PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Jakarta Merek China kian agresif menggempur pasar smartphone Indonesia. Hal ini membuat vendor asal negara lain menyiapkan strategi untuk bersaing di pasar Indonesia yang menggiurkan, termasuk vendor asal Taiwan.
Nama-nama seperti Oppo, Lenovo, Huawei misalnya, terdengar kencang. Sementara merek asal Taiwan seperti HTC boleh dibilang mulai kalah gaung. Lucunya, ketika namanya terdengar pun, banyak yang mengira HTC dan Asus adalah merek China. Setidaknya, hal ini memperlihatkan dominasi brand awarenessChina yang lebih kuat dibandingkan Taiwan di kalangan konsumen. "Memang kalau kita dengar produk China, kita langsung punya dua persepsi, murah dan bagus atau murah dan jelek. Sementara persepsi tentang produk Taiwan belum sampai ke situ, jadi masih mengambang," kata pengamat gadget Lucky Sebastian, ditemui usai acara 'Taiwan Excellence: ICT Media Gathering. Menurut pengamatannya, produk Taiwan bukannya kurang dikenal atau kurang mendapat kepercayaan. Namun cukup banyak orang memakai produk Taiwan, tidak tahu bahwa produk tersebut berasal dari sana. "Jadi gak seperti kalau orang lihat produk China, tahu ini dari China. Tapi kalau produk Taiwan, bukan ngomong negaranya, tapi cuma brandnya. Ini Asus, mereka percaya," Lucky mencontohkan. Kalau ada merek Taiwan yang cukup berkibar di pasar smartphone Indonesia saat ini, itu adalah Asus. Saat ini, Asus kabarnya menjadi produsen smartphone terbesar ketiga di Indonesia. Kampanye Taiwan Excellence Manager Taiwan Trade Development Council (TAITRA) Macy J.J. Chen tak menampik jika merek Taiwan kalah agresif dari China. Dia berkilah, hal itu dikarenakan produk Taiwan menyasar segmen yang berbeda. "Pada dasarnya produk Taiwan lebih fokus masuk ke medium-high. Di segmen tersebut, cara promosi yang dilakukan berbeda dan terkesan tidak terlihat. Mereka (China), lebih banyak produk medium-low, promosi mereka lebih terdengar dan terlihat," komentarnya. Namun karena ini pula, TAITRA tak tinggal diam. Mereka rutin menggelar kampanye Taiwan Excellence, untuk mempromosikan produk-produk terbaik Taiwan ke luar negeri, terutama untuk pasar besar seperti Indonesia. Taiwan Excellence yang diselenggarakan Biro Perdagangan Luar Negeri Taiwan (BOFT), Kementerian Ekonomi Taiwan (MOEA) dan dilaksanakan TAITRA bertujuan membantu produsen menguatkan eksistensinya di pasar luar negeri dan menghadirkan produk yang sudah lolos uji kualitas bagi konsumen untuk dipilih. "Kami menyadari ada banyak brand China yang merajai pasar Indonesia. Tapi pemerintah China tidak punya kampanye seperti kami. Taiwan Excellence adalah cara kami agar perusahaan Taiwan mendapatkan brand awareness di luar negeri," sebutnya. Macy mengklaim, di lebih dari 100 negara, semua merk dan produk yang dilabeli Taiwan Excellence telah terbukti secara pengembangan dan riset, desain, kualitas, marketing dan manufaktur Taiwan. Nilai-nilai ini merepresentasikan Taiwan dan industrinya. Belajar dari HTC HTC yang dulu sempat laris manis, kini keteteran. Padahal, vendor asal Taiwan ini mencatatkan sejumlah prestasi, antara lain menjadi pelopor dalam membuat smartphone unibodi dari metal dan dipuji-puji karena desainnya yang menawan. Namun saat ini, semua keunggulan HTC seolah tak berarti. Pasar berbicara. "Serbuan China memang gak bisa dianggap remeh. Produk China sekarang banyak yang menawarkan barang bagus dan murah. HTC bagus, tapi tidak murah. Ini kendalanya," Lucky berpendapat. Dia mengatakan, konsumen di Indonesia bentuknya seperti segitiga. Pasar untuk middle-low yang berada di bawah jauh lebih banyak, sehingga hal ini sangat berpengaruh pada HTC yang tidak punya produk di segmen tersebut. "Produk yang segmented middle-low dia punya, tapi tidak murah. Akhirnya konsumen beralih. Dengan harga yang sama orang bisa dapat yang spesifikasinya lebih tinggi," sebutnya. Menurut Lucky, marketing HTC juga tidak jor-joran karena mereka memilih percaya bahwa sebuah produk bisa mengangkat dirinya sendiri. Sementara produk China, menganggap kampanye marketing sangat penting. Dalam kasus HTC, teknologi, harga dan cara pemasaran menjadi sorotan. Berkaca dari HTC, sepertinya ini yang coba diperbaiki saudara sekampungnya Asus. "Kalau pun sampai sekarang HTC masih disebut-sebut, karena dia masuk sebagai salah satu brand global. Apakah Asus akan bisa mengungguli? Dia sudah mulai, masuk ke Indonesia pertama kali dengan harga terjangkau. Dia juga punya yang premium. Apakah bisa diterima pasar atau tidak, kita lihat nanti," ujarnya. Kekuatan di Pasar PC Taiwan mungkin tidak sekuat China di pasar smartphone. Namun jika membicarakan kiprahnya di industri komunikasi dan teknologi (ICT) secara keseluruhan, Taiwan punya kekuatan di pasar komputer personal atau PC dan berbagai perlengkapannya. "Kalau kita ngomongnya terbalik, bukan smartphone tapi PC, brand Taiwan lebih kuat. Brand China di Indonesia? gak ada," kata Lucky. Acer, Asus, MSI dan BenQ misalnya, sampai sekarang masih terdengar untuk produk-produk seperti laptop, monitor dan perlengkapan komputer lainnya. Lagi-lagi, jarang orang tahu, merek-merek ini berasal dari Taiwan, namun setidaknya, konsumen percaya dengan brand-brand tersebut sehingga memilihnya. "Jadi China itu lebih terkenal di smartphone, PC-nya nggak. Taiwan, produk PC dan aksesorisnya sudah lebih dulu masuk negara kita dan lebih kuat. Smartphone-nya dia sekarang mulai bangun lagi melalui merek Asus," papar Lucky. Macy mengonfirmasi hal ini, bahwa Taiwan punya kekuatan di pasar PC. Bahkan meski pasar PC cenderung stagnan, perusahaan asal Taiwan menurutnya tetap memperlihatkan eksistensinya. "Kami punya pangsa pasar yang besar di industri PC. Lebih dari 50% PC, diproduksi oleh perusahaan Taiwan," sebut Macy. Taiwan tidak menyia-nyiakan potensinya tersebut. Mereka berupaya menjaga gairah pasar PC dengan mengawasi kualitas produk dan terus menggencarkan promosi, salah satunya melalui kampanye Taiwan Excellence. "Taiwan terus berinovasi. Setiap tahun selalu ada fungsi atau fitur baru yang kami tawarkan. Kami ingin buat konsumen semakin nyaman dan percaya pada produk Taiwan," tutupnya.(Mbs-rifan financindo berjangka) Sumber : http://inet.detik.com/
0 Comments
PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Jakarta Keluarga Kardashian-Jenner memang sangat sadar akan kecantikan. Mulai dari Kim Kardashian hingga Kylie Jenner tak hanya memiliki kemampuan makeup, namun keluarga penuh kontroversi itu juga pandai dalam merawat kulit. Kendall Jenner misalnya yang sudah sadar melakukan perawatan kulit mata sejak ia remaja.
Sebagai adik dari kakak-kakak cantik Kourtney, Kim dan Khloe, Kendall selalu diberikan saran terbaik dalam perawatan wajah. "Ini seperti aku memiliki 12 ibu," kata Kendall bercanda seperti dikutip dari Allure. Kourtney memberikan saran untuk adik tirinya itu agar rajin merawat kulit mata sejak dini. Sudah sejak lama wanita yang baru tampil di fashion show Marc Jacobs itu menggunakan krim mata. "Saat aku berusia 15 tahun, dia (Kourtney) mengatakan, 'kamu harus mulai menggunakan krim mata sekarang.' Jadi aku melakukannya," ungkap wanita 20 tahun itu. Kendall kembali bercerita bagaiamana kakak-kakaknya kerap mewanti-wantinya agar tidak menyentuh wajah. Sebab, tangan adalah sumber kuman dan bakteri yang membuat wajah jadi berjerawat. "Jangan mencubit wajahmu sama sekali, jangan memencet jerawat. Pesan itu yang selalu aku ingat," kata kakak dari Kylie Jenner itu. Sementara Kim merekomendasikan Kendall untuk menggunakan sampo bermerek Finese. Bukan perawatan mahal, justru sampo tersebut kategori drugstore yang harganya cukup terjangkau. Sampo Finese seharga US$ 3 atau sekitar Rp 40 ribu. Kendall mengaku rambutnya menjadi lebih lembut berkat sampo tersebut. "Aku telah mencoba segala perawatan rambut mahal. Tapi sampo Finese lebih bekerja di rambutky dan membuatnya jadi lembut. Rambutku juga sering dipuji oleh hairstylist," kata Kendall.(Mbs-rifan financindo berjangka) Sumber : http://wolipop.detik.com/ PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Jakarta Di ajang pameran Photokina 2016, Panasonic merilis kamera baru, yaitu Panasonic G85/G80. Kamera ini merupakan mirrorless kelas menengah yang berbentuk seperti mini DSLR. Berbeda dengan GX80/85 yang bentuknya kotak ala rangefinder.
Saya berkesempatan untuk melakukan hands-on kamera ini di booth Panasonic. Meski terlihat seperti DSLR, tapi kamera ini lebih kompak ukurannya. Berat dengan baterainya 505 gram, kurang lebih seperti kamera DSLR pemula. Dimensinya 128 x 89 x 74mm. Kamera ini tidak begitu banyak dibahas, karena bukan yang terbaik, tercanggih atau yang termahal, tapi saya nilai kamera ini memiliki banyak fitur canggih dan cukup untuk berbagai jenis kebutuhan foto dan video. Pelajar/mahasiswa yang ingin belajar dan menekuni foto dan video terutama untuk travel, dokumentasi cocok dengan sistem kamera ini. Perbedaan utama dari kamera ini dari generasi sebelumnya (G7) antara lain: weathersealing, built-in camera stabilization, 16 MP tapi tanpa low pass filter (gambar lebih tajam), video 4K, viewfinder sedikit lebih besar. G85 ini akan dipaketkan dengan lensa travel serba guna, 12-60mm f/3.5-5.6 (ekuivalen 24-120mm). Harga kamera body only sekitar USD 900 atau Rp 12 juta.(Mbs-Rifan Financindo Berjangka) Lihat : Pt.Rifan Financindo Berjangka Sumber : financeroll |
Archives
September 2021
Categories |