Pekanbaru - Dolar Australia mengacuhkan kenaikan data Kepercayaan Konsumen Australia untuk bulan Januari yang dirilis pada Rabu (18/Jan) pagi ini karena banyak faktor eksternal lain yang lebih berpengaruh.
Indeks Kepercayaan Konsumen yang dilaporkan oleh Westpac Bank meningkat 0.1 persen pada bulan Januari. Data tersebut sekilas bukanlah kenaikan yang menakjubkan, tetapi cukup melegakan setelah kemerosotan dramatis hingga 3.9 persen pada bulan sebelumnya. Survei Westpac tersebut dilaksanakan secara bulanan dengan jumlah responden sebanyak 1,200 orang dewasa berusia di atas 18 tahun dari seluruh wilayah Australia. Selain itu, peningkatan Kepercayaan Konsumen Australia ini sejalan dengan mood para konsumen yang bertambah di awal Januari, tetapi indeksnya masih sedikit di bawah puncak yang tercapai pada bulan Oktober. Laporan Kepercayaan Konsumen Australia itu rupanya masih kalah berpengaruh terhadap Aussie dibandingkan dengan penantian pasar terhadap pelantikan Presiden AS, Donald Trump, akhir minggu ini. Selain itu, tarik ulur negosiasi Inggris dengan Uni Eropa juga diperhatikan oleh pasar. PM Theresa May malam tadi memberikan pernyataan tentang langkah selanjutnya untuk Brexit. AUD/USD Tak Manfaatkan Kesempatan Dari Melemahnya DolarAUD/USD tampaknya juga tidak memanfaatkan pernyataan Donald Trump kepada WSJ tentang nilai tukar dolar. Sembari bull Dolar AS mengendur, AUD/USD justru ikut mundur ke angka 0.7549 dari angka 0.7557 meski masih di level tinggi yang terbentuk dari lonjakan pada hari Selasa kemarin menyusul pernyataan Presiden China soal hubungannya dengan AS. Dolar AS melemah terhadap hampir semua mata uang mayor setelah Donald Trump mengatakan pada Wall Street Journal bahwa nilai tukar mata uang tersebut terlalu tinggi, khususnya karena China sedang melemahkan nilai tukar Renminbi. (Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat :PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex
0 Comments
Pekanbaru - Belanja masyarakat Inggris masih kuat sejak referendum (Brexit), tetapi akan menghadapi gejolak pada tahun ini, kata Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE), Mark Carney, dalam pidatonya di London School of Economics Selasa (17/Jan) dini hari tadi.
Para konsumen tampak tak menghiraukan ketidakpastian yang mengikuti Brexit. Namun, Carney mengingatkan kembali bahwa belanja konsumen dapat terpukul karena kenaikan harga yang diakibatkan oleh melemahnya Pounds Sterling. Pertumbuhan utang masyarakat pun dibahas oleh mantan gubernur Bank Sentral Kanada tersebut. Dalam satu tahun hingga November, total pinjaman masyarakat Inggris meningkat sebanyak 4%; sementara kredit konsumen telah naik lebih dari 10%, tercepat sejak tahun 2005. Semakin hari, Inggris semakin mengandalkan belanja konsumen untuk pertumbuhan ekonominya daripada mengandalkan ekspor ataupun investasi. Menurut Mark Carney, hal itu adalah pertanda buruk untuk masa depan Inggris. Pound Vs. Dolar ASSterling mengawali minggu ketiga Januari ini dengan penurunan terhadap hampir semua mata uang mayor. Pasar mengantisipasi pidato Perdana Menteri Theresa May hari ini, yang digadang-gadang akan makin mengipasi pendekatan "Hard-Brexit" untuk negosiasi dengan Uni Eropa. "Inggris sedang memasuki periode kenaikan inflasi yang sedang," kata Mark Carney. Hasilnya, tingkat suku bunga Inggris selanjutnya dapat diatur naik ataupun turun. "Kebijakan moneter dapat merespon arah manapun untuk mengubah outlook ekonomi sehubungan dengan target inflasi 2 persen yang hampir tercapai," sambungnya. Perlambatan, Bukan PenghentianGerard Lyons, ekonom Inggris yang mendukung Brexit, mengatakan bahwa Carney telah menyoroti pertambahan pertumbuhan yang makin pesat karena sektor konsumsi. Inggris telah menjadi salah satu negara dengan kemajuan ekonomi yang paling pesat tahun lalu, tetapi BoE meramalkan bahwa pertumbuhan akan melambat pada tahun 2017, seiring dengan beban inflasi pada belanja konsumen. "Kita telah jelas melihat adanya perlambatan ekonomi dan belanja masyarakat di tahun ini...itu adalah perlambatan, tetapi tidak berhenti," tegas Lyons yang dikutip oleh BBC. Para ekonom telah memprediksi bahwa inflasi dapat naik melebihi target 2 persen yang diinginkan BoE akibat melemahnya Pounds sejak Brexit menjadi pilihan sebagian besar rakyat Inggris. (Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Dalam rangka Natal dan Tahun Baru, broker Grand Capital bagi-bagi hadiah untuk trader yang menjadi nasabahnya. Hadiah bervariasi, meliputi gadget canggih seperti tablet, SmartWatch, Samsung Galaxy, hingga iPhone7, MacBook Pro, dan QuadCopter. Masih ada kesempatan untuk mendapatkan berbagai piranti keras berteknologi tinggi tersebut hingga akhir bulan ini. Bagaimana caranya?
Pertama, perlu dicatat bahwa yang bisa ikut serta dalam promosi ini hanyalah nasabah Grand Capital. Jika Anda belum menjadi klien dari broker yang sedang menantikan lisensi dari CySEC Siprus ini, maka bisa buka akun riil melalui link berikut. Kedua, jika Anda sudah menjadi klien Grand Capital, maka lakukanlah deposit ke akun trading Anda minimal satu kali dalam periode tanggal 31 Desember 2016-31 Januari 2017. Besar deposit bisa berapa saja mulai dari $150 hingga tak terbatas. Setelah melakukan deposit, Anda bisa menggunakan dana deposit tersebut untuk trading seperti biasa, sementara nomor akun akan masuk dalam undian untuk mendapatkan hadiah tertentu. Berikut daftar hadiah yang bisa Anda dapatkan:
Menarik, bukan? Segera register di website Grand Capital dan isi akun Anda. Broker Grand Capital merupakan pialang forex dan binary options internasional yang telah berdiri sejak tahun 2006 dan tahun 2016 ini mulai merintis kehadiran di Indonesia. Grand Capital menghubungkan trader dengan pasar forex melalui kerjasama dengan tiga penyedia likuiditas terkemuka, LMAX Exchange, Currenex, dan Swissquote. Di antara fasilitas-fasilitas trading yang disediakannya bagi trader Indonesia adalah fasilitas deposit dan penarikan lewat bank lokal, Welcome Bonus $500, dan program kemitraan/IB. Pendaftaran pun bisa dilakukan dengan mudah dan cepat secara online.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex PEKANBARU - Dolar AS stabil di sesi perdagangan Asia Jumat (13/Jan) pagi ini, setelah menghantam low lima pekan terhadap Yen Jepang dan mata uang-mata uang mayor lainnya kemarin. Mengecewakannya hasil konferensi pers Presiden terpilih AS, Donald Trump, kemarin membuat Dolar terdepresiasi.
Dolar AS diperdagangkan di posisi 115.11 saat berita ini ditulis, telah memantul naik 1 persen dari penurunan yang terbentuk di sesi perdagangan kemarin. USD/JPY sempat ambles hingga 113.75 yen setelah pernyataan Donald Trump. Selama pekan ini berlangsung, Dolar telah mundur hingga 1.6 persen, yang sekaligus menjadi penurunan dalam empat minggu berturut-turut. Sementara itu, EUR/USD diperdagangkan pada angka 1.0609 saat berita ini ditulis, telah menurun dari level tinggi dua minggu di 1.0684 Kamis kemarin. Indeks Dolar, yang mengukur kekuatan Greenback terhadap enam mata uang mayor lainnya, berada pada kisaran 101.51 di awal sesi perdagangan hari ini. Kemerosotan kemarin, sempat membuat level indeks Dolar mencapai 100.62, terendah sejak tanggal 8 Desember. Momentum Dolar Akan Kembali Setelah IniBull Dolar dikecewakan oleh konferensi pers Donald Trump kemarin yang didominasi dengan perdebatan tentang hubungan AS dan Rusia ketimbang penjelasan masalah ekonomi AS ataupun aturan pajak. Meski demikian, para analis mempekirakan bahwa mata uang tersebut masih bisa kembali mendapat momentum begitu rincian stimulus dari Trump telah lebih jelas. "Sepertinya penguatan Yen terhadap Dolar AS tak akan berlanjut lebih jauh," kata Yukio Ishizuki, Ahli Forex dari Daiwa Securities di Tokyo. "Yield obligasi AS diekspektasi akan naik mengingat ekspektasi kenaikan inflasi AS." Selain itu, Mansoor Mohi-Uddin di NatWest Markets, salah satu unit Royal Bank of Scotland Group Plc, menganalisis bahwa Yen Jepang akan melemah hingga 125 per Dolar AS. Pengetatan kebijakan moneter oleh Federal Reserve, serta makin lebarnya gap antara suku bunga AS dan Jepang adalah faktor yang mendasari proyeksi tersebut.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat :PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PEKANBARU - Dolar AS lunglai terhadap mata uang-mata uang mayor di sesi perdagangan Kamis (12/Jan) pagi ini pasca konferensi pers Trump. Donald Trump dianggap gagal mengungkapkan detail janji-janji kampanyenya untuk mendorong belanja fiskal dan pemotongan pajak.
Trump Tak Beri Petunjuk Yang DiharapkanPresiden yang akan dilantik secara resmi pada tanggal 20 Januari mendatang tersebut bukannya menguraikan rencana kebijakan pro pertumbuhannya, tetapi justru membahas masalah pribadinya dengan perusahaan farmasi dan badan intelijen AS. Trump mencurigai adanya praktik yang mengingatkannya pada kasus Nazi Jerman dulu, menyusul laporan beberapa media AS yang menyebut bahwa Trump pernah tertangkap berkompromi dengan Rusia. Trump juga telah mengklarifikasi, menyangkal hal tersebut melalui kicauan di Twitter-nya. Selain itu, Trump menyinggung rencana pembangunan tembok pembatas antara AS-Meksiko. Meski negara tetangga Amerika itu telah berulang kali menolak berkontribusi biaya sepeser pun atas pembangunan tembok pembatas, tetapi Trump bersikeras akan membangun tembok dengan biaya ditanggung bersama. Ia pun tak mengubah pandangannya untuk tetap mengenakan tarif perbatasan dalam hubungan dagang dengan Meksiko. Terkait perkembangan bisnis di AS, Trump mengatakan bahwa akan ada pajak perbatasan besar bagi perusahaan-perusahaan yang keluar, atau membangun pabrik di luar AS. Namun, detail aturan pajaknya tidak disampaikan. Isu-isu besar seperti kebijakan perdagangan, proyeksi stimulus fiskal, dan hubungan dengan China, sama sekali tak disinggung dalam jumpa pers di Trump Tower malam tadi. Padahal, para ekonom, analis, dan investor sangat menanti uraian poin yang lebih luas tentang petunjuk penilaian ekonomi dan pasar tahun 2017 dari Trump. Akhirnya, konferensi pers malam tadi jelas tak menjawab apa yang mereka cari, meski spekulasi sudah sangat panas. Dolar TerkaparOleh sebab itulah, Dolar tergelincir terhadap hampir semua mata uang mayor. EUR/USD diperdagangkan melonjak hingga 1.72 persen dari low harian sebelumnya. Saat berita ini ditulis, EUR/USD diperdagangkan di angka 1.0603, dari low 1.0493. USD/JPY tampak merosot hingga 2.4 persen setelah konferensi pers tersebut dan diperdagangkan di posisi 114.74 pagi ini. Padahal kemarin, USD/JPY telah menyentuh level 116. GBP/USD, yang dalam beberapa hari ini lebih memedulikan masalah Brexit pun turut bereaksi naik 2 persen, lepas landas dari level rendahnya. GBP/USD diperdagangkan pada angka 1.219 pagi ini.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex PEKANBARU - Sempat stabil hingga sesi perdagangan Asia pagi tadi, Sterling kembali tergelincir di sesi perdagangan Eropa sore ini. Keresahan terhadap kemungkinan Inggris yang akan bersikeras untuk menggunakan metode "hard exit" dari Uni Eropa, masih menjadi faktor yang dominan bagi pergerakan Pounds Sterling.
GBP/USD menyentuh low 10 minggu terbaru terhadap Dolar AS dengan diperdagangkan di angka 1.2106 sore ini, level terendah sejak tanggal 25 Oktober. Di sesi perdagangan sebelumnya, GBP/USD bergerak di kisaran 1.2116, lebih tinggi 0.3 persen dari level sore ini. Tak hanya Dolar, Euro juga memanfaatkan kemunduran Pounds Sterling ini dengan mendaki ke level tinggi satu tahun di posisi 1.06. Saat berita ini ditulis, EUR/GBP diperdagangkan di angka 0.8753. Kemarin, PM Inggris Theresa May mengutarakan pernyataan yang diterjemahkan sebagai kecenderungan untuk menggunakan metode "hard Brexit" dalam negosiasi dengan Uni Eropa. Ia rela Inggris kehilangan akses penuh ke pasar tunggal Uni Eropa asalkan bisa mendapat kendali penuh atas peraturan keimigrasian. Berdasarkan naskah wawancara May dengan Sky News yang dilansir oleh Bloomberg kemarin, tertulis bahwa meninggalkan Uni Eropa adalah tentang "mendapatkan hubungan yang tepat, bukannya hanya menjadi bagian kecil dari keanggotaan." Meskipun Dolar Sedang GugupInilah yang menjadikan Sterling sebagai mata uang berperforma terburuk di awal pekan ini walaupun Dolar AS juga sedang tertekan menyambut konferensi pers Donald Trump untuk pertama kalinya sejak terpilih sebagai presiden besok malam. "Kegugupan pasar tentang konferensi pers Donald Trump - untuk pasar forex - terfokus pada apa yang akan diangkat menjadi yang terpenting dalam rencana ekonominya ... untuk kebijakan perdagangan, untuk hubungan dengan China," kata ahli forex Commerzbank, Esther Reichelt di Frankfurt yang dikutip oleh Reuters. (Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex PEKANBARU - Kontes Jackpot Alpari yang telah sukses diadakan pada tahun 2016 kini akan digelar kembali. Ronde pertama dari kontes trading live populer ini dimulai pada 16 Januari 2017, dengan hadiah berupa uang tunai bagi 20 peringkat tertinggi dan bonus poin ALP untuk peringkat 21 hingga 40.
Kontes Jackpot Alpari adalah kontes trading live yang diadakan 4 kali putaran per tahunnya, dengan durasi 11 minggu di setiap putaran. Penyelenggaranya, broker populer Alpari, menyediakan total hadiah sebesar 30,820 USD dan 50,000 ALP untuk 40 pemenang di putaran pertama ini. Tertarik untuk mengikutinya? Pendaftaran untuk kontes putaran pertama telah dibuka sejak 2 Januari lalu dan akan berlanjut hingga 31 Maret 2017. Namun, kontesnya dijadwalkan berlangsung mulai tanggal 16 Januari-1 April 2017, sehingga akan lebih baik jika Anda mendaftar sejak sekarang agar tak kalah start dari kontestan lainnya. Peserta kontes Jackpot Alpari diharuskan memiliki akun trading live jenis standard.mt4, pro.ecn.mt4, atau ecn.mt4, serta memasukkan deposit sebesar minimal 500 USD/400 EUR/350 GLD/25,000 RUB. Begitu kontes dimulai, semua peserta akan berlomba mencapai target profit maksimum dengan drawdown minimum. Sang juara pertama bakal mendapatkan hadiah tunai sebesar 10,000 USD. Hadiah tunai juga bisa dinikmati oleh runner-up hingga peringkat 20, dengan besaran berbeda-beda. Hadiah tunai dapat di-withdraw, sesuai dengan metode penarikan dana yang berlaku di Alpari. Sedangkan bagi urutan 21 hingga 40 akan diberikan bonus poin ALP mulai dari 10,000 ALP hingga 1,000 ALP. (Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PEKANBARU - Indeks Dolar mengawali perdagangan hari Senin ini (9/1) dalam posisi masih di kisaran 102.200, level yang dihuninya setelah dilonjakkan oleh laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat hari Jumat lalu, di tengah sepinya pasar Asia sehubungan dengan libur perayaan Seijin no Hi di Jepang. Namun, reli bullish Dolar nampaknya menantikan sederetan pidato pejabat Federal Reserve dan Donald Trump dalam beberapa hari mendatang.
Kenaikan Gaji Sinyalkan Peningkatan Inflasi Laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat untuk bulan Desember menyebutkan bahwa Nonfarm Payroll (NFP) hanya bertambah sebanyak 156k, di bawah estimasi 175k. Namun demikian, upah per-jam rata-rata Desember melonjak 0.4%, mengungguli ekspektasi 0.3% maupun periode sebelumnya yang minus 0.1%. Selain itu, data NFP periode November direvisi naik ke 204k. Buruknya NFP sudah diperkirakan oleh sejumlah analis sebelumnya, sehingga tak terlalu menggoncangkan pasar. Fokus justru berpusat pada data upah yang secara implisit mengiaskan peningkatan tekanan inflasi, dan dengan demikian maka mendukung proyeksi kenaikan suku bunga tahun 2017 yang dipatok oleh Federal Reserve dalam rapat FOMC Desember 2016. Menanggapi laporan tersebut, indeks Dolar yang di hari sebelumnya ambruk dan ditutup pada 101.520, melonjak ke 102.220. EUR/USD pun mapan di 1.0527, setelah sempat naik-turun di antara 1.0339-1.0621 dalam sepekan. Yield obligasi 10-tahunan AS meningkat dari 2.33% ke 2.42%, meski masih agak jauh dari level tinggi Desember pada 2.64%. Waspadai Pidato Pejabat FED Dan Pergerakan Yuan"Menarik untuk dicatat bahwa walau telah terjadi volatilitas, tetapi saham-saham AS, Dolar AS, dan yield obligasi 10-tahunan, semuanya (sekarang) berada pada level yang kurang lebih sama dengan sebelum FED menaikkan (suku bunga) sekitar empat minggu lalu," demikian Analis dari ANZ Bank menyampaikan pada Reuters, "Nampaknya pasar mempertanyakan apakah tema reflasi (kebijakan mendorong kenaikan kembali inflasi -red) sekarang bisa diperhitungkan, mengindikasikan bahwa diperlukan suatu tambahan (keyakinan) untuk membawa pasar ke kisaran trading baru." Dalam hal ini, pasar menantikan outlook tingkat suku bunga dan kebijakan fiskal Amerika Serikat berikutnya yang mungkin disampaikan oleh sederetan tokoh dengan jadwal pidato di depan publik minggu ini. Diantaranya:
Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Pekanbaru - Mata uang Dolar AS di sesi Asia pada hari Jumat (06/01) terhuyung-huyung di level terendah tiga minggu terhadap beberapa mata uang mayor lainnya. Momentum bullish Dolar AS telah terhapus dalam sesi perdagangan kemarin, seiring dengan penguatan Yuan China (CNH). Di saat yang sama, para trader tengah bersiap menghadapi goncangan jelang rilis data ketenagakerjaan AS nanti malam.
Lonjakan Yuan Jadi Katalis Pelemahan Dolar Saat berita diturunkan, indeks Dolar AS berada di level 101.60, level terendah sejak pertengahan Desember lalu. EUR/USD melesat ke kisaran 1.06, level tinggi yang dihuninya saat meroket mendadak di akhir Desember. GBP/USD sempat menghampiri level atas 1.24, tertinggi dalam lebih dari dua pekan, meski kini tergelincir ke 1.23an. Demikian pula, AUD/USD melambung hingga kisaran di atas 0.73. "Lonjakan Yuan adalah katalis terbesar untuk kemerosotan Dolar," demikian disampaikan oleh Shin Kadota, pimpinan pakar strategi forex Jepang di Barclays, kepada Reuters, "Ekonomi global nampak lebih baik dibandingkan setahun lalu, sehingga tren risk-off bisa dibatasi. Namun, tajuk berita yang berhubungan dengan China nampaknya telah memberikan partisipan pasar (alasan) untuk menyesuaikan posisi yang telah condong pada Dolar secara berlebihan." Yuan China menguat ke level tinggi dua bulan versus Dolar dalam dua hari terakhir ini, sehubungan dengan langkah-langkah pemerintahnya menetapkan Capital Control dan menstabilisasi kurs menjelang pelantikan Donald Trump menjadi presiden AS ke-45 pada tanggal 20 Januari mendatang. Terlebih pagi ini, Bloomberg melaporkan bahwa People's Bank of China (PBOC) akan mengetatkan manajemen pengaturan ekspektasi kurs Yuan-nya tahun 2017. Proyeksi NFP MengkhawatirkanSedangkan menurut Yohay Elam dari Forexcrunch, Dolar AS hanya mengkoreksi gain yang telah diperoleh sebelumnya. Secara lebih mendetail, ia menguraikan tiga alasan mengapa Dolar jatuh tadi malam:
Selain merujuk pada lemahnya data ADP dan komponen ketenagakerjaan dalam PMI ISM Non-Manufaktur, ia juga mengutip data dari Challenger Grey & Christmas yang menyebutkan bahwa pemutusan hubungan kerja melonjak 42% di akhir tahun lalu. Dibanding argumen yang mendukung peningkatan NFP, Lien menilai lebih banyak indikasi mengarah pada NFP yang lebih lemah. Singkatnya, pelaku pasar kini ramai mempertanyakan apakah NFP bulan Desember yang dilaporkan pukul 20:30 WIB nanti akan mampu memenuhi ekspektasi pertambahan 175,000. (Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Koordinator Advokasi dan Investigasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Apung Widadi mengungkapkan, uang yang masuk ke negara dari kenaikan biaya pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) hanya Rp1,7 triliun. Jumlah tersebut dinilai tidak besar sebagai sumbangan ke Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor kendaraan. Dia menduga, negara sedang butuh duit saat ini untuk membangun infrastruktur dan hal ini menjadi kado pahit inipun disebut merugikan masyarakat Indonesia. "Terkait catatan itu cuma Rp1,7 triliun, kemarin tax amnesty luar biasa. Saya menduga negara saat ini butuh uang untuk infrastruktur, banyak kado pahit awal tahun, kenaikan BBM, listrik, kado pahit Jokowi bagi rakyat," ujarnya di Jakarta, Kamis (5/1/2017) Menurutnya, selain uang yang didapat negara tidak bertambah banyak, pelayanan yang dijanjikan juga tidak pasti. Sehingga, masyarakat banyak yang kecewa atas kebijakan ini. "Rp1,7 triliun saja kenaikan PNBP, masyarakat kecil ditanya pelayanan STNK, SIM kecewa. Enggak bagus kalau lihat anggaran kepolisian besar sekali kenaikannya Rp10 triliun lebih untuk 2017," kata Apung. Pemerintah, lanjut dia, terlihat tidak punya sensor akan krisis yang bisa terjadi dari naiknya beberapa tarif bersamaan. Ini juga bisa meningkatkan jumlah orang miskin. "Ketiga, terkait sebenarnya pemerintah punya sense of crisis enggak sih? Kalau naik bareng akan berdampak tingkat kemiskinan meningkat dan keresahan naik," ujarnya. |
Archives
September 2021
Categories |