rilis Inflasi Inti Jepang yang masih berada jauh dari target BoJ tidak memberi pengaruh signifikan terhadap pergerakan Yen pada sesi perdagangan Asia akhir pekan ini. Di tengah sepinya pasar akibat libur paskah, pasangan mata uang USD/JPY hari ini berada di level 111.93, bergerak terbatas di kisaran tertinggi sepanjang tahun 2019. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo - Penjualan Ritel Kanada untuk bulan Februari 2019 naik ke level 0.8 persen dalam basis bulanan. Angka tersebut melebihi ekspektasi pertumbuhan ke level 0.4 persen saja. Pada periode sebelumnya, data Retail Sales ini berada di -0.4 persen.
Sementara itu, Core Retail Sales Kanada yang menjadi perhatian utama para trader forex, juga naik ke level 0.6 persen. Level tersebut lebih tinggi daripada harapan kenaikan yang hanya 0.2 persen, serta data sebelumnya yang terkontraksi di level -0.6 persen. "Penjualan Ritel menunjukkan kemajuan yang sehat pada bulan Februari, tetapi kabar baiknya hanya sampai di situ. Data pada bulan sebelumnya direvisi turun, dan penjualan riil menunjukkan kemajuan yang sedang-sedang saja. Hasilnya, gambaran konsumsi secara keseluruhan masih sama, dengan masyarakat (Kanada) yang menghadapi suku bunga yang sempat dinaikkan sebelumnya," komentar Royce Mendes, ekonom CIBC Capital Markets. Baca Juga :
Saat berita ini ditulis, USD/CAD menguat 0.25 persen ke 1.3381. Namun demikian, angka tersebut masih berada dalam kisaran rendah USD/CAD sejak penurunan tajam 1.64 persen di awal tahun 2019. Terlepas dari penguatan hari ini, untuk minggu depan, para analis memperkirakan mata uang yang juga disebut dengan Loonie tersebut akan melemah. Pasalnya, Outlook kebijakan Bank of Canada (BoC) dinilai masih sangat dovish. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo Rifanfinancindo - Harga minyak turun pada hari Jumat (5/April), terdampak oleh kekhawatiran investor terhadap prospek pembicaraan AS-China yang diadakan untuk mengakhiri perang dagang sejak tahun lalu. Hal ini tercermin dari pergerakan minyak Brent yang berada di kisaran $69.70 per barel, lebih rendah dari level penutupan sesi sebelumnya pada harga $69.77 per barel. Minyak Brent diketahui merosot sebesar 1.3 persen dari level tertinggi hari Kamis yang sempat menyentuh $70 per barel.
Sementara itu, penurunan serupa juga dialami minyak WTI (West Texas Intermediate), yang saat ini diperdagangkan pada level $61.87 per barel. Dibandingkan dengan level tertinggi sesi sebelumnya, minyak WTI telah merosot sebanyak 1.26 persen. Baca Juga :
Pernyataan Trump Terkait Perdagangan AS-ChinaPada hari Kamis (4/April) kemarin, Presiden Trump mengatakan bahwa kesepakatan perdagangan dengan China semakin dekat dan diperkirakan akan tercapai dalam waktu sekitar 4 minggu. Tetapi dalam pernyataannya, Trump juga menyinggung persoalan penting seperti pencurian kekayaan intelektual seperti yang selama ini dituduhkan AS kepada China. Menanggapi ujaran Trump soal perkembangan terbaru pada pembicaraan dagang AS-China, ekonom berpendapat bahwa pertemuan kedua belah pihak di Washington kemarin belum menemukan solusi menyangkut poin penting seperti pencurian kekayaan intelektual dan pemindahan paksa teknologi dari perusahaan AS yang berinvestasi di China. "Kesepakatan pada bulan April sepertinya tidak mungkin terjadi, meskipun telah muncul komentar dari kedua belah pihak tentang seberapa baik negosiasi berlangsung. Tampaknya, perbedaan pendapat masih membayangi pembicaraan perdagangan AS-China, terutama menyangkut poin-poin penting seperti pencurian kekayaan intelektual," kata Alfonso Esparza, analis pasar senior OANDA dalam sebuah catatan. Esparza juga menyoroti tentang belum adanya dorongan permintaan minyak ke depan, setelah proses negosiasi perdagangan AS dan China berlangsung dalam beberapa bulan terakhir. Perlu diketahui, reli bullish harga minyak sejak awal tahun ini dipicu oleh pengetatan pasokan dari OPEC bersama negara mitra, sanksi AS kepada Iran dan Venezuela, dan optimisme pasar terhadap rebound ekonomi China. Jika negoasiasi AS-China kembali menemui ganjalan, maka hal ini bisa berakibat buruk bagi perekonomian Negeri Tirai Bambu yang saat ini masih berjuang memulihkan diri. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Financindo - Nilai tukar Rupiah menguat signifikan terhadap Dolar AS pada Senin siang ini (15/April). Berdasarkan grafik TradingView pukul 14.00 WIB, Rupiah bergerak dari level penutupan kemarin di level Rp14,152 ke Rp14,065 per USD, sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan pada grafik USD/IDR berikut:
Neraca Perdagangan Dongkrak RupiahPenguatan Rupiah semakin mantap usai dirilisnya laporan neraca perdagangan Indonesia oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dalam rilis data tersebut, Neraca Perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar 540 juta Dolar AS pada bulan Maret 2019, lebih besar dari surplus periode sebelumnya yang mencapai nyaris 330 juta Dolar AS. Ekspor menurun sebesar 10.01% year-on-year (YoY), diiringi dengan impor yang juga melemah di angka 6.76% YoY. Baca Juga :
"Kalau kita gabungkan, nilai ekspor dan impor, maka neraca perdagangan Maret mengalami surplus sebesar 0.54 miliar Dolar, atau 540 juta Dolar AS. Kita berharap bulan-bulan berikutnya akan mengalami surplus, karena pemerintah telah membuat kebijakan untuk memacu ekspor dan sebaliknya mengendalikan impor," jelas Kepala BPS, Suhariyanto, dikutip dari Antara. Menurut analis Asia Tradepoint Future, Deddy Yusuf Siregar, optimisme pelaku pasar terhadap rilis Neraca Perdagangan memang memicu kenaikan Rupiah versus Dolar AS. Ia menambahkan bahwa pernyataan Presiden Joko Widodo dalam Debat Pemilihan Presiden, Sabtu (13/April) kemarin, juga memberikan dampak signifikan. Dalam debat tersebut, Jokowi menyatakan bahwa Defisit Neraca Perdagangan membaik dibanding angka per Februari. "Hari ini masih ada potensi Rupiah menguat di kisaran Rp14.020 hingga Rp14.070 per Dolar AS. Apalagi kalau hari Senin harga minyak pada pasar AS kembali melemah, ini berdampak positif bagi Rupiah," jelas Deddy sebagaimana dikutip dari CNNIndonesia. AS Mulai Melunak Terhadap ChinaFaktor eksternal juga berperan signifikan dalam penguatan Rupiah hari ini. Amerika Serikat dikabarkan mulai melunak dalam negosiasi dagang dengan China, dan bersedia mengurangi tuntutannya kepada China. Hal inilah yang memicu investor kembali berhasrat memburu aset-aset berisiko di negara berkembang. "Jika para negosiator AS mendefinisikan kesuksesan (negosiasi) sebagai mengubah cara ekonomi China beroperasi, itu tidak akan pernah terjadi. Kesepakatan yang membuat Xi tampak lemah tak akan diambil olehnya. Persetujuan apa pun yang kita dapatkan akan menjadi lebih baik dari apa yang sudah kita miliki. Itu tidak akan mencukupi bagi sebagian orang, tapi memang begitulah politik...," ujar narasumber yang tak mau disebutkan namanya pada Reuters. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo - Pada hari Kamis (11/April), Departemen Statistik China merilis data inflasi konsumen (CPI) yang tercatat naik ke 2.3 persen YoY di bulan Maret. Angka tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya, dan lebih tinggi dari rilis bulan Februari yang 1.5 persen YoY. Peningkatan CPI China kali ini sekaligus menjadi kenaikan Year-over-Year paling pesat sejak Oktober 2018.
Dalam waktu bersamaan, Departemen terkait juga merilis inflasi produsen (PPI) China yang naik 0.4 persen YoY pada bulan Maret. Sama seperti rilis CPI, laporan ini sesuai dengan forecast ekonom sebelumnya, dan lebih baik dari kenaikan 0.1 persen YoY selama periode Februari. Perlu diketahui, perekonomian China dalam beberapa waktu terakhir sedang disorot pelaku pasar, karena muncul tanda-tanda kerusakan yang dipicu oleh perang dagang selama berbulan-bulan dengan AS. Perlambatan aktivitas ekonomi China telah memaksa pemerintah negeri Tirai Bambu melakukan intervensi guna meredam perlambatan lebih lanjut. Alhasil, beberapa rilis data ekonomi China yang lain mencatatkan rebound, seperti data CPI dan PPI di atas, juga PMI Manufaktur yang kembali ke jalur ekspansi. Baca Juga :
Dalam rilisan World Economic Outlook terbarunya, IMF mengungkapkan bahwa ekonomi China diproyeksikan tumbuh 6.3 persen pada tahun 2019, lebih tinggi dari forecast sebelumnya yang sebesar 6.2 persen. Meskipun demikian, pasar memandang bahwa perekonomian China tetap melambat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan 6.6 persen pada tahun lalu, saat ekonomi China mencatat kinerja terburuknya dalam kurun waktu 28 tahun terakhir. Untuk proyeksi tahun 2020, IMF memilih untuk menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China dari 6.2 persen menjadi 6.1 persen saja. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo Rifanfinancindo - Harga minyak turun pada hari Jumat (5/April), terdampak oleh kekhawatiran investor terhadap prospek pembicaraan AS-China yang diadakan untuk mengakhiri perang dagang sejak tahun lalu. Hal ini tercermin dari pergerakan minyak Brent yang berada di kisaran $69.70 per barel, lebih rendah dari level penutupan sesi sebelumnya pada harga $69.77 per barel. Minyak Brent diketahui merosot sebesar 1.3 persen dari level tertinggi hari Kamis yang sempat menyentuh $70 per barel.
Sementara itu, penurunan serupa juga dialami minyak WTI (West Texas Intermediate), yang saat ini diperdagangkan pada level $61.87 per barel. Dibandingkan dengan level tertinggi sesi sebelumnya, minyak WTI telah merosot sebanyak 1.26 persen. Pernyataan Trump Terkait Perdagangan AS-China Pada hari Kamis (4/April) kemarin, Presiden Trump mengatakan bahwa kesepakatan perdagangan dengan China semakin dekat dan diperkirakan akan tercapai dalam waktu sekitar 4 minggu. Tetapi dalam pernyataannya, Trump juga menyinggung persoalan penting seperti pencurian kekayaan intelektual seperti yang selama ini dituduhkan AS kepada China. Baca Juga :
"Kesepakatan pada bulan April sepertinya tidak mungkin terjadi, meskipun telah muncul komentar dari kedua belah pihak tentang seberapa baik negosiasi berlangsung. Tampaknya, perbedaan pendapat masih membayangi pembicaraan perdagangan AS-China, terutama menyangkut poin-poin penting seperti pencurian kekayaan intelektual," kata Alfonso Esparza, analis pasar senior OANDA dalam sebuah catatan. Esparza juga menyoroti tentang belum adanya dorongan permintaan minyak ke depan, setelah proses negosiasi perdagangan AS dan China berlangsung dalam beberapa bulan terakhir. Perlu diketahui, reli bullish harga minyak sejak awal tahun ini dipicu oleh pengetatan pasokan dari OPEC bersama negara mitra, sanksi AS kepada Iran dan Venezuela, dan optimisme pasar terhadap rebound ekonomi China. Jika negoasiasi AS-China kembali menemui ganjalan, maka hal ini bisa berakibat buruk bagi perekonomian Negeri Tirai Bambu yang saat ini masih berjuang memulihkan diri.( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Financindo - Jakarta Setelah lebih dari dua dekade tak memproduksi film, Perum Produksi Film Negara (PFN) akhirnya kembali meramaikan industri perfilman Tanah Air. PFN baru meluncurkan layar lebar teranyarnya pada Maret 2019 kemarin.
Direktur Utama PFN Mohamad Abduh Aziz mengatakan saat ini industri film memang sedang berkembang. Hal itu juga lah yang melatarbelakangi PFN untuk kembali memproduksi film. Meski sedang berkembang, kata Abduh, sayangnya infrastruktur perfilman di Indonesia masih terbatas. Sebut saja tentang Bioskop yang jumlahnya masih rendah dibanding penduduk masyarakat Indonesia. "Kalau kita lihat bioskop sekarang ini masih di bawah 2.000 layar di seluruh Indonesia. Dan paling banyak di Jabodetabek, hampir 60%. Nah Indonesia ini kan luasnya luar biasa, jumlah kabupaten/kotanya saja ada 515. Kalau 1 kabupaten butuh 10 bioskop kan artinya kita butuh 5.000 layar. Sekarang baru 2.000," kata Abduh kepada detikFinance, Jakarta, Senin (8/4/2019). Menurut Abduh, pembangunan jaringan bioskop tersebut menjadi peluang bisnis yang positif karena belum ada yang menggarap secara maksimal. Bukan tak mungkin PFN juga berencana untuk membuka peluang tersebut. "Iya kalau perlu. Harus ada jaringan bioskop baru. Selama ini kan baru XXI, Cinemax, CGV. Tiga itu saja digabungin masih di bawah 2.000. Artinya kan ini balik lagi soal akses. Akses warga negara Indonesia terhadap tontonan juga harus diperhatikan," katanya. Baca Juga :
"Kalau selama ini terkonsentrasi di kota-kota besar. Kalau kita masuk ke jaringan ke tingkat kecamatan saja, satu kecamatan satu bioskop saja, ini paling nggak jumlahnya sekitar 6.300-an kita butuh," sambung Abduh. Pembangunan jaringan bioskop, kata Abduh, diperlukan agar film-film nasional bisa bersaing dengan film luar. Bukan cuma itu, dengan dibukanya jaringan bioskop baru juga maka industri perfilman juga otomatis bisa ikut mendorong perekonomian nasional lebih tinggi. "Artinya PFN juga harus memikirkan celah itu, dia hadir dalam industri ini kemudian coba lihat peta industrinya seperti apa, cela-celah apa yang sebenarnya butuh diintervensi. Sehingga itu mestinya jauh lebih sehat. Kalau sekarang nggak sehat, kita berebut layar dengan bioskop," ucapnya. "Nah sekarang kan problemnya kita belum lihat juga nih angka produksinya naik terus, pertumbuhan layarnya terbatas, lama-lama kan bottleneck juga. Belum adanya persaingan dengan film luar. Jadi saya sih melihat bahwa ini masa depannya luar biasa, cuma kalau nggak segera dibenahi sekarang, nanti backfire juga, gitu," sambungnya. Karenanya, Abduh mengatakan, untuk bisa merealisasikan itu semua maka industri perfilman nasional ini masih membutuhkan perhatian pemerintah. Pemerintah perlu mendorong industri ini agar bisa lebih maju dan berkembang. "Jadi saya kira memang negara atau pemerintah ini harus melihat ini bisnis yang strategis, sehingga sebagai BUMN kita ada semacam perhatian untuk segera membantu PFN untuk lebih cepat, dengan PMN saya kira dia bisa lebih cepat lepas landasnya," tutur Abduh.( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : finance.detik PT Rifan Financindo - Jakarta Perayaan hari ulang tahun (HUT) BUMN menjadi bahan perbincangan media sosial (medsos). Sebab, perayaan ini dikaitkan dengan Kampanye Akbar Calon Presiden (Capres) nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) yang jatuh pada hari yang sama, 13 April 2019. Pertanyaannya, benarkah perayaan HUT BUMN jatuh di tanggal 13 April? Mengutip laman resmi Kementerian BUMN, Selasa (9/4/2019), Menteri BUMN Rini Soemarno tahun lalu membuka HUT ke-20 Kementerian BUMN pada tanggal 13 April 2018. Acara itu dihadiri oleh sejumlah mantan Menteri BUMN. Sebut saja, Menteri BUMN Pertama Tanri Abeng dan Menteri BUMN periode tahun 2009-2011 Mustafa Abubakar. Hadir juga saat itu para pejabat Kementerian BUMN, Direktur Utama BUMN, serta para karyawan dan purnabakti Kementerian BUMN. Pada acara itu, Rini juga memimpin kegiatan beautifikasi lingkungan Gedung 48 Jalan Kebon Sirih yang terletak di sekitar Kantor Kementerian BUMN. Kegiatan ini dianggap sebagai bentuk kepedulian dan efisensi atas aset bangunan negara yang telah lama terbengkalai. Pada sambutannya, Rini bilang, Kementerian BUMN dibentuk sebagai upaya mengelola BUMN secara profesional. Baca Juga :
"Dibentuknya Kementerian BUMN menunjukan upaya pemerintah agar BUMN dikelola secara profesional, transparan, akuntabel, dan dapat menjadi korporasi yang sesungguhnya. Bukan hanya sebagai perpanjangan tangan kementerian teknis untuk implementasi policy," jelasnya. Dia mengatakan, sejak dibentuk, perusahaan BUMN menunjukan kinerja yang positif. Itu terlihat dari aset serta laba perusahaan. "Dalam kurun waktu 20 tahun, BUMN-BUMN di bawah koordinasi Kementerian BUMN telah berkembang secara pesat. Pada tahun 1998 total aset BUMN sebesar Rp 438 triliun, sementara pada tahun 2017 telah mencapai Rp 7.212 triliun. Total laba BUMN pada tahun 1998 sebesar Rp 14 triliun, sementara pada tahun 2017 sebesar Rp 189 triliun," ungkapnya. Dalam keterangan itu juga dijelaskan, selama 3,5 tahun ke belakang, BUMN terus bersinergi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberikan yang terbaik untuk negara. Hal itu diwujudkan melalui program pembangunan infrastruktur, pengembangan energi terbarukan sampai dengan Holding BUMN untuk menjadikan BUMN semakin kuat dan lincah. Sehingga, mampu bersaing secara global dan memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Tahun ini, Acara HUT BUMN terpaksa diundur karena bertepatan dengan Kampanye Akbar Capres nomor urut 01 Jokowi. Rencananya perayaan baru akan digelar 14 April atau 20 April 2019. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : finance.detik PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo |
Archives
September 2021
Categories |