Rifan Pekanbaru - Poundsterling tak sanggup lagi membendung bebannya akibat kegagalan Partai Konservatif memenangi kursi mayoritas. Mata uang Inggris tersebut ambrol terhadap Dolar AS dan sejumlah mata uang mayor lainnya.
GBP/USD menambah penurunan lebih dari satu persen lagi setelah menyentuh low 1.2937. Setelah hasil Pemilu Parlemen Inggris 2017 resmi diumumkan, pair yang kerap dinamai Cable tersebut jatuh lagi dan diperdagangkan di angka 1.2646 di hari Jumat (09/Jun) siang ini. GBP/JPY jatuh 1.61 persen ke angka 140.03 sedangkan terhadap Euro, Pound jeblok hingga 1.7 persen dan diperdagangkan di angka 0.8805. Real Count Tak Mengkhianati Exit-Poll: Tories Gagal MayoritasHasil Pemilu Inggris resmi (real count) rupanya sama dengan hasil Exit Poll-nya. Partai Konservatif memang memenangi kursi terbanyak di Parlemen, tetapi tidak mendapatkan suara mayoritas. Jatah kursi partai yang dikenal juga dengan nama Tory tersebut itu anjlok dari 330 ke 318, sedangkan rival Partai Buruh melonjak dari 232 ke 262 dibandingkan dengan hasil pemilu sebelumnya. Seperti yang sudah dipaparkan oleh para pengamat politik, hasil ini membawa Inggris ke situasi Hung Parliament alias Parlemen Menggantung. Konsekuensi dari situasi Hung Parliament adalah makin meningkatnya ketidakpastian. Partai-partai besar harus bisa membangun koalisi dengan partai kecil. Dan selama menunggu koalisi itu terbangun, maka situasi politik Inggris akan kabur. Negosiasi Brexit pun akan terkena imbasnya, meski kini muncul harapan baru akan pendekatan Soft-Brexit. May gagal dari pertaruhan yang dibuatnya sendiri. Beberapa media bahkan sudah mengungkit adanya peringatan bagi PM Theresa May untuk mundur dari jabatannya. Akan tetapi, pimpinan Partai Konservatif tersebut menolak untuk mundur dan tetap konsekuen menjaga stabilitas pemerintahan. "Jelas sekali bahwa belum tampak adanya kepanikan, tetapi jika perundingan koalisi gagal dan jika prospek pemilu berikutnya justru lebih memungkinkan, maka ini akan menjadi bahaya yang serius bagi posisi Inggris dalam negosiasi Brexit, serta menciptakan ketidakpastian yang sangat besar," kata Craig Erlam, senior market analist di Oanda yang dikutip oleh MarketWatch.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex
0 Comments
Rifan Pekanbaru - Tak banyak perubahan yang terjadi pada Dolar AS di sesi perdagangan Asia, Rabu (07/Juni) siang ini. Mata uang AS tersebut masih berkubang di dekat level rendah enam minggu terhadap Yen Jepang. Para pelaku pasar sedang menantikan Pemilu Inggris dan Kebijakan Moneter ECB besok. Sedangkan dari dalam negeri AS, James Comey, mantan Direktur FBI dijadwalkan akan menyampaikan testimoni di hadapan senat besok.
Greenback diperdagangan flat terhadap Yen. USD/JPY menduduki level 109.558 saat berita ini ditulis. Memang tampak mendaki dari kisaran 109.490 sebelumnya. Namun, angka tersebut masih beredar di level rendah yang terbentuk sejak kemarin. Total, penurunan Dolar AS terhadap Yen minggu ini sudah mencapai 0.9 persen. Hal itu dikarenakan pula oleh penurunan tajam dalam imbal hasil US Treasury ke level rendah tujuh bulan. Dolar AS diperkirakan akan mengalami tekanan yang lebih berat lagi karena ekuitas yang sebelumnya bullish, tampak mulai merosot. Saham-saham Wall Street tertarik menjauh dari level tinggi yang tercapai baru-baru ini. "Dolar mulai merasakan tarikan turun imbal hasil obligasi AS untuk sementara ini. Akan tetapi, melambungnya bursa saham cukup membantu menetralisir tekanan tersebut," kata Junichi Ishikawa, Ahli Forex Senior di IG Securities Tokyo. "Akan tetapi, (dolar) tetap melemah kemudian, dan penurunan Dolar mulai mengumpulkan momentum," sambungnya. Rapat ECB Satu-Satunya Event Pasar Keuangan BesokSementara itu, EUR/USD diperdagangkan di angka 1.1265 setelah memanjat hingga 0.2 persen kemarin malam. Euro masih jauh dari level tinggi tujuh minggu di angka 1.1285, menjelang kebijakan moneter ECB besok. ECB tak diekspektasikan akan mengubah kebijakan pelonggaran kuantitatifnya (QE) minggu ini. Namun, pelaku pasar tetap menunggu pernyataan Presiden ECB, Mario Draghi, tentang pandangannya terhadap ekonomi Zona Euro. "Dari 3 peristiwa besar di 'Super Thursday' besok, rapat ECB kemungkinan akan cukup krusial karena partisipan pasar telah memasang ekspektasi yang hawkish sebelumnya," kata Ayako Sera, ekonom senior Sumitomo Mitsui Trust yang diwawancarai oleh Reuters. Sera melanjutkan bahwa dua event lainnya adalah event politik, sehingga pasar tak bisa memperkirakan lebih karena terlalu sulit diprediksi. GBP/USD diperdagangkan menurun 0.1 persen ke angka 1.2900 setelah terayun-ayun di level 1.2951 dan 1.2871 di hari sebelumnya. Sterling diperdagangkan dalam kondisi yang choppy menjelang pemilu Inggris besok.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Dolar AS tersungkur ke level rendah enam minggu terhadap Yen Jepang. Sesi perdagangan Selasa (06/Jun) siang ini masih diwarnai dengan berbagai kekhawatiran global yang akan terus membayangi dalam sepekan. Di antaranya Pemilu Inggris, Rapat ECB, serta testimoni eks Direktur FBI, James Comey di hadapan Senat AS.
Dolar AS turun 0.6 persen ke angka 109.770 yen, terendah sejak tanggal 25 April. Sebelumnya, USD/JPY masih tertolong oleh pantulan naik yield US Treasury. Pada dasarnya, Dolar AS terbilang masih defensif. Lemahnya data Non Farm Payroll (NFP AS) terbaru pada hari Jumat minggu lalu, membuat para investor mengendurkan pertaruhan mereka akan kenaikan suku bunga The Fed sebanyak tiga kali di tahun ini. AS: Jelang Testimoni Eks Direktur FBI"Memang sulit untuk menjadikannya (NFP AS) sebagai rujukan tunggal, tetapi dengan bersamaannya Pemilu AS dan testimoni Comey, maka pasar bisa jadi akan gugup minggu ini," kata Bart Wakabayashi, Manager Cabang State Street Bank di Tokyo. "Dolar sudah defensif sejak data ketenagakerjaan AS Jumat lalu, dan sekarang akan menghadapi risiko geopolitik lagi, khususnya dari hasil testimoni Comey nanti." James Comey, Direktur Badan Intelijen AS (FBI) yang dipecat oleh Presiden Donald Trump pada Mei lalu, akan duduk di kursi panas di hadapan Senate Intelligence Committee. Ia akan memberikan kesaksian mengenai investigasi yang sempat diurusnya, demi mengusut dugaan persekongkolan Trump dengan Rusia dalam kampanye presiden AS 2016 lalu. Inggris: Polling Opini Untuk Theresa May Unggul TipisSementara itu di Inggris, polling opini terbaru menunjukkan bahwa PM Theresa May masih memimpin 1 persen terhadap Partai Buruh jelang Pemilu Kamis lusa. Belakangan ini, popularitas May mulai turun karena sejumlah pihak yang menghubung-hubungkan teror bom di Inggris dengan ketidakmampuan May mencegah aksi terorisme. GBP/USD diperdagangkan naik ke angka 1.2926, menyusul kenaikan yang terjadi sejak sesi sebelumnya. Zona Euro: Kebijakan Moneter ECB Kamis LusaSedangkan EUR/USD tampak berusaha mengikis loss-nya malam tadi, dengan kenaikan 0.2 persen siang hari ini ke kisaran 1.1274. Pair Euro diperkirakan akan dilanda suasana wait-and-see jelang kebijakan moneter ECB Kamis lusa. Sebagian pelaku pasar masih mengharap ECB dapat menunjukkan langkah kecil untuk meninggalkan kebijakan stimulus moneter secara perlahan.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Arab Saudi dilaporkan telah menaikkan harga penjualan resmi (Official Selling Prices/OSP) untuk minyak mentah dari semua grade yang akan dikirim ke kawasan Asia pada bulan Juli. Namun, menyusul kabar ini, harga minyak mentah berjangka Brent dan WTI pada perdagangan Senin pagi (5/6) hanya naik terbatas, masing-masing ke angka $50.05 dan $47.78 per barel.
Harga Jual Minyak Saudi Naik Lebih Tinggi Dari EkspektasiMenurut Reuters, kenaikan harga minyak mentah untuk pengiriman bulan Juli dari Saudi Aramco ke Asia mencapai 60 sen per barel untuk grade Arab Light, dibanding harga bulan Juni. Ini lebih tinggi dibanding ekspektasi perusahaan-perusahaan pengilangan dan pedagang di Asia, yang hanya memperkirakan kenaikan antara 20-50 sen per barel. Aramco juga meningkatkan OSP Arab Light ke Eropa Barat Laut sebanyak 35 sen per barel, sedangkan harga jual untuk ekspor ke Amerika Serikat dinaikkan hingga 50 sen per barel. Langkah-langkah ini sebenarnya selaras dengan perpanjangan kesepakatan pemangkasan output minyak mentah hingga Maret 2018 yang disetujui oleh negara-negara OPEC dan produsen minyak lainnya akhir bulan lalu. Ke depan, OSP minyak mentah Saudi ini diperkirakan akan menjadi patokan tren bagi harga ekspor Irak, Kuwait, dan Iran, sehingga dapat berimbas pada kenaikan harga atas 12 juta barel per hari (bph) minyak mentah yang dikirim ke Asia. AS Keluar Dari Pakta Iklim Paris 2015Di sisi lain, negara-negara yang tak terlibat dalam kesepakatan tersebut masih terus menggenjot output, termasuk Libya dan Amerika Serikat. Pada penghujung hari Jumat, Baker Hughes melaporkan bahwa jumlah sumur pengeboran minyak (oil drilling rigs) di AS telah meningkat untuk pekan ke-20 berturut-turut ke angka total 733, tertinggi sejak April 2015. Selain itu, keputusan kontroversial Presiden Donald Trump untuk menarik AS dari Pakta Iklim Paris 2015 turut meningkatkan kerisauan kalau produksi minyak negeri Paman Sam bakal melonjak pesat tanpa adanya niat dari pemerintahnya untuk membatasi penggunaan energi fosil. Laju peningkatan produksi dari negara-negara tersebut mengancam kemampuan kesepakatan pemangkasan output dalam mendorong kenaikan harga minyak global, sehingga banyak yang meminta agar OPEC kembali mengetatkan kuota. Namun, Menteri Energi Saudi, Khalid Al-Falih, mengatakan bahwa meski pemangkasan bisa diperbesar, tetapi evaluasi atas situasi pasar baru akan dilakukan pada bulan Juli.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Dolar AS sedikit menguat terhadap mata uang-mata uang mayor memasuki sesi perdagangan Kamis (01/Juni) siang ini. Fokus para investor tertuju pada serangkaian data ekonomi AS yang akan diriilis nanti malam, di antaranya adalah data Klaim Pengangguran dan PMI Manufaktur. EUR/USD tergelincir 0.10 persen ke angka 1.1234, tetapi telah kembali mendaki ke kisaran 1.2378 saat berita ini ditulis. Sedangkan USD/CHF sedikit terangkat ke kisaran 0.9702 dari 0.9661 akibat memerahnya data-data ekonomi Swiss. Penjualan ritel Swiss untuk bulan April dilaporkan anjlok hingga 1.4 persen. Pasar Mulai Sangsi Akan Stimulus Fiskal Trump Greenback sebetulnya masih berada di bawah tekanan dalam beberapa minggu ini, sehubungan dengan masalah Trump dalam kaitannya dengan Rusia. Pasar khawatir perkara ini akan menghambat kemajuan rencana-rencana ekonomi Trump, termasuk stimulus fiskal. Trump dan sejumlah orang di pemerintahannya masih berada di bawah penyelidikan FBI. Badan intelijen AS tersebut menindaklanjuti kecurigaan sejumlah pihak akan persekongkolan Trump dengan Rusia pada pemilu Presiden AS tahun 2016. Dalam proses penyelidikan ini, Trump masih berusaha intervensi dengan mendesak parlemen agar mendengarkan pula kesaksian dari mantan penasihatnya, Carter Page. Tujuannya untuk mematahkan kesaksian dari FBI dan CIA. Selain itu, data NFP AS besok malam tak luput dari perhatian para investor. Mereka mengharapkan ada indikasi penguatan dari pasar ketenagakerjaan AS, sehingga petunjuk mengenai kenaikan suku bunga The Fed bulan ini bisa lebih jelas. Di sisi lain, USD/JPY tampak mendulang kenaikan ke angka 111.074 sore ini, dari sebelumnya di 110.99. Menurut Omer Esiner, Kepala Analis Pasar dari Commonwealth Foreign Exchange, Dolar AS masih berada di bawah tekanan karena gejolak yang terjadi di Washington. Harapan akan terwujudnya stimulus fiskal di pemerintahan Trump ini mulai memudar. Sementara itu, AUD/USD tampak telah memperbaiki penurunan tajam yang terjadi pagi tadi akibat data manufaktur China Caixin yang terkontraksi. Sore ini AUD/USD sudah menyentuh level 0.7408, dari low 0.7395 pagi tadi.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex |
Archives
September 2021
Categories |