Rifanfinancindo berjangka pekanbaru - Mata uang Yen Jepang terus meroket pada perdagangan hari Rabu (14/Februari), sehubungan dengan anjloknya pasar modal setempat. Data GDP Jepang yang teramat buruk tidak membuat investor menghindari mata uang ini, karena fungsinya sebagai aset Safe Haven yang justru dicari di tengah gejolak finansial.
Nikkei Merosot Meski Bursa Lain Bangkit Bursa saham Jepang jatuh beruntun sejak minggu lalu, sejalan dengan kemerosotan pasar modal dunia lainnya, termasuk bursa-bursa Amerika dan Eropa. Namun demikian, Nikkei tetap terperosok hari ini, walaupun bursa terkemuka lainnya telah menghijau sejak awal pekan ini. Tak tanggung-tanggung, Indeks Nikkei 225 minus 90.5 poin, atau 0.43 persen, dalam hari ini saja. Baca juga:
Laporan Gross Domestic Product (GDP) Jepang tadi pagi turut memperburuk sentimen investor terhadap perekonomian Jepang. Upaya PM Shinzo Abe untuk menggairahkan kembali perekonomian terbukti gagal, dengan angka GDP kuartal IV/2017 (preliminer) jeblok ke +0.5% secara Year-on-Year (YoY); jauh lebih buruk dari estimasi yang dipatok pada +0.9%, sementara pencapaian periode sebelumnya direvisi turun ke +2.2% saja. Dalam basis kuartalan, GDP hanya naik +0.1%, di bawah ekspektasi +0.2% maupun kenaikan sebesar +0.6% yang dialami di kuartal III. Buruknya data-data ekonomi Jepang tersebut, memberikan argumen tambahan bagi bank sentral Jepang untuk mempertahankan stimulus moneter. Namun demikian, di tengah kepanikan, pasar masih mencari Yen sebagai tempat perlindungan. Pasangan mata uang USD/JPY merosot sebesar 0.43% dari harga pembukaan hari ini hingga mencapai 107.34, sementara EUR/JPY anjlok 0.32% ke 132.76. Baca juga:
Di sisi lain, PM Shinzo Abe justru menyiratkan ketidakyakinannya pada bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) dan secara tidak langsung menciptakan ketidakpastian baru. Pada hari Selasa, Abe mengatakan bahwa ia belum memutuskan apakah akan kembali mengangkat Haruhiko Kuroda sebagai pimpinan BoJ setelah masa tugasnya berakhir pada 8 April mendatang. Menurut Boris Schlossberg, pakar forex dari BK Asset Management, Kuroda merupakan "arsitek" kebijakan reflasi Jepang dan sangat dihormati oleh pelaku pasar. Karena pasar memperhitungkan 80-90 persen probabilitas pelantikannya kembali, maka bilamana PM Abe berubah pikiran, bisa menimbulkan gejolak lebih lanjut pada USD/JPY. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
September 2021
Categories |