Rifan Financindo - Gross Domestic Product (GDP) AS kuartal ketiga direvisi turun menjadi 3.4 persen. Laporan Final ini gagal memenuhi ekspektasi flat dari angka Second Estimate di 3.5 persen, serta menjadi makin rendah jika dibandingkan dengan GDP kuartal kedua yang mencapai level tertinggi sejak 2014 di 4.2 persen. Hal ini karena Personal Consumption Expenditures (PCE) dan ekspor direvisi turun, sedangkan Private Inventory Investment direvisi naik. Kendati demikian, gambaran umum pertumbuhan AS masih sama.
Baca Juga :
Menurut data yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS, angka Core Durable Goods Orders untuk bulan November 2018 turun menjadi -0.3 persen dalam basis month over month (m/m). Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi penurunan ke 0.3 persen saja. Namun demikian, data pada bulan sebelumnya justru direvisi naik dari 0.2 persen menjadi 0.4 persen. Indeks Dolar AS Justru Menguat Setelah laporan tersebut, Indeks Dolar AS (DXY) tetap dapat menguat. Hal itu karena gambaran umum angka GDP dinilai masih cukup untuk menjaga pertumbuhan ekonomi AS menuju target 3 persen, sesuai rencana pemerintahan Trump. Saat berita ini ditulis pada pukul 22:00 WIB, Indeks Dolar AS naik 0.28 persen ke 96.67. Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) adalah indikator fundamental utama yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Angka GDP menyatakan nilai total barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam periode waktu tertentu. Di Amerika Serikat, ada 3 versi rilis GDP dalam tiap kuartal: Advanced (First Estimate), Preliminary (Second Estimate), dan Final. ( Mbs ) Lihat Juga : Rifan Financindo. Sumber : seputarforex
0 Comments
PT Rifan financindo - Sesi perdagangan Rabu (19/Desember) hari ini bertema "Menantikan Pengumuman FOMC". Dolar AS masih lemah, tertekan oleh spekulasi perlambatan laju kenaikan suku bunga (Rate Hike) The Fed. Selain itu, ada pula isu lain seperti menurunnya harga minyak dunia dan perkembangan perang dagang AS-China. "Posisi (trading) selama rapat FOMC berlangsung ini sangatlah defensif. Inilah mengapa kami memandang Dolar AS melemah," kata Michael McCarthy, Kepala Ahli Strategi Pasar di CMC Markets. Saat berita ini ditulis pada pukul 15:34 WIB, Indeks Dolar AS (DXY) turun 0.18 persen ke 96.91 dalam grafik harian. Harga Minyak Dunia Merosot, Safe Haven MenguatMenurunnya harga minyak dunia membuat kekhawatiran pasar akan perlambatan pertumbuhan global makin meningkat. Oleh sebab itu, mereka mengekspektasikan peluang The Fed untuk dapat menaikkan suku bunga secara agresif tahun depan akan makin mengecil. Kabar tentang jebloknya harga minyak dunia tersebut membuat dua mata uang safe haven, Yen dan Franc Swiss, menjadi mata uang terkuat hari ini. Saat berita ini ditulis, USD/JPY turun 0.14 persen 112.356, sedangkan USD/CHF turun 0.29 persen ke 0.9916. Isu Sampingan: Perang Dagang AS-ChinaSementara FOMC masih jadi pusat perhatian hari ini, penting pula untuk mempertimbangkan perang dagang AS-China, karena masalah ini masih akan berdampak dalam jangka panjang. Salah satu alasan memburuknya minat risiko dalam beberapa waktu terakhir adalah melemahnya data ekonomi China, khususnya sejak perang dagang dengan AS memanas. Oleh sebab itu, pasar Asia sedang menunggu hasil konferensi Central Economic Working Conference (CEWC), dengan tujuan untuk mengetahui kondisi pertumbuhan China dan perkembangan reformasi ekonomi China lebih lanjut. Menurunnya performa ekonomi China tahun ini menjadi salah satu penggerak kunci pergerakan pasar, termasuk pasar mata uang. Meskipun demikian, dalam jangka panjang, sebagian pakar memperkirakan bahwa Yuan akan terus mendunia karena dampak perang dagang dengan AS tak akan semasif yang diekspektasikan. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : Seputarforex Rifan financindo - Harga minyak anjlok lebih dari 5 persen pada perdagangan hari Selasa (18/12), karena kekhawatiran pasar terhadap melimpahnya persedian minyak di tengah memburuknya permintaan. Selain itu, Outlook pertumbuhan global yang cenderung negatif untuk tahun depan turut membebani harga minyak. Akibatnya, aksi sell-off pun terjadi, dan membawa harga minyak menyentuh rekor terendah sejak kuartal tiga tahun 2017. Persediaan Minyak AS Membanjiri PasarLangkah OPEC bersama dengan negara mitra untuk memangkas output sebesar 1.2 juta bph mulai bulan Januari mendatang, belum cukup menyokong harga minyak mentah. Emas hitam terus melemah, dan sejauh ini telah mencatatkan penurunan lebih dari 30 persen dari posisi High di bulan Oktober lalu. Harga minyak mentah Brent melemah 5.62 persen, bahkan sempat turun di kisaran $55.84 per barrel pada sesi New York tadi malam, sebelum akhirnya naik dan diperdagangkan pada level $56.55 per barrel. Kondisi serupa juga dialami minyak WTI yang anjlok sebesar 7.3 persen hingga menyentuh kisaran $45.83 per barrel. Namun saat berita ini di-update pada hari Rabu (19/12) pukul 10:00 WIB, harga minyak WTI sudah sedikit menguat ke kisaran 45.86, sementara Brent sudah pulih ke level 60.27. AS yang mengambil sikap berbeda dengan OPEC, terus melakukan pengeboran minyak. Alhasil, persediaan minyak mentah AS yang dipublikasikan oleh American Petroleum Institute menunjukan stok minyak mentah AS melonjak hingga 3.5 juta barel, menurut perhitungan mingguan yang berakhir pada 14 Desember 2018. Dengan demikian, total persedian minyak mentah Negeri Paman Sam saat ini mencapai 441.3 juta barrel, bertolak belakang dengan ekspektasi penurunan persedian minyak sebesar 2.4 juta barrel. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : Seputarforex Rifanfinancindo - Perang dagang atau tidak, para pakar forex memprediksi bahwa seiring waktu, Yuan (Renminbi) tetap akan menjadi mata uang penting di dunia. Memang, mereka tak menampik bahwa hal itu tidak mudah. Pasalnya, di kalangan otoritas China sendiri sekarang ini masih terdapat selisih paham soal penggelontoran stimulus ekonomi. Namun, flow Yuan sudah terus tumbuh di tengah pembukaan pasar finansial China. Mata uang itu akan terus menguat jika China konsisten dan terus mendorong penggunaan Yuan di mancanegara. China Sudah Buka Lebar Pasar FinansialnyaMenurut Chi Lo, ekonom senior di BNP Paribas Asset Management, Hong Kong, Yuan akan menjadi mata uang yang kian penting di ranah global. Hal itu karena China sudah membuka pintu lebih lebar bagi modal asing untuk masuk ke negaranya, meski melalui seleksi finansial yang ketat. Selain itu, China juga giat mengejar proyek perdagangan Belt and Road Initiative sebagai bagian dari kebijakan untuk memperkuat posisi China di dunia. "Jadi, jika dilihat sekilas saja, sudah jelas bahwa tidak mungkin Yuan akan menjadi mata uang yang lemah. Kecuali, orang-orang memang tidak mau menerimanya. Yuan juga tidak bisa menjadi mata uang global jika ia terus-terusan melemah dalam jangka panjang," papar Lo kepada CNBC. Ia mengutarakan pandangan ini dengan mengambil jangka waktu dua atau tiga dekade ke depan. Yuan Akan Menguat Dalam Waktu DekatHampir senada dengan Chi Lo, analis HSBC juga mengatakan bahwa Yuan akan menjadi mata uang penting di dunia. Masalah perang dagang hanyalah batu sandungan kecil. Dalam laporannya minggu lalu, analis tersebut mengatakan bahwa pasar selama ini terlalu fokus pada perang dagang AS-China sebagai penggerak utama Yuan. Padahal, pembukaan pasar finansial China kemungkinan akan memberikan pengaruh yang jauh lebih penting pada Yuan. "Yuan akan menguat terdorong oleh arus Capital Account, dan tak hanya yang berhubungan dengan perdagangan saja," tulis HSBC. Akan tetapi, berbeda dengan BNP Paribas, para analis HSBC memproyeksikan bahwa penguatan Yuan akan terjadi dalam waktu dekat seiring dengan menguatnya portofolio investasi. Menurut mereka, pembukaan pasar finansial China sudah terakselerasi tahun ini. Portofolio investasi asing pun sudah meningkat ke level tertinggi sepanjang sejarah. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : Seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo PT Rifan financindo - Jakarta Seluruh bidang usaha memiliki risiko yang sama, jika tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Maka, usaha itu pun akan mati dengan sendirinya.
Hal itu juga melanda tukang 'ngeprint' depan kampus. Di mana, mereka harus menghadapi kenyataan para mahasiswa yang lebih banyak mendapat tugas melalui email, bukan lagi selembar kertas yang harus digandakan (foto copy). Banyak tukang 'ngeprint' depan kampus yang mampu bertahan karena berhasil beradaptasi dengan serangkaian strategi bisnis. Namun, ada juga yang harus mati karena tidak mampu beradaptasi di era digital. Baca juga:
Berikut fakta-faktanya: Sepuluh tahun sudah, Budi menekuni usaha fotokopi, percetakan dan jasa print (cetak). Dia membuka usaha di dekat Stasiun Pondok Cina, Depok, Jawa Barat. Usahanya melayani, fotokopi, ngeprint dan penjilidan. Meski lokasinya cukup jauh dari kampus atau sekolahan, namun usahanya bisa bertahan sampai sekarang. Sepuluh tahun menekuni usaha fotokopi dan percetakan, Budi tahu dan merasakan betul dampak dari digitalisasi. Semua yang awalnya bersifat manual, seperti tugas kampus atau sekolah yang dulu sering difotokopi atau digandakan kini beralih ke digital. Tugas dari kampus atau sekolah kini seringnya dikirim melalui surat elektronik atau email. Baca juga:
"Setiap zaman itu menuntut berbeda, terutama di bidang teknologi, tentunya yang dulunya manual sekarang larinya ke digital," kata Budi saat ditemui detikFinance di tokonya pekan lalu. Pengaruh paling terasa adalah menurunnya volume kertas yang digandakan dan dijilid. Sebelum teknologi booming, mudah mendapatkan proyek penggandaan. Seperti buku pelajaran yang difoto copy, hingga tugas makalah. "Kalau sekarang kebanyakan hanya ngeprint tugas, itu pun sedikit (penggandaanya)," kata Budi. Namun Budi dan sejumlah pengusaha percetakan dan fotokopi tak lantas menyerah. Sejumlah strategi usaha diupdate lagi disesuaikan dengan perkembangan teknologi. Setiap usaha percetakan kini memiliki fasilitas yang memudahkan para pelanggan. Sebut saja seperti komputer yang bebas digunakan untuk konsumen. Sekarang, teknologi sudah semakin maju, internet pun sudah mudah didapat. Dosen pun sudah mulai membagikan tugasnya melalui email. Hal ini lah yang membuat dag dig dug para tukang 'ngeprint' dan penjilidan. Agar tetap eksis di era digital, Enda salah satu pemilik toko fotokopi dan penjilidan Pelangi Mandiri di seberang Universitas Gunadarma membeberkan strateginya. "Strateginya adalah mengenai fasilitas, harga yang terjangkau, hingga membuka orderan cetak yang banyak," kata Enda saat berbincang dengan detikFinance, Rabu (12/12/2018). Strategi fasilitas, kata Enda, adalah menyediakan komputer di toko, di mana komputer itu bisa digunakan oleh para konsumen mengedit naskahnya sebelum mencetak dan menjilid. Ketersediaan komputer ini tentu menjadi hal yang baru dan memberikan kemudahan bagi konsumen. Berbeda di saat internet masih terbatas, konsumen yang datang sudah dipastikan langsung mencetak dan menjilid. "Kita juga menerima 'ngeprint' melalui email, jadi misalnya mahasiswa yang mau 'ngeprint' lewat email, pertama harus WA (whatsapp) dulu, setelah itu kirim tugasnya, besok pagi bisa diambil," jelas dia. Tidak hanya itu, strategi yang dilakukan Enda agar tokonya masih tetap eksis pun dengan memperluas produk percetakan. Dari yang semula hanya cetak dan jilid tugas, serta fotokopi atau penggandaan, kini menerima cetak spanduk, id card, cetak gambar di gelas, hingga buku yasin. Budi, salah satu pemilik toko fotokopi di sekitaran Stasiun Pondok Cina mengatakan banyak pesaingnya harus rela beralih profesi karena tidak mampu beradaptasi dalam menjalankan bisnis fotokopi dan penjilidan. Dia pun tidak segan, menyebut pesaingnya tersebut sebagai amatiran. Pasalnya, dulu toko percetakan banyak di wilayah usahanya. "Ada sih (yang beralih profesi), sedikit dan itu yang sekadar amatiran, karena membuka saja tanpa didalami, ya itu amatir lha," kata Budi saat berbincang dengan detikFinance, Jakarta, Rabu (12/12/2018). Amatir yang dimaksud Budi adalah, para pelaku usaha yang hanya sekadar ikut-ikutan buka toko 'ngprint' dan penjilidan saja tanpa mempelajari bidang tersebut secara serius. Menurutnya, seiring teknologi berkembang dengan pesat maka dalam menjalankan bisnis pun harus cepat beradaptasi. Dia mencontohkan, dulunya toko percetakan tidak menyiapkan fasilitas komputer yang bisa digunakan oleh konsumen sebelum benar-benar mencetak dan menjilid. Sekarang, hampir semua toko menyediakannya. "Jadi dia hanya sekadar coba-coba, dia tidak kuat terhadap perubahan, sebetulnya kalau pengusaha itu setiap hari harus bisa beradaptasi, sama dengan zaman," ujar dia. Akibatnya, lanjut Budi, para pesaingnya itu kebanyakan beralih profesi menjadi tukang ojek online. Di tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat. Jadi tukang 'ngeprint' dan penjilidan pun masih mendapatkan omzet yang legit. Hal itu dirasakan langsung oleh Budi, salah satu pemilik toko fotokopi di sekitaran Stasiun Pondok Cina, Depok, Jawa Barat. Dia mengaku bahwa kondisi bisnis percetakan di era digital seperti searang sangat berbeda dengan 10 tahun lalu, di mana internet masih terbatas. "Tapi sebenarnya sama, 11 12, kalau dari sisi omzet jaman dulu dan sekarang," kata Budi saat berbincang dengan detikFinance, Jakarta, Rabu (12/12/2018). Yang berbeda, kata Budi, adalah laba bersih yang diterima. Perbedaan itu dikarenakan biaya operasional toko 'ngeprint' dan penjilidan sekarang lebih tinggi. "Cuma perbedaannya hanya satu, kalau dulu sisi pengeluaran sedikit kalau sekarang banyak, seperti dari biaya operasional, bayar karyawan, sewa tempat," jelas dia. Dia membeberkan, setiap harinya toko fotokopi dan penjilidannya berhasil mendapatkan omzet Rp 5 - Rp 6 juta. Omzet yang didapatkannya itu bukan hanya berasal dari penggandaan, 'ngeprint', dan penjilidan saja. Tetapi, berasal dari produk percetakan lainnya, serta penjualan alat-alat tulis. Meski memiliki omzet yang masih legit, Budi mengaku akan terus beradaptasi dengan perubahan zaman yang begitu cepat, sambil memberikan layanan dan fasilitas yang baik bagi para konsumennya. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan financindo Sumber : finance.detik Baca juga :
Rifan financindo - Dalam konferensi pers yang digelar pasca pengumuman kebijakan moneter ECB, Kamis (13/Desember) malam ini, Presiden ECB Mario Draghi, mengakui bahwa risiko-risiko ekonomi Zona Euro mulai condong ke arah penurunan. Kondisi ini terjadi bahkan setelah bank sentral Eropa tersebut mencabut program stimulusnya bulan ini.
"Risiko yang melingkupi Outlook pertumbuhan Zona Euro masih dapat dikatakan seimbang secara umum... Namun, keseimbangan risiko mulai bergerak turun, sehubungan dengan masih adanya ketidakpastian dari segi geopolitik, ancaman proteksionisme (dagang), kerapuhan pasar negara berkembang, dan volatilitas pasar finansial," kata Draghi kepada para awak media. Baca juga:
Namun, berakhirnya pembelian obligasi ECB tak diiringi dengan mantapnya perekonomian Eropa. Bulan Desember ini, momentum pertumbuhan Zona Euro justru sedang melambat akibat sejumlah konflik yang menimbulkan ketidakpastian seperti Brexit, anggaran Italia, dan pemberontakan "Yellow Vest" di Prancis. Oleh karena itu, meski pembelian obligasi telah resmi diakhiri, Draghi buru-buru menekankan kembali bahwa ECB masih akan mendukung ekonomi melalui suku bunga ultra rendah dan proses re-investing dari obligasi-obligasi yang sudah jatuh tempo, untuk waktu yang lebih lama. Baca juga:
Menurut Pares Upadhyaya, Director of Currency Strategy di Amundi Pioneer Investment Boston, pernyataan tentang keseimbangan risiko yang mulai condong turun, akan menyulitkan reli Euro dalam rentang perdagangannya saat ini. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
Rifanfinancindo - Padang Pariaman Proyek jalan Trans Papua ruas Wamena-Mamugu dihentikan sementara karena kasus penembakan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB). Menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono proyek tersebut akan dilanjutkan lagi bulan depan. "Januari kami mulai lagi. Dengan kendala kemarin, tinggal pasang jembatan. Tidak terlalu signifikan," ujar Basui saat meninjau pembangunan jembatan darurat jalur Padang-Bukittinggi, Kamis siang (13/12/2018). Baca juga:
"Kalau di sini bangun jalan kan pasti kendala lahan, kayak tol yang mau kita bangun ya. Kalau di Papua ada satu kendala yaitu keamanan. Namun kita bisa atasi dengan pengawalan Polri dan TNI," kata Basuki. Baca juga:
"Insiden ini hanya di Wamena, Habema, Kenya, Mamubu, 278 km. Sedangkan sisanya kan 3500 km," jelas Basuki. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : Seputarforex Baca juga :
PT Rifan financindo - Harga minyak turun 2 persen pada perdagangan hari Senin (10/12), terimbas oleh kekhawatiran investor mengenai pertumbuhan permintaan semakin membebani minyak. Emas hitam ini pun menghapus gain yang didapatkan dari keputusan OPEC untuk memangkas produksi.
Pelemahan harga minyak mulai terjadi sejak sesi Asia kemarin. Minyak Brent dibuka pada kisaran $61.88 per barel, dan secara perlahan terus merosot, hingga akhirnya diperdagangkan pada harga $60.01. Sementara itu, harga minyak WTI saat ini berada pada kisaran $51.03 per barel, atau terperosok 2 persen dari harga pembukaan hari Senin pada di $52.27 per barel. Baca juga:
3 Penyebab Penurunan Harga MinyakKeputusan OPEC memangkas produksi sebesar 1.2 juta bph mulai bulan Januari 2019 mendatang, seolah belum cukup meredakan kekhawatiran pasar. Hal ini karena AS mengambil sikap berbeda dari OPEC, sehingga pasokan minyak mentah AS masih membebani prospek harga minyak. Selain itu, indeks ekuitas global belum menunjukkan tanda pemulihan, setelah pada hari Senin kembali turun hingga mencatatkan pelemahan harian kelima secara beruntun. Tidak hanya bursa Wall Street, aksi sell-off juga terjadi pada bursa Asia dan Eropa, di tengah kecemasan investor akan tanda-tanda dimulainya kembali perang dagang AS-China. Di tengah kelesuan aktivitas ekonomi di banyak negara, prospek permintaan minyak diprediksi belum akan meningkat. Hal ini tentu saja bisa membebani harga minyak, karena pergerakannya juga sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi global. Baca juga:
"Korelasi pasar saham dan harga minyak kembali terlihat saat ini. (Selain itu), kekhawatiran terhadap ekonomi global dan prospek permintaan menjadi hambatan terbesar bagi minyak untuk kembali naik," kata John Kilduff, mitra Again Capital Management di New York. Ekonom juga merasa skeptis bahwa langkah OPEC yang akan memangkas produksi mulai awal tahun 2019 akan menyokong harga minyak. "Kesepakatan (OPEC) hari Jumat lalu tampak bagus dan mungkin kita harus mengatakan itu menjadi langkah terbaik untuk saat ini. Namun kami melihat, langkah tersebut tidak akan mampu memberikan dukungan jangka panjang, karena tidak bisa membantu mengurangi persediaan minyak global secara signifikan," kata Tamas Varga, ahli strategi PVM Oil Associates ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
Rifan financindo - Di sesi pembukaan Sydney awal pekan ini (10/12), AUD/USD dibuka di level paling rendah dalam 1 bulan terakhir. Namun, AUD perlahan berupaya untuk menguat kembali ke area 0.72. Saat berita ini di-update pada pukul 09:30 WIB, Dolar Australia sudah menguat 0.20 persen ke level 0.7213. Di lain pihak, Dolar Australia juga tercatat melemah 0.28 persen terhadap Yen, turun 0.16 persen terhadap Dolar NZ, melemah 0.33 persen terhadap Euro, dan turun 0.32 persen terhadap Dolar Kanada. Namun, Dolar Australia menguat tipis terhadap Yuan dan Sterling. Baca juga:
Aksi Penghindaran Risiko Tekan AUDEkonom Joseph Capurso mengatakan bahwa tingginya risiko geopolitik dan kekhawatiran mengenai prospek ekonomi China, merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap pelemahan AUD baru-baru ini. Selain itu, rilis data ekonomi yang kurang positif dari Australia, AS, dan China, telah memicu aksi penghindaran risiko yang membebani Dolar Australia. Pekan lalu, data GDP Australia untuk kuartal ketiga dirilis lebih rendah dari ekspektasi. Sementara itu, PMI Manufaktur China merosot di level terendah sejak Juli 2016. Data impor dan ekspor dari negeri tirai bambu tersebut juga lebih rendah dari ekspektasi. Untuk data AS, pasar baru saja dikecewakan oleh rilis NFP dan Upah Pekerja yang masing-masing juga mencatatkan hasil di bawah forecast. Baca juga:
"AUD/USD melemah 2 sen pada pekan lalu, karena muncul kekhawatiran tentang friksi perdagangan AS-China, dan lemahnya data ekonomi Australia. Bahkan, Dolar Australia kehilangan 0.25 persen pada pembukaan sesi perdagangan Asia pagi ini," kata Capurso. Capurso juga mengungkapkan bahwa kekhawatiran pasar terhadap eskalasi tensi perdagangan antara AS dan China masih akan berkobar pada minggu ini, dan kemungkinan menjadi hambatan bagi Dolar Australia. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
|
Archives
September 2021
Categories |