- Indeks Dolar AS (DXY) ditutup 0.26% lebih rendah dari harga pembukaan pada hari Senin kemarin, dan masih tertekan pada awal perdagangan sesi Asia Selasa pagi ini (13/Februari), setelah kepanikan dan aksi jual di pasar modal global mereda. Namun meski aksi beli aset safe haven telah berkurang, pasar belum sepenuhnya yakin kalau gejolak yang menggila sepanjang pekan lalu, benar-benar sudah berakhir.
Baca juga:
Anggaran Sementara Kelima Donald Trump Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatannya terhadap sejumlah mata uang mayor lain, tercatat naik tipis 0.07% ke 90.17 saat berita ditulis. Sejoli USD/JPY menanjak 0.06% ke 108.70, sedangkan EUR/USD melandai 0.04% ke 1.2285. Secara umum, pasangan-pasangan mata uang mayor masih bergerak cenderung flat sejak pembukaan, dengan Dolar AS mengalami kesulitan untuk keluar dari kisaran 90.00-an. Keputusan Parlemen AS untuk mengesahkan anggaran sementara di akhir pekan lalu; mengakhiri Shutdown singkat selama beberapa jam sebelumnya, sekaligus menyediakan pendanaan bagi pemerintah federal hingga 23 Maret mendatang. Namun, ini merupakan anggaran sementara kelima sejak kepemimpinan Presiden Donald Trump, dan tarik ulur antara para wakil rakyat di Parlemen untuk memperoleh anggaran tetap belum usai. Di sisi lain, pasar finansial global mengalami rebound kuat di awal pekan ini. Dow Jones Index naik 1.70%, atau lebih dari 400 poin. Demikian pula dengan indeks-indeks saham terkemuka lainnya, termasuk S&P 500, NASDAQ, DAX, FTSE 100, dan Nikkei 225. Akan tetapi, ini juga bukan berarti kekhawatiran telah sepenuhnya sirna. Suku Bunga Obligasi Masih Terus Melaju Aksi jual di pasar modal pada awal bulan Februari awalnya dipicu oleh kekhawatiran mengenai kemungkinan kenaikan inflasi dan suku bunga yang lebih cepat dibanding perkiraan di Amerika Serikat. Kenaikan suku bunga, pada gilirannya, dapat menekan prospek ekspansi korporasi AS maupun belanja konsumen. Oleh karenanya, asumsi pertumbuhan ekonomi lebih pesat yang muncul ketika Trump mengumumkan pemangkasan pajak, perlu dicabut dari perhitungan investor. Baca juga:
Dalam hal ini, kekhawatiran pasar bukan hanya pada suku bunga acuan yang dikendalikan oleh bank sentral AS (Federal Reserve), melainkan juga suku bunga obligasi. Berdasarkan data Reuters hari ini, yield obligasi 10-tahunan AS masih menanjak hingga menyentuh rekor tertinggi empat tahun pada 2.902 persen, sedangkan yield obligasi 30-tahunan mencapai level tertingginya dalam 11 bulan di 3.199 persen. "Peningkatan yield obligasi jangka panjang (akan) meningkatkan bunga pinjaman, dan kemungkinan mendinginkan perekonomian," kata Minori Uchida, pimpinan analis forex di Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ. Terkait dengan ini, ia menilai Dolar boleh jadi tetap di bawah tekanan versus Yen. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
September 2021
Categories |