PT RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Poundsterling menunjukkan kenaikan tipis terhadap Dolar AS, setelah kemarin dilanda aksi jual. Melemahnya Greenback menjadi faktor yang membantu Poundsterling menghentikan pelemahannya di sesi Eropa, Selasa (07 Agustus) malam ini.
Walaupun demikian, penguatan Pound masih mengantisipasi perkembangan risiko crashing-out dalam proses Brexit dan laporan data ekonomi Inggris. Saat berita ini ditulis, GBP/USD diperdagangkan pada kisaran 1.2960 saat berita ini ditulis, naik 0.2 persen dari level rendah 1.2928 dengan time frame 4 hours: Baca juga:
Akan tetapi, Pound masih lemah terhadap Euro. EUR/GBP diperdagangkan naik dari 0.8930 ke 0.8949, berhasil membalikkan pelemahan yang terbentuk sejak pertengahan Juli 2018 lalu. Risiko No-Deal BrexitKemarin, Pound melemah ke level rendah 11 bulan setelah Menteri Perdagangan Inggris, Liam Fox, mengatakan bahwa Inggris punya peluang 60:40 untuk mengalami Brexit tanpa kesepakatan (crashing-out atau no-deal Brexit). Jika Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan, maka ia harus mengikuti aturan dagang yang ditentukan oleh World Trade Organization (WTO). Hal ini, menurut sebagian besar analis, dapat menyebabkan dampak buruk yang serius pada ekonomi Inggris, terutama karena akan dikenakan bea impor. "Makin sering kita mendengar frase 'no-deal Brexit', maka Pound akan semakin tertekan," kata David Madden, analis pasar di CMC. Baca juga:
"Pihak Inggris mungkin akan memberikan kesan bahwa mereka tak masalah meski no-deal. Namun sebenarnya, mereka berharap (perundingan) Brussels buka suara. Oleh karena itu, Pound kemungkinan akan mengalami pergerakan yang terjal dalam jangka pendek," imbuh Madden. Pound Mengantisipasi Data GDP InggrisHari Jumat (10 Agustus) pekan ini, Inggris dijadwalkan mengumumkan data pertumbuhan (GDP) kuartal kedua. Apabila data GDP Inggris lebih kuat daripada ekspektasi, maka Pound akan naik lebih tinggi. Jika sebaliknya, maka Pound akan turun. Meski demikian, para analis memperingatkan bahwa kalaupun GDP Inggris besok menghasilkan kenaikan yang fantastis, penguatan Pound tetap akan terbatas karena Brexit masih menghantui. "Bull Pound yang menunggu data pada hari Jumat nanti sedang menanggung cukup banyak tekanan... Seberapa baiknya data - yang toh mendeskripsikan keadaan yang sudah lewat - bakal mampu menutupi besarnya risiko yang sedang dihadapi ekonomi Inggris?" kata analis Commerzbank dalam catatannya. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
0 Comments
RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Pesanan Industri Jerman jatuh lebih rendah daripada ekspektasi di bulan Juni. Ini menjadi penurunan bulanan terendah dalam hampir satu setengah tahun. Akibatnya, Euro kian tertekan terhadap Dolar AS di tengah sepinya rilis data awal pekan ini.
Biro Statistik resmi Jerman pada hari Senin (06/Agustus) ini melaporkan, pesanan barang-barang industri berlabel "Made in Germany" turun ke -4.0 persen, setelah naik ke 2.6 persen di bulan Mei. Data aktual tersebut jauh di bawah prediksi penurunan ekonom Reuters yang sebesar -0.4 persen, dan menjadi data Pesanan Industri terburuk sejak Januari 2017. Baca juga:
Kebijakan Proteksi Dagang AS Mulai BedampakPenurunan 4.7 persen dalam permintaan asing merupakan dampak kebijakan dagang AS yang tengah digalakkan Trump saat ini. Barang-barang modal dan barang konsumsi menjadi sektor dengan permintaan terlemah. Kementerian ekonomi Jerman mengatakan bahwa secara umum, Order industri turun sebanyak 1.6 persen di kuartal kedua 2018. Hal ini menunjukkan mulai adanya pengaruh dari kebijakan proteksionisme AS yang menerapkan kenaikan bea impor. "Merujuk pada perkembangan terbaru, ketidakpastian yang diakibatkan oleh kebijakan perdagangan kemungkinan memainkan peran," tulis perwakilan dari kementerian ekonomi Jerman. Mengenai hal ini, ekonom ING Bank, Carsten Brzeski, ikut menanggapi dengan, "Mengecewakannya data pesanan baru menunjukkan sinyal tentatif akan dampak ketegangan perdagangan global terhadap ekonomi Jerman. Ini bukanlah pertanda baik bagi Outlook industri di semester kedua tahun ini," paparnya. Baca juga:
Euro Turun Terhadap USDMenyusul laporan tersebut, EUR/USD melemah ke level 1.1538. Secara umum, pasangan mata uang tersebut tampaknya sedang terjebak dalam range di level rendah. Selain rilis Pesanan Industri Jerman yang mengecewakan dan dampak kebijakan dagang AS, Dolar yang stabil menguat juga menambah tekanan bagi pasangan mata uang ini. Di sisi lain, Euro masih cukup kuat terhadap Poundsterling, dengan EUR/GBP yang menunjukkan kenaikan ke angka 0.8917, dari sebelumnya di 0.8890. Tak jauh berbeda dari Euro, Sterling juga sedang menghadapi tekanan bearish yang membuatnya tak mampu mengatasi kekuatan Dolar. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Dolar Selandia Baru sedikit naik pada pembukaan perdagangan hari Senin (6/8), setelah rilis data Non Farm Payrolls AS minggu lalu yang mengecewakan Investor. Namun secara keseluruhan, Kiwi tetap berada dalam tren Strong Bearish terhadap Greenback untuk jangka menengah. Di samping itu, kabar yang menyebut China siap membalas AS dengan tarif yang "lebih keras" ikut mempengaruhi pergerakan Kiwi di awal pekan.
Baca juga:
Kiwi membuka perdagangan awal pekan dengan berada pada level 0.6739 Dolar AS, tidak banyak berubah dibandingkan harga pembukaan hari Jumat minggu lalu yang bertempat di level 0.6735 Dolar AS. Sebelumnya, NZD sempat melonjak di kisaran 0.6766 setelah rilis data Payroll dan PMI Jasa AS bulan Juli berada di bawah ekspektasi. Saat berita ini ditulis, NZD/USD sudah berupaya menguat ke 0.6748. Pair tersebut sedang berjuang naik setelah sempat menyentuh level paling rendah 2 pekan pada hari Jumat. Kiwi juga terpantau menguat terhadap Yen dan Franc Swiss, mencoba menghapus penurunan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Baca juga:
Gain NZD Terhambat Rencana Balasan ChinaLonjakan Dolar Selandia Baru pada hari Jumat minggu lalu tidak berlangsung lama. Hal ini disebabkan oleh pengumuman China terkait rencana kenaikan tarif impor terhadap barang-barang AS senilai $60 miliar. Langkah ini dilakukan sebagai aksi balasan atas rencana Trump yang akan merealisasikan kenaikan tarif barang-barang dari China sebesar $200 miliar. China merupakan mitra dagang utama Selandia baru, sehingga gejolak perang dagang yang mendera negeri tersebut tentu membuat NZD ikut terkena dampaknya. "Tensi perdagangan AS-China berpotensi kembali menekan pergerakan Dolar Selandia Baru. Rencana Trump yang mulai memberlakukan tarif tambahan pada bulan September mendatang, membuat Kiwi berpeluang melemah hingga mencapai posisi terendah baru versus Greenback," kata Jason Wong, Ahli Strategi Pasar Bank of New Zealand dalam sebuah catatan. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
PT RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Sesuai ekspektasi, Bank of England (BoE) menaikkan suku bunga Kamis (02/Agustus) malam ini. Kenaikan sebanyak 25 basis poin menjadi 0.75% tersebut secara mengejutkan didukung secara bulat oleh semua anggota MPC. Hasil Voting dalam notulen rapat menyebutkan bahwa perbandingan anggota yang setuju Rate Hike dan tidak adalah 9-0. Merespon hal tersebut, Poundsterling menguat pesat. Sayangnya, penguatan itu tak berlangsung lama akibat pernyataan BoE yang muncul setelah rilis.
Baca juga:
Kemufakatan Penuh MPC Di Luar Ekspektasi Kenaikan suku bunga 0.25 persen BoE di bulan Agustus 2018 ini sudah diperkirakan, dengan ekspektasi suara anggota MPC yang mendukung kenaikan suku bunga bulan ini adalah 7-2, mengingat beberapa indikator ekonomi Inggris terbaru kembali menunjukkan pelemahan. Namun realitanya, 9 pembuat kebijakan yang duduk sebagai anggota MPC justru serempak mendukung kenaikan suku bunga secara mufakat. Dalam pernyataan kebijakannya, BoE pun tak menunjukkan keraguan. Bank sentral Inggris tersebut mengatakan bahwa perlambatan ekonomi di kuartal pertama hanya bersifat sementara, sedangan data-data terbaru di kuartal kedua sudah menunjukkan pemulihan. Meski demikian, mereka tidak melupakan risiko yang dibawa Brexit. "Seiring dengan pembangunan inflasi dalam negeri dan bertambahnya prospek permintaan, maka pengetatan kebijakan moneter sesuai untuk kondisi saat ini," ungkap Gubernur BoE, Mark Carney, dalam konferensi persnya. "Bank sentral sudah siap untuk menghadapi kondisi apapun, termasuk potensi jangka panjang dan luas yang diakibatkan oleh Brexit," lanjut Carney. Penguatan GBP/USD Tak Bertahan Lama Poundsterling naik pesat seusai pengumuman suku bunga BoE, tapi kemudian turun drastisdi tengah konferensi pers Mark Carney. Awalnya, pasar buy GBP/USD karena hasil suara yang bulat 9-0. Namun, pasar langsung sell kembali setelah BoE menyatakan bahwa kenaikan suku bunga tidak akan dilakukan lagi dalam waktu dekat, karena hasil negosiasi Brexit dapat mengubah segala kebijakan saat ini. Baca juga:
GBP/USD diperdagangkan pada angka 1.3050 saat berita ini ditulis, turun dari posisi 1.3120 yang tercapai sebelum pengumuman kebijakan moneter BoE. Sementara itu, EUR/GBP naik dari 0.881 ke angka 0.891. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
|
Archives
September 2021
Categories |