Rifan Pekanbaru - Indeks Harga Produsen AS selama bulan Februari meningkat melewati ekspektasi sekaligus mencatat kenaikan YoY terbesar dalam kurun waktu hampir 5 tahun yang menunjukan trend inflasi tetap kokoh dan stabil di awal 2017.
Departemen Perdagangan AS pada hari Selasa (14/3) melaporkan data PPI atau inflasi produsen yang tumbuh 0.3 persen selama bulan Februari, melewati estimasi untuk kenaikan 0.1 persen berdasarkan polling Reuters. Raihan 0.3 persen tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan kenaikan 0.6 persen pada periode Januari lalu. Dalam kurun waktu 12 bulan terakhir hingga Februari 2017, inflasi produsen telah melonjak sebesar 2.2 persen yang merupakan kenaikan terbesar sejak 2012 silam. Sedangkan PPI Inti atau tidak memasukan sektor energi dan makanan juga mencatatkan kenaikan 0.3 persen di bulan Februari. Kenaikan Inflasi Produsen yang rilis malam ini disumbang dari beberapa sektor seperti harga produk energi naik 0.7 persen selama Februari setalah melonjak 4.7 persen di bulan Januari. Harga makanan grosir juga mengalami kenaikan 0.3 persen setelah stagnan selama Januari lalu. Fokus Pasar Tertuju Pada Pertemuan Fed Sepanjang sesi perdagangan hari ini, Dollar AS terpantau bergerak meninggi versus berbagai major currency sembari investor menunggu hasil pertemuan FOMC yang akan rilis pada tanggal 15 Maret besok. Pair EUR/USD bergerak melemah sejak hari Senin kemarin dan berada di level 1.0631; kondisi yang serupa juga terjadi pada GBP/USD yang harus melemah cukup dalam dan sempat menyentuh level terendah 9 pekan 1.2108 dan pada pukul 20:49 WIB malam ini diperdagangkan pada level 1.2151 atau berusaha menjauhi level terendah harian. Ditengah peluang kenaikan suku bunga The Fed yang hampir pasti akan dilaksanakan dan fokus Investor sebenarnya tertuju pada “Pesan” apa yang akan diutarakan para petinggi Bank Sentral terutama untuk mengetahui lebih jauh kelanjutan rencana Fed untuk menaikan suku bunga sebanyak tiga kali sepanjang tahun 2017 serta kebijakan fiskal lainnya pada statement FOMC yang rilis Kamis dini hari WIB mendatang.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex
0 Comments
Rifan Pekanbaru - Mata uang Yen hari ini (13/3) kembali melemah di sesi perdagangan Asia, setelah rilis serangkaian data ekonomi berdampak ringan-menengah. Data CGPI Jepang sesuai ekspektasi, tetapi Pesanan Permesinan Inti (Core Machinery Orders) merosot drastis.
Ada Risiko Inflasi Konsumen Tetap Lesu Angka Corporate Goods Price Index (CGPI) yang dirilis Bank of Japan (BoJ) naik 0.2% MoM pada bulan Februari; sesuai ekspektasi meski lebih rendah dari kenaikan 0.6% yang dialami pada bulan Januari. Secara Year-on-Year, PPI tercatat meningkat 1%, selaras dengan estimasi yang mengharapkan peningkatan dari -1.2% di penghitungan periode sebelumnya. CGPI mengukur rerata harga yang dibayar oleh perusahaan-perusahaan Jepang untuk segolongan barang konsumsi dan modal. Data ini serupa dengan Producer Price Index (PPI) yang dipublikasikan oleh negara-negara lainnya. Dalam basis tahunan, data terlihat dalam posisi terkuat dalam lebih dari setahun, tetapi tekanan harga tetap lemah. Menurut David Cottle dari DailyFX, terdapat risiko kelanjutan tekanan harga tidak akan sampai pada tingkat konsumen. Artinya, ada kemungkinan Inflasi Konsumen Jepang tetap lesu. Sementara itu, Kantor Kabinet Jepang melaporkan Core Machinery Orders untuk bulan Januari merosot 8.2% YoY, jauh lebih buruk dari estimasi penurunan 3.3%, maupun kenaikan 6.7% yang terjadi di penghujung 2016. Hal ini terutama akibat penurunan 3.2% dalam satu bulan yang dihitung. Pasar Masih Soroti Federal ReserveUSD/JPY naik 0.05% ke 114.86 seusai publikasi data-data tersebut dan masih nangkring di kisaran level tersebut hingga ketika berita ini ditulis. AUD/JPY melonjak ke 86.78 dari kisaran 86.53, sedangkan EUR/JPY bertahan di level tinggi di sekitar 122.75. Sementara itu, pasar finansial masih terpaku pada putusan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) yang dijadwalkan keluar pertengahan pekan ini. Data ketenagakerjaan AS tampil prima Jumat lalu, sehingga optimisme akan dinaikkannya suku bunga membubung; situasi mana berbeda arah dengan haluan kebijakan BoJ yang masih condong pada pelonggaran suku bunga dan stimulus moneter. (Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Dolar AS diperdagangkan flat di sesi perdagangan Eropa sore ini jelang pengumuman NFP AS. EUR/USD naik tipis 0.18 persen ke angka 1.0594, sedangkan USD/JPY justru melejit lampaui level 115, tepatnya di angka 115.43.
Pengumuman Non-Farm Payroll AS Jumat (10/Mar) malam nanti sangat dinantikan karena minggu depan Federal Reserve AS akan menggelar rapar FOMC. Sejumlah pejabat bank sentral AS tersebut, termasuk Ketua, telah mengeluarkan retorika-retorika hawkish. Mereka merujuk penguatan sektor tenaga kerja sebagai salah satu alasan menaikkan suku bunga. Oleh karenanya, ekspektasi kenaikan suku bunga AS bulan ini makin kencang. Review Bulan LaluAngka NFP AS mencapai 227,000 versus ekspektasi 175,00 bulan Januari lalu. Angka NFP bulan sebelumnya pun juga direvisi naik kecuali bulan November dan Oktober. Yang terbaru, Klaim Pengangguran AS dilaporkan mengalami sedikit kenaikan, tetapi masih dalam level yang rendah. Klaim Pengangguran mingguan bertambah 243,000 pada pekan lalu, meski sempat meraih level terendah sejak 1973 pada periode sebelumnya. Secara umum, Klaim Pengangguran AS sudah berada di bawah ambang 300,000 dalam 105 pekan berturut-turut. Jika, melebihi 300,000 artinya kondisi pasar tenega kerja sedang tak sehat. Di samping itu, Laporan ADP National Employment AS sehari sebelumnya juga menunjukkan kenaikan pertumbuhan yang mengejutkan sebanyak 298,000 lapangan kerja pada bulan Februari lalu. Angka tersebut mematahkan ekspektasi kenaikan sebesar 190,000. Data ADP hanya mengukur pembukaan lapangan kerja dari sektor swasta, sedangkan NFP mengukur pembukaan lapangan kerja non pertanian dari sektor swasta dan pemerintah. Namun, ADP juga digunakan sebagai tolak ukur NFP. Jika ADP baik, biasanya NFP akan baik. (Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Departemen Perdagangan AS pada hari Selasa (7/3) merilis data defisit Necara Perdagangan AS untuk bulan Januari yang dekati rekor tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Kenaikan harga minyak dunia menjadi faktor utama penyebab defisit perdagangan kian melebar yang turut akan menghambat pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama 2017.
Berdasarkan data yang dirilis Departemen Perdagangan AS pada bulan Januari telah terjadi defisit Neraca Perdagangan sebesar -48.5 Milyar Dollar atau naik 9.6 persen dari periode sebelumnya yang merupakan level tertinggi sejak Maret 2012 lalu. Sementara itu forecast ekonom berdasarkan jajak pendapat Bloomberg sebelumnya memprediksi Trade Balance AS Januari sebesar -47 Milyar Dollar. Kenaikan harga minyak mentah dunia dalam beberapa waktu terakhir membuat nilai impor AS ikut terkerek naik, padahal Negeri Paman Sam tersebut tercatat mengimpor minyak mentah sebanyak 259 juta barrel pada bulan Desember 2016 lalu. Melebarnya defisit AS diawal tahun ditambah dengan lemahnya data ekonomi dalam sektor belanja kontruksi mengisyaratkan bahwa perekonomian masih berjuang untuk mendapatkan momentumnya kembali di kuartal pertama 2017 setelah tumbuh 1.9 persen secara tahunan pada 3 bulan terakhir 2016 lalu. Selama Januari, AS mengimpor barang dan jasa senilai 240.6 milyar dollar atau naik 2.4 persen dibandingkan periode sebelumnya, disisi lain AS juga mengekspor dengan total nilai 192.1 Milyar Dollar atau naik 0.6 persen yang merupakan level tertinggi sejak Desember 2014. Pasca rilis data Neraca Perdagangan AS yang mengalami pelebaran defisit, pergerakan mata uang Greenback cukup stabil dan masih berada di level tinggi terhadap berbagai mayor currency. Pair EUR/USD bergerak melemah sejak hari senin lalu dan diperdagangkan pada level 1.0567; sedangkan GBP/USD masih terperangkap trend bearish, berada di level 1.2194 pada pukul 21:25 WIB malam ini.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : PT.Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Bank Sentral Australia (RBA) tidak mengubah tingkat suku bunganya di hari Selasa (07/Mar) ini. Kebijakan tersebut menunjukkan minimnya kebutuhan Australia akan stimulus untuk membantu perekonomian setelah rebound terakhir yang trejadi dalam pertumbuhan. Meski demikian, RBA masih memusatkan perhatiannya pada masalah kenaikan harga rumah.
RBA mempertahankan suku bunga di kisaran 1.50 persen, level rendah yang sudah banyak diperkirakan oleh para analis. Rate tersebut dipertahankan sejak bulan Agustus 2016, saat RBA masih dikepalai oleh Glenn Stevens. "Dewan RBA memutuskan untuk mempertahankan kebijakan dalam rapat kali ini, konsisten dengan pertumbuhan ekonomi dan raihan inflasi menuju target kami," kata Gubernur RBA, Philip Lowe dalam pernyataan pasca rapat. Prediksi terbaru RBA terhadap Pertumbuhan Domestik Bruto (GDP) Australia adalah 3 persen untuk tahun 2017 ini. Di kuartal keempat tahun 2016 lalu, perekonomian tumbuh 1.1 persen, melompat dari kontraksi sebesar 0.5 persen di kuartal ketiga yang hampir menyeret Australia dalam resesi. Sejumlah ekonom berpendapat bahwa bank sentral tersebut telah merampungkan siklus pemotongan suku bunganya. Selama inflasi masih di dalam rentang 2-3 persen, RBA tak akan keberatan mempertahankan suku bunganya dalam level rendah saat ini. Di samping itu, Lowe menyoroti masalah harga rumah di Australia. "Kondisi pasar perumahan bervariasi di negara ini. Di sebagian wilayah, kondisi harga sangat kuat dan meningkat dengan cepat," kata Lowe. AUD/USD Justru MelompatBeberapa saat setelah kebijakan RBA diumumkan, AUD/USD tampak tak bergeming. Namun saat berita ini ditulis, AUD/USD sudah melompat 0.3 persen menuju level 0.7618 dari sebelumnya di low 0.7575. Menurut laporan para dealer, algoritma buying terbentuk dengan buru-buru (rush-buying) sesaat sebelum kebijakan moneter RBA diumumkan.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Angin segar kembali berhembus ke sektor penjualan ritel Australia, setelah kekecewaan yang melanda saat musim Natal. Biro Statistik Australia (ABS), Senin (06/Maret) pagi ini melaporkan kenaikan Penjualan Ritel sebanyak 0.4 persen MoM pada bulan Januari, cocok dengan ekspektasi para analis. Pada bulan Desember, Penjualan Ritel Australia menurun hingga 0.1 persen.
Rifan Pekanbaru - Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Kamis (2/3) merilis data Jobless Claims mingguan yang secara mengejutkan kembali menembus rekor terendah baru dibandingkan pekan pekan sebelumnya, menandakan bahwa kondisi ekonomi AS dalam kondisi yang positif di awal tahun 2017.
Jumlah warga AS yang mengisi form klaim atas kehilangan pekerjaan bertambah 223k untuk perhitungan yang berakhir pada tanggal 25 Februari atau turun 19k bila dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu forecast ekonom sebelumnya melalui jajak pendepat Reuters memprediksi Jobless Claims akan bertambah 243k. Angka 223k tersebut merupakan level terendah sejak Maret 1973 lalu dan jumlah rata rata 4 pekan terakhir pun juga turun menjadi 234k atau turun 6k. Trend Jobless Claims AS menurun cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir dan data yang rilis malam ini menjadi pekan ke 104 secara beruntun Jobless Claims berada dibawah batas psikologis 300k. Apiknya data jumlah klaim pengangguran AS yang rilis di awal sesi New York malam ini semakin menguatkan bukti bahwa pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam semakin mendekati Full Employment dengan tingkat pengangguran berada stabil di pada level 4.8 persen. Pasar tenaga kerja yang ketat dan trend inflasi yang menanjak menjadi dua faktor yang akan dipertimbangkan pengambil kebijakan The Fed untuk segera melakukan Rate Hike pada pertemuan tanggal 14 -15 Maret mendatang. Investor Masih Nantikan Pidato Yellen Data ekonomi penting AS yang rilis sepanjang pekan ini menunjukan progress positif, setelah Inflasi PCE Inti melonjak mendekati terget The Fed dan trend jobless Claims yang terus menurun menjadi satu bukti bahwa rencana kenaikan suku bunga bulan Maret bukan sekedar wacana belaka. Apalagi beberapa petinggi The Fed juga menyuarakan pandangan mereka dalam bentuk statement hawkish yang telah mendorong Greenback menguat versus berbagai major currency sepanjang pekan ini. Meskipun probabilitas Rate Hike Maret kian meninggi, namun Investor ingin mendapatkan kejelasan sikap Ketua The Fed terhadap rencana kenaikan suku bunga pada pertengahan Maret ini. Janet Yellen dijadwalkan akan berpidato pada hari Jumat siang waktu setempat, Investor tentu berharap Yellen akan menyinggung rencana Rate Hike apakah akan dilakukan bulan ini atau bulan Juni mendatang. Pasca rilis data Jobless Claims AS, Greenback terpantau masih bertahan kokoh terhadap berbagai mata uang utama. EUR/USD berada di level 1.0506 atau telah melemah sebanyak 0.42 persen sepanjang sesi perdagangan hari Kamis. Sementara itu pair GBP/USD masih berada dibawah tekanan jual dan berada di level 1.2276 pada pukul 21:05 WIB malam ini.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifan Pekanbaru - Pada awal sesi New York hari Rabu (1/3) dirilis data pengeluaran konsumen AS yang tumbuh dibawah ekspektasi selama Januari. Pada periode yang sama, tingkat inflasi melonjak cukup signifikan yang menjadi kenaikan bulanan tertinggi dalam kurun 4 tahun terakhir.
The Commerce Department melaporkan data pengeluaran konsumen Negeri Paman Sam untuk bulan Januari yang tumbuh 0.2 persen, setelah melonjak 0.5 persen pada Desember 2016 lalu. Sementara itu nilai median forecast analis pada polling Reuters sebelumnya memprediksi Consumer Spending AS akan tumbuh 0.3 persen selama Januari. Trend pengeluaran konsumen AS kemungkinan akan tetap menguat ditengah harapan warga AS terhadap janji Presiden Donald Trump untuk menurunkan pajak kalangan menengah dan meningkatkan belanja infrastruktur. Disamping itu, Inflasi PCE yang mencatatkan kenaikan bulan terbesar 4 tahun secara tidak langsung akan menurunkan daya beli rumah tangga AS. Inflasi PCE Meningkat Signifian, Rate Hike Didepan Mata Selain merilis data pengeluaran konsumen, pada waktu yang bersamaan juga dirilisa data inflasi PCE yang melonjak 0.4 persen pada bulan lalu. Kenaikan itu merupakan yang terbesar sejak tahun 2013 setelah naik 0.2 persen pada Desember. Dalam rentang 12 bulan terakhir hingga Januari, Inflasi telah meningkat sebanyak 1.9 persen. Sementara itu index PCE inti atau tidak memasukan sektor makanan dan energi juga mencatatkan kenaikan 0.3 persen pada periode yang sama. Secara basis tahunan Y/Y maka PCE Inti telah tumbuh 1.7 persen atau berada sangat dekat dengan target The Fed sehingga dapat dipastikan peluang Rate Hike sudah didepan mata, terlebih setelah beberapa petinggi Bank Sentral memberikan pernyataan hawkish. Pasca rilis data fundamental AS, Greenback terpantau masih berada dijalur penguatan. Pada pukul 21:09 WIB malam ini EUR/USD berada pada level 1.0524 sedangkan GBP/USD diperdagangkan pada harga 1.2293.(Mbs-rifan financindo berjangka)Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex |
Archives
September 2021
Categories |