Sterling tak banyak berubah terhadap Dolar AS dan Euro setelah data Inflasi (CPI) Inggris diumumkan. Selasa (11/Apr) sore ini, ONS merilis bahwa CPI Inggris stabil di bulan Maret. Pasar menanggapi hal ini sebagai ketiadaan tambahan alasan bagi Bank Sentral Inggris (BoE) untuk menaikkan tingkat suku bunganya.
Menurut ONS, CPI Inggris naik 2.3 persen secara tahunan di bulan Maret lalu. Angka tersebut sesuai dengan ekspektasi para analisa Reuters. Ekspektasi untuk bulan April ini dikabarkan akan lebih sulit karena ketidakpastian dampak dari Hari Raya Paskah nanti. Inflasi Inggris mulai berakselerasi dalam beberapa bulan terakhir. Total kenaikannya mencapai 12 persen dibandingkan dengan kondisi beberapa saat setelah keputusan Inggris untuk Brexit pada pertengahan tahun lalu. Belum Ada Indikasi Kenaikan Suku BungaJelas bahwa inflasi saat ini sudah berada di atas target 2 persen yang dipatok oleh BoE. Bahkan, sempat menyentuh 2.8 persen di akhir tahun lalu walau kemudian jeblok lagi. Namun, belum ada indikasi dari Mark Carney dan rekan-rekannya terkait kenaikan suku bunga. "CPI masih berada di atas target, tetapi belum mampu menggoda BoE untuk menaikkan suku bunga dengan segera. Inflasi sudah mendapat momen... terpicu dari lemahnya mata uang Inggris dan tingginta harga komoditas. Sayangnya, tidak diiringi dengan kenaikan upah atau gaji pekerja," kata Hargreaves Lansdown, analis Laith Khalaf yang diwawancarai oleh Reuters. "Jadi, apabila Anda sedang mencari petunjuk mengenai kapan BoE akan menaikkan suku bunga, maka saat ini sebaiknya Anda lebih memperhatikan pertumbuhan gaji atau belanja konsumen, termasuk CPI ini," imbuhnya. GBP/USD meningkat ke angka 1.2446 setelah data tersebut dirilis, tetapi melandai lagi ke kisaran 1.2411 dan melanjutkan pergerkan yang flat. Sementara itu, EUR/GBP stabil di angka 0.8543, sedikt naik dari angka 0.8540. Analisa lain dari Alejandro Zambrano untuk Amana Capital, menyebut bahwa seharusnya laporan CPI Inggris ini ditanggapi bearish oleh Sterling. Namun, sejumlah investor mengatakan bahwa harga Sterling akan break di atas high 6 April, yakni di angka 1.2506.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : PT Rifan Fnancindo Sumber : seputarforex
0 Comments
Rifan Pekanbaru - Euro belum beranjak dari level rendah terhadap Dolar AS hingga sesi Eropa dibuka Senin (10/Apr) sore ini. Mata uang 19 negara tersebut tertekan oleh kegugupan pasar jelang Pemilu Presiden Prancis putaran pertama pada tanggal 23 April mendatang.
EUR/USD diperdagangkan 0.1 persen lebih rendah dari sebelumnya, yakni di angka 1.0581, melayang di atas low satu bulan di angka 1.0570. EUR/USD mengimplikasikan volatilitas--dari satu minggu ke satu tahun--yang menyentuh level tertinggi sejak referendum Brexit tahun lalu. Kampanye para calon presiden Prancis makin menarik perhatian para investor. Kemenangan Marine Le Pen dari ekstrim kanan berpotensi menarik Prancis keluar dari Uni Eropa menyusul Inggris. "Ada kegelisahan umum yang perlu saya ungkapkan... kita sedang melihat polling opini (Pemilu Prancis) yang menunjukkan bahwa persaingan makin ketat," kata Alvin Tan, Ahli Strategi Forex di Societe Generale, London, yang diwawancarai oleh Reuters. Polling tidak resmi yang muncul pekan lalu menunjukkan bahwa Le Pen dan anggota poros tengah, Emmanuel Macron, menjadi dua kandidat teratas yang akan memenangi putaran pertama dan bertanding pada putaran kedua pada tanggal 7 Mei lalu. Indeks Sentix Zona Euro MelajuSelain itu, sore ini Zona Euro merilis indeks Sentimen Investor (Sentix) yang menunjukkan kenaikan signifikan. Indeks Sentix Zona Euro mencapai level 23.9 pada bulan April, dari 20.7 pada bulan Maret. Ekspektasi penurunan ke angka 20.2 pun terpatahkan. Level Sentix pada bulan Maret itu sukses menjadi yang tertinggi sejak bulan Agustus 2007. Sementara itu, sub-index yang menilai situasi investasi di Zona Euro saat ini juga bergerak ke atas. Indeks Current Situation naik pesat ke angka 28.8 dari 23.8 pada bulan Maret. "Zona Euro telah mengemansipasi dirinya dari kecenderungan (penurunan) global. Penilaian tersebut menunjukkan bahwa kejadian di wilayah-wilayah luar Zona Euro tak memberikan pengaruh yang serius," ungkap Sentix dalam rilisnya hari ini. "Zona Euro masih menunjukkan kemajuan ekonomi yang lebih baik,"(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat :Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Produksi Manufaktur dan Industri Inggris untuk bulan Februari dilaporkan jeblok di luar ekspektasi. Menurut data dari Biro Statistik Inggris, ONS, pada Jumat (07/Apr) sore hari ini, Produksi Manufaktur Inggris menurun (seasonally adjusted) hingga 0.1 persen pada bulan Februari.
Ekspektasinya, manufaktur akan meningkatkan produksi hingga 0.2 persen. Bulan lalu, Produksi Manufaktur Inggris juga menurun 1.0 persen, direvisi lebih buruk dari angak sebelumnya yakni 0.9 persen. Dalam basis tahunan (YoY), Produksi Manufaktur Inggris meningkat ke angka 3.3 persen pada bulan Februari, di bawah perkiraan kenaikan sebanyak 3.9 persen. Bulan Januari, Produksi Manufaktur Inggris YoY juga naik 2.6 persen. Dalam event yang sama, Produksi Industri Inggris jeblok 0.7 persen dalam penyesuaian musiman pada bulan Februari. Angka tersebut jauh lebih mengecewakan dibandingkan dengan kenaikan 0.2 persen yang diperkirakan. Bulan sebelumnya, Produksi Industri Inggris tercatat menurun 0.3 persen. Laporan tersebut mendorong turun Pound Sterling terhadap Dolar AS hingga 0.3 persen ke angka 1.2430. Pair GBP/USD tersebut kemudian terkonsolidasi pada angka 1.2432. Pergerakan Dolar AS tampak beragam menyusul serangan AS ke Suriah. Terhadap Euro, EUR/GBP diperdagangkan naik ke angka 0.8559 dari sebelumnya di angka 0.8542. Ekonomi Inggris Kehilangan Momentum"Rangkaian rilis data ekonomi Inggris hari ini terbilang mengecewakan. Ini juga menambah bukti bahwa perekonomian negara tersebut telah kehilangan momentumnya di kuartal pertama tahun ini. Output produksi jatuh di kedua sektor, baik manufaktur maupun konstruksi, dalam dua bulan berturut-turut, bahkan makin membesar bulan ini," kata Ruth Gregory, Advisor Service di Capital Economics. Menurutnya, penurunan produksi industri Inggris diakibatkan oleh dampak dari suplai sektor energi. Terlepas dari laporan data ekonomi, sore ini, Gubernur BoE Mark Carney menyampaikan pidatonya di kantor Thomson Reuters, London. Carney memperingatkan bahwa aturan-aturuan perbankan di Uni Eropa dan Inggris-baik pada saat maupun setelah proses Brexit--harus dikomunikasikan dengan baik. Tujuannya untuk menghindari bahaya yang mungkin dapat mendera jasa keuangan di Benua Eropa.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat :Rifan Financindo Sumber : seputarforex. Rifan Pekanbaru - Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Kamis (6/4) di awal sesi New York kembali merilis data jumlah klaim pengangguran periode mingguan yang kembali turun dibawah angka 250,000. Stabil dan rendahnya Jobless Claims menandakan telah terjadi pengetatan pasar tenaga kerja di kuartal pertama tahun 2017.
Berdasarkan data yang dipublikasikan Departement of Labor menunjukan klaim atas kehilangan pekerjaan bertambah 234,000 untuk perhitungan yang berakhir pada 1 April lalu. Bila dibandingkan dengan data periode sebelumnya maka Jobless Claims minggu lalu turun sebanyak 25,000 yang merupakan penurunan terbesar sejak April 2015. Data Jobless Claims AS yang rilis pada malam ini sekaligus jauh berada dibawah ekspektasi ekonom melalui jajak pendapat Reuters sebelumnya yang memprediksi klaim pengangguran akan turun menjadi 251,000. Sementara itu terjadi revisi penambahan 1,000 menjadi 259,000 pada data pekan sebelumnya. Trend Jobless Claims Negeri Paman Sam terpantau dalam kondisi baik dimana terus bertahan dibawah jumlah 300,000 selama 109 pekan secara beruntun. Rilis Non Farm Payroll dalam dua bulan terakhir selalu berada diatas 200,000 semakin membuktikan pasar tenaga kerja AS berada dekat Full Employment. Pasca rilis data Jobless Claims, Greenback terpantau bergerak variatif versus berbagai major currency. Pada pukul 21:10 WIB pair EUR/USD masih terperangkap dalam range sempit. Sedangkan GBP/USD diperdagangkan pada harga 1.2475, USD/JPY berada di level 110.86. Perhatian Investor selanjutnya tertuju NFP yang dijadwalkan akan rilis hari Jumat akhir pekan nanti.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat :Rifanfinancindo Sumber : seputarforex. Rifan Pekanbaru - Kondisi Bisnis Uni Eropa saat ini tengah menikmati moment terbaik kuartal dalam kurun waktu enam tahun terakhir di awal 2017, berdasarkan hasil survey yang rilis hari Rabu (5/4). Meskipun tidak sebaik estimasi, namun banyak analis berpendapat membaiknya aktivitas bisnis akan memberikan dampak luas terhadap ekonomi kawasan.
Melonjaknya permintaan pasar kawasan Uni Eropa memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk meningkatkan harga dalam trend tercepat sejak 2011. Indeks gabungan PMI Final Markit tercatat membaik, berada di angka 56.4 pada Maret, naik dari periode Februari 56.0. Berdasarkan survey yang dirilis oleh HIS Markit tersebut menunjukan ekonomi kuartal pertama 2017 mengalami pertumbuhan sebesar 0.6 persen, lebih baik bila dibandingkan kenaikan 0.5 persen menurut forecast ekonom pada jajak pendapat Reuters. “Aktivitas Bisnis yang membaik sudah cukup positif mengawali tahun 2017, menunjukan telah terjadi akselerasi ekonomi kawasan Uni Eropa secara keseluruhan”, ucap Oliver Kolodseike, analis CEBR. Pada laporan survey sebelumnya di Jerman dan Prancis (Negara ekonomi terbesar Eropa) juga menunjukan adanya akselerasi yang positif, hanya saja tampak melemah di Italia. Sementara itu Indeks harga output juga membukukan kenaikan pesat, meloncat dari 52.2 menjadi 53.1 dan sedikit lebih rendah dibandingkan estimasi 53.3. Namun kenaikan tersebut tetap diapresiasi Bank Sentral Eropa yang telah berjuang mendongkrak Inflasi beberapa tahun terakhir. Pasca rilis data aktivitas bisnis Uni Eropa, mata uang Euro menguat terhadap berbagai major currency. Penguatan Euro tampak saat berpasangan dengan Franc Swiss dan Yen. Sementara itu Euro masih tidak berdaya melawan Sterling dan Greenback.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat :Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Harga minyak terpantau menurun tipis di sesi perdagangan Asia hari Senin pagi ini (3/4), setelah sempat mencapai rekor tinggi dua minggu pekan lalu akibat protes bersenjata di Libya. Kabar kenaikan jumlah sumur pengeboran di Amerika Serikat (rigs count) yang dirilis pada malam Sabtu serta beberapa kabar lain, menekan harga.
Irak Akan Tingkatkan Kapasitas OutputSaat berita dirilis, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 9 sen dari harga settlement sebelumnya ke angka $50.51 per barel. Sedangkan harga minyak berjangka Brent selip 14 sen ke angka $53.39 per barel. Akhir pekan lalu, Irak mengungkapkan rencananya untuk meningkatkan kapasitas output hingga 5 juta barep ber hari (bph) sebelum akhir tahun. Di saat yang sama, Menteri Perminyakan Jabar Al-Luaibi dan Sekjen OPEC Mohammed Barkindo menegaskan, Irak tetap akan memenuhi kesepakatan pemangkasan output yang telah disetujuinya. Di sisi lain, Rusia yang termasuk salah satu penandatangan kesepakatan yang sama, justru menunjukkan indikasi akan menaikkan ekspor. Dilaporkan, pengiriman minyak oleh Transneft (BUMN pengelola monopoli saluran pipa minyak Rusia) meningkat ke 2.944 juta bph di bulan Maret, dari 2.819 juta bph di bulan Februari. Kedua kabar tersebut memunculkan keraguan kembali pada niat negara-negara OPEC dan sekutunya untuk memperpanjang kesepakatan pemangkasan output. Aktivitas Pengeboran AS Terus MeningkatSementara itu, pasar bereaksi pada laporan Baker Hughes tentang aktivitas pengeboran di AS. Jumlah sumur pengeboran minyak aktif meningkat sebanyak 10 ke total kumulatif 662 sepanjang pekan lalu. Pada periode yang sama tahun lalu, jumlahnya hanya 362. Data tersebut melengkapi satu kuartal penuh laju kenaikan rigs count terkuat sejak pertengahan 2011. Tanda-tanda kenaikan produksi di negeri Paman Sam ini telah diketahui dapat mengancam upaya OPEC dan negara-negara produsen lainnya untuk mengangkat harga minyak dari keterpurukannya sejak pertengahan 2014. Selain itu, penguatan indeks Dolar AS (DXY) juga turut membebani harga minyak. Pasalnya, komoditas yang diperdagangkan dalam dolar AS ini menjadi lebih mahal bagi negara-negara konsumen pengguna mata uang berbeda. Dolar menguat kencang setelah dirilisnya laporan GDP Amerika Serikat yang tampil prima.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat :Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Penjualan Ritel Australia untuk bulan Februari dilaporkan jeblok di luar dugaan. Menurut laporan dari Biro Statistik Australia (ABS), Penjualan Ritel merosot hingga 0.1 persen (seasonally adjusted). Angka itu jauh lebih rendah daripada kenaikan 0.3 persen yang diekspektasikan oleh para ekonom.
Kondisi ini menambah keprihatinan akan kemampuan belanja masyarakat untuk menopang aktivitas ekonomi dan tekanan inflasi dalam beberapa kuartal ke depan. ABS menguraikan adanya penurunan dalam penjualan pakaian, alas kaki, dan aksesoris hingga 2.5 persen. Penjualan kebutuhan rumah tangga ritel juga melorot 0.4 persen. Penjualan Ritel Australia Hanya Naik Di Bulan JanuariMengimbangi penurunan tersebut, ABS mengatakan bahwa penjualan makanan dan penjualan di Department Store masing-masing naik 0.3 persen dan 0.8 persen. Pejualan ritel lainnya seperti kafe, restoran, dan makanan cepat saji dilaporkan tidak berubah. Kondisi Penjualan Ritel untuk bulan Februari ini menyusul kenaikan 0.4 persen pada bulan Januari. Namun, pada bulan Desember juga ada penurunan sebanyak 0.1 persen. Tom Kennedy, ekonom di JP Morgan, mengatakan bahwa penjualan ritel yang tidak termasuk penjualan makanan, mengalami suatu hal yang disebutnya dengan istilah "proxy for discretionary spending", melorot 0.4 persen dari penurunan kedua. Sedangkan Kate Hickie, analis dari Capital Economics, mengatakan bahwa kontraksi dalam penjualan ritel terpicu oleh lanjutan penurunan dalam sektor ketenagakerjaan dan pertumbuhan upah. Namun, ada juga kemungkinan karena cuaca panas yang tidak biasa menerjang pada bulan Februari, sehingga menghantam penjualan baju-baju hangat seperti jaket atau sepatu boot. Bulan Maret ini, cuaca Australia cukup basah, sehingga diharapkan penjualan ritel akan naik. Menanggapi laporan tersebut, Dolar Australia terkapar dan menjadi mata uang dengan performa terburuk hari ini. AUD/USD diperdagangkan di angka 0.7604 dari 0.7639.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Penjualan Ritel Australia untuk bulan Februari dilaporkan jeblok di luar dugaan. Menurut laporan dari Biro Statistik Australia (ABS), Penjualan Ritel merosot hingga 0.1 persen (seasonally adjusted). Angka itu jauh lebih rendah daripada kenaikan 0.3 persen yang diekspektasikan oleh para ekonom.
Kondisi ini menambah keprihatinan akan kemampuan belanja masyarakat untuk menopang aktivitas ekonomi dan tekanan inflasi dalam beberapa kuartal ke depan. ABS menguraikan adanya penurunan dalam penjualan pakaian, alas kaki, dan aksesoris hingga 2.5 persen. Penjualan kebutuhan rumah tangga ritel juga melorot 0.4 persen. Penjualan Ritel Australia Hanya Naik Di Bulan JanuariMengimbangi penurunan tersebut, ABS mengatakan bahwa penjualan makanan dan penjualan di Department Store masing-masing naik 0.3 persen dan 0.8 persen. Pejualan ritel lainnya seperti kafe, restoran, dan makanan cepat saji dilaporkan tidak berubah. Kondisi Penjualan Ritel untuk bulan Februari ini menyusul kenaikan 0.4 persen pada bulan Januari. Namun, pada bulan Desember juga ada penurunan sebanyak 0.1 persen. Tom Kennedy, ekonom di JP Morgan, mengatakan bahwa penjualan ritel yang tidak termasuk penjualan makanan, mengalami suatu hal yang disebutnya dengan istilah "proxy for discretionary spending", melorot 0.4 persen dari penurunan kedua. Sedangkan Kate Hickie, analis dari Capital Economics, mengatakan bahwa kontraksi dalam penjualan ritel terpicu oleh lanjutan penurunan dalam sektor ketenagakerjaan dan pertumbuhan upah. Namun, ada juga kemungkinan karena cuaca panas yang tidak biasa menerjang pada bulan Februari, sehingga menghantam penjualan baju-baju hangat seperti jaket atau sepatu boot. Bulan Maret ini, cuaca Australia cukup basah, sehingga diharapkan penjualan ritel akan naik. Menanggapi laporan tersebut, Dolar Australia terkapar dan menjadi mata uang dengan performa terburuk hari ini. AUD/USD diperdagangkan di angka 0.7604 dari 0.7639.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex |
Archives
September 2021
Categories |