Rifanfinancindo pekanbaru – Sterling beringsut menurun di sesi perdagangan Eropa Senin (14/Agustus) sore, terhadap Dolar AS. GBP/USD tampak tertahan di bawah level $1.30, yang merupakan level jangkar dalam beberapa bulan terakhir. Padahal, di minggu-minggu sebelumnya, cukup banyak rangkaian berita mengenai negosiasi Brexit yang dapat dikatakan negatif.
Bank-bank besar dunia pun berbeda pendapat dalam memasang outlook mereka terhadap Pound di sisa tahun 2017 ini. Sebagian bank memperkirakan loss yang lebih dalam akan dialami Pound akibat lambatnya perekonomian. Sedangkan sebagian lainnya terkesan lebih optimistis, dengan memperkirakan bahwa penurunan Sterling karena reaksi terhadap keputusan Inggris untuk cabut dari Uni Eropa, sudah berakhir. Poundsterling tak bisa lebih jeblok lagi dari level rendah beberapa saat pasca Brexit. GBP/USD merosot 0.15 persen ke angka 1.2982 di awal sesi perdagangan sore ini. EUR/GBP diperdagangkan pada angka 0.9090. Berita Tentang Brexit Tak Akan Ada Yang PositifSinyal-sinyal "hard-Brexit" yang dikirimkan oleh Menteri Keuangan Inggris, Philip Hammond, rupanya tak banyak berpengaruh pada Poundsterling. "Dalam babak ini, pasar tidak mengekspektasikan berita-berita mengenai Brexit akan terdengar positif," kata Sam Lynton-Brown, Ahli Strategi di BNP Paribas, London, kepada Reuters. "Akan tetapi, semakin lama waktu yang dibutuhkan pasar untuk menentukan harga di tengah masa transisi, maka semakin banyak investor yang harus mempersiapkan diri akan kemungkinan penurunan harga, skenarionya adalah pada tahun 2019." Besok sore, Inggris akan merilis data mengenai inflasi. Setelah harapan akan kenaikan suku bunga BoE memudar, pasar beralih pada data ekonomi Inggris. Jika inflasi Inggris besok naik 2.7 persen sesuai ekspektasi, itu artinya, dampak negatif yang timbul akibat ketidakseimbangan dengan kenaikan pendapatan rakyat Inggris, tidak secepat yang dibayangkan.( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex
0 Comments
Kepolisian Myanmar mengatakan ratusan warga dari komunitas Buddha di negara bagian Rakhine menggelar protes untuk menentang badan-badan bantuan internasional yang mereka tuduh memihak kelompok Muslim Rohingya. Kepolisian mengatakan unjuk rasa, yang diikuti oleh para biksu dan warga dari etnik Rakhine itu, diadakan di setidaknya 15 kota, termasuk di ibu kota negara bagian Rakhine, Sittwe pada Minggu (13/08). "Protes berjalan damai hari ini," kata pejabat kepolisian Mayor Cho Lwin, sebagaimana dilaporkan kantor berita Reuters. Para pemrotes menuduh PBB dan badan-badan bantuan internasional lainnya membela kelompok Muslim Rohingya sehingga mereka harus segera meninggalkan Rakhine, negara bagian yang juga ditempati oleh Rohingya.
'Kamp militan' Etnik mayoritas Rakhine, yang pada umumnya beragama Buddha, telah lama menuduh PBB dan badan-badan bantuan lainnya memprioritaskan Rohingya dalam pemberian bantuan. Rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar tetapi digolongkan sebagai pendatang dari Bangladesh walaupun mereka secara turun temurun telah berada di Rakhine. Oleh pemerintah Myanmar maupun oleh masyarakat di negara itu pada umumnya, Rohingya dipanggil dengan sebutan orang-orang Bengali atau orang Muslim, tidak pernah digunakan sebutan Rohingya. Para pengunjuk rasa juga menuntut pembentukan tentara sipil bersenjata di Rakhine sebagai bentuk bela diri bagi etnik mayoritas Rakhine. Reuters Seorang penjaga perbatasan Myanmar berjaga-jaga di Buthidaung, Rakhine. Militer telah menambah personel di Rakhine. Ketegangan di Rakhine kembali memanas belakangan ini setelah tujuh warga Buddha ditemukan diparang hingga meninggal dunia di kawasan pegunungan pada Juli lalu. Pihak berwenang mengaku telah menemukan perkemahan-perkemahan di pegunungan May Yu yang menunjukkan keterlibatan "orang-orang ekstremis" dalam pembunuhan itu. Di satu lokasi yang diduga sebagai kamp militan, bulan lalu ditemukan biskuit yang berasal dari bantuan Program Pangan Dunia (WFP). Militer mengirimkan pasukan tambahan ke Rakhine pekan lalu.( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : news.detik PT Rifan Financindo Pekanbaru – Indeks Harga Produsen AS tercatat mengalami penurunan di bulan Juli, berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Departemen Tenaga Kerja pada hari Kamis (10/8) di awal sesi New York. Lemahnya Inflasi Produsen bulan lalu terbebani oleh adanya penurunan biaya Jasa dan produk energi.
The Labor Departement merilis data Producer Price Index atau Inflasi Produsen bulan Juli untuk permintaan akhir yang turun 0.1 persen, setelah sempat mencatatkan kenaikan 0.1 persen pada bulan Juni. Jatuhnya PPI bulan lalu menjadi yang terburuk sejak periode Agustus 2016, menandakan trend Inflasi AS mungkin akan menghadapi rintangan di kuartal ketiga 2017. Dalam kurun waktu 12 bulan terakhir hingga bulan lalu, PPI telah naik 1.9 persen YoY atau turun 0.1 persen dibandingkan periode Juni. Tampaknya rilis Inflasi Produsen AS malam ini bertolak belakang dengan forecast ekonom yang memprediksi PPI akan naik 2.2 persen YoY setelah naik 2.0 persen pada bulan Juni lalu. Bulan lalu biaya jasa turun 0.2 persen menjadi penurunan pertama sejak Februari 2017, yang memberi kontribusi 80 persen terhadap turunnya PPI bulan lalu. Sementara itu biaya layanan kesehatan naik 0.3 persen, biaya produk energi turun 0.3 persen. Jobless Claims Sedikit Bertambah, Pasar Tenaga Kerja Tetap Ketat Departemen Tenaga Kerja AS juga merilis data Klaim Pengangguran periode mingguan yang sedikit bertambah dibandingkan periode sebelumnya, namun pasar tenaga kerja tetap ketat dan stabil. Jumlah warga AS yang mengajukan klaim atas kehilangan pekerjaan bertambah 3,000 menjadi 244,000 pada perhitungan yang berakhir hingga tanggal 5 Agustus. Jobless Claims yang rilis malam ini lebih besar dibandingkan ekspektasi ekonom yang memprediksi akan bertambah 240,000 selama pekan lalu. Sudah tercatat pekan ke-127 secara beruntun, klaim berada dibawah angka 300,000 yang menjadi batasan ukuran kesehatan pasar tenaga kerja AS. Pada pukul 20:30 WIB, EUR/USD berada di level 1.1741; GBP/USD berada di level 1.3009 dan USD/JPY berada di level 109.60.( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifanfinancindo Pekanbaru – Nilai tukar Rupiah melemah akibat terseret oleh gejolak dalam pasar mata uang. Meskipun Dolar AS sedang tertekan akibat ketegangan geopolitik dengan Korea Utara di hari Rabu (09/Agustus) ini, Rupiah tetap terombang-ambing akibat absennya sentimen positif yang kuat dari dalam negeri.
Menurut chart USD/IDR versi Bloomberg pada pukul 11:25 WIB, USD/IDR naik ke angka Rp13,331 atau dengan kata lain Rupiah keok 5 poin dari nilai tukar terhadap Dolar AS sebelumnya. Sementara itu, data dari Yahoo Finance, mencatat bahwa mata uang NKRI terperosok 31 poin atau 0.23% ke posisi Rp13.341 per USD, dibanding penutupan Selasa lalu di Rp13.310 per USD. Sedangkan menurut Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah pada hari ini berada di Rp13.324 per USD, terdepresiasi 5 poin dari kemarin di level Rp13.319 per USD. Dolar AS Tertekan Tensi AS vs. KorutSempat sangat solid di akhir pekan lalu pasca data NFP AS, pagi tadi Dolar tumbang terutama terhadap mata uang-mata uang safe haven seperti Yen dan Franc Swiss, akibat pernyataan Korea Utara. Negara pimpinan Kim Jong Un tersebut menyatakan sedang menyusun rencana untuk melakukan uji coba misil ke arah wilayah kekuasaan Pasifik AS di Guam. Pernyataan tersebut datang merespon pernyataan Presiden AS Donald Trump yang akan menanggapi serius setiap ancaman yang ditujukan ke AS, dalam hal ini, ancaman dari Korea Utara. Menurut David Sumual, ekonom dari BCA yang diwawancarai oleh TribunNews, pasar berada dalam mode wait and see menjelang data CPI Amerika Serikat yang akan rilis pada hari Jumat lusa. Ditambah dengan nihilnya data positif dari Indonesia, David memprediksi bahwa masih ada kemungkinan bagi Rupiah untuk ditutup menguat dan bergerak di rentang sempit Rp 13.300-Rp 13.340 per dolar AS.( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Financindo Pekanbaru – Pekan lalu, Bloomberg melaporkan bahwa setidaknya sepuluh lembaga pengelola dana investasi di bidang sumber daya alam terpaksa gulung tikar akibat lesunya harga minyak. Tak hanya Hedge Fund-Hedge Fund top yang tamat, Goldman Sachs pun melaporkan hasil trading komoditas terburuk sepanjang masa di kuartal II/2017.
Bangsawan Kehilangan PamorDiantara Hedge Fund yang terpaksa tutup adalah Clive Capital LLP, Centaurus Energy LP, dan Astenbeck Master Commodities Fund II Ltd. Pemilik Astenbeck Master Commodities Fund II Ltd yang bernama Andrew "Andy" Hall, merupakan manajer Hedge Fund yang dahulu dijuluki "Tuhan" karena kelihaiannya. Pada masa krisis finansial global, Andy Hall berhasil mengantongi $100 juta saat bertrading untuk Citigroup Inc. Ia juga pernah mencecap posisi di perusahaan energi raksasa BP dan sebagai Chief Executive Officer di Phibro Energy Inc. "Andy Hall adalah salah satu 'bangsawan' dalam oil trading," ujar Jorge Montepeque, Presiden Senior di perusahaan energi kawakan asal Italia, Eni SpA. Namun, dalam paruh pertama tahun 2017 lalu, Astenbeck mengalami loss hingga nyaris 30% dari dana sebesar $1.4 milyar yang dikelolanya. Apa pasal? Menurut sejumlah sumber, Andy Hall kemungkinan merupakan korban dari sebuah kutukan yang kerap menimpa Hedge Fund: hanya berkonsentrasi pada pasar yang kecil dan utang leverageyang tinggi. Akibat Salah PrediksiSalah satu Hedge Fund top di bidang energi ini mempertaruhkan dananya pada kemungkinan harga minyak akan naik setelah OPEC dan sejumlah negara produsen minyak Non-OPEC mengumumkan kesepakatan pembatasan output mulai Januari 2017. Namun, realita berkata berbeda. Surplus minyak global terus berlanjut gegara tingginya laju produksi minyak shale Amerika Serikat, serta pulihnya output Libya dan Nigeria seusai konflik bersenjata. Saat berita dirilis hari ini (8/Agustus), harga minyak Brent tertahan di $52.15 per barel dan WTI di kisaran $49.23 per barel; masih lebih rendah dibanding posisi kedua harga acuan pada awal tahun 2017. "Andy Hall tak sendiri," kata Philippe Ferreira, Pakar Strategi di Lyxor Asset Management, sebuah lembaga investasi yang berpusat di Paris. Lanjutnya, "Bahkan para pakar terbaik di bidang ini tak bisa mengantisipasi perubahan harga mendatang dengan tepat. Kebanyakan spesialis bidang komoditas telah menderita lossdua digit (persen) dalam tahun ini akibat posisi trading bullish yang berakhir buruk." Sedangkan Anas Alhajji, seorang analis independen, menyatakan bahwa penutupan Astenbeck serta beberapa Hedge Fund top lainnya menunjukkan bagaimana "alam forecasting di pasar minyak berubah setelah revolusi shale." Pangkas Proyeksi Harga Minyak Memasuki paruh kedua tahun 2017 ini, sejumlah bank investasi multinasional nampaknya sudah mulai pasrah menerima tren harga minyak murah berkepanjangan. Survey oleh Wall Street Journal atas 15 bank investasi menunjukkan mereka memangkas ekspektasi harga minyak untuk bulan ketiga berturut-turut pada Juli. Rata-rata bank investasi memperkirakan Brent akan berada di harga rata-rata $53 per barel sepanjang tahun ini, turun $2 dari hasil survey bulan Juni. Forecast harga minyak Brent untuk tahun 2018 pun menyusut $2 ke $55 per barel. Sementara itu, produsen minyak anggota OPEC dan Non-OPEC dijadwalkan berapat di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, hingga Selasa ini guna mendiskusikan upaya-upaya untuk meningkatkan kepatuhan pada kesepakatan pemangkasan output yang sejauh ini masih mandul.( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Rifanfinancindo Pekanbaru – Dolar AS berjuang di dekat level rendah dua setengah tahun terhadap Euro dan di dekat level rendah tujuh minggu terhadap Yen di hari Jumat (04/Agustus) siang ini. Pasar sedang menantikan laporan NFP AS, setelah data ADP Non-Employment Change AS pada dilaporkan lebih rendah daripada ekspektasi.
Greenback (sebutan Dolar AS) masih berada dalam posisi yang kurang menguntungkan pada pekan ini, akibat data ekonomi AS yang sebagian besar kurang memuaskan. Akibatnya, ketidakpastian akan kenaikan suku bunga The Fed untuk ketigakalinya tahun ini, makin bertambah. Belum lagi gejolak politik dalam pemerintahan Presiden Donald Trump, turut menjadi halangan bagi laju kenaikan Dolar AS. NFP AS Juli Diperkirakan TurunUntuk laporan NFP AS yang akan dirilis pada malam nanti, para ekonom Reuters memperkirakan akan ada tambahan sebanyak 183,000 lapangan kerja pada bulan Juli, turun dari 222,000 pada bulan Mei. Siang ini, EUR/USD diperdagangkan di angka 1.1879, naik tipis 0.1 persen dari level sebelumnya. Level tertinggi yang dicapai EUR/USD dalam pekan ini adalah level 1.910, tertinggi sejak bulan Januari 2015. USD/JPY stabil di kisaran 110.082 setelah menyentuh level terendah sejak pertengahan Juni di angka 109.855 malam tadi. "Ekspektasi untuk kenaikan tingkat suku bunga The Fed dalam tahun ini sudah kurang dari 50 persen, dan angka tersebut dapat menurun lebih jauh jika laporan ketenagakerjaan nanti mengecewakan, (akibatnya) akan mengembalikan USD/JPY ke angka 109.00," kata Yukio Ishizaki, Ahli Strategi Senior di Daiwa Securities kepada Reuters. "Kendati bargain hunting yang dilakukan oleh para investor institusional Jepang masih menghindarkan USD/JPY dari penurunan yang terlalu jauh di bawah 110.00 yen, masih ada pula permintaan yang signifikan bagi Yen yang dapat membuatnya mengambil keuntungan dari Dolar Kanada dan Dolar Australia," tambah Ishizaki. Di sisi lain, GBP/USD diperdagangkan flat diangka 1.3138 siang ini, setelah dijerumuskan oleh kebijakan moneter BoE kemarin. Meski mempertahankan suku bunga, BoE memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2017 menjadi 1.7 persen saja, atau turun bila dibandingkan proyeksi pada pertemuan Mei lalu yang sebesar 1.9 persen. Forecast GDP tahun 2018 mendatang juga dipangkas turun 0.1 persen menjadi 1.6 persen. Hal inilah yang menyebabkan Sterling jeblok cukup dalam.( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Financindo Pekanbaru – Jakarta Penyanyi Lea Simanjuntak menggelar konser amal dan makan malam bertajuk 'Raising Hope'. Konser tersebut telah terselenggara semalam, Kamis (3/8/2017) di Dian Ballroom, Raffles Hotel, Kuningan, Jakarta Selatan.
Konser tersebut bertujuan untuk menggalang dana yang akan dialokasikan untuk program revitalisasi HKBP Sudirman. Selain menjadi tempat peribadatan, HKBP Sudirman juga ingin memberikan pelayanan kesehatan dan menjadi ruang terbuka hijau. Acara yang dipandu oleh Choky Sitohang tersebut tak hanya menampilkan Lea Simanjutak semata, namun juga bintang tamu Iwan Fals dan Afgan. Baca juga: Indra Lesmana Hingga Fariz RM, 100 Keyboardis Bakal Sepanggung di Sini Penampilan para penyanyi tersebut juga diiringi oleh alunan musik dari kelompok Oni N Friends. Lea Simanjuntak malam itu tampil membawakan sejumlah lagu. Di antaranya 'The Prayer', 'The Power of Love', hingga membawakan lagu 'Happy' milik Pharrel Williams bersama Afgan. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : hot.detik PT.Rifan Financindo Pekanbaru – Jakarta Umumnya Honeymoon atau bulan madu hanya dilakukan berdua dengan pasangan. Namun selain itu juga ada Buddymoon, bulan madu bareng sahabat atau keluarga.
Seiring dengan berkembangnya zaman, mulai bermunculan berbagai tren traveling yang bisa jadi asing bagi traveler. Salah satunya adalah Buddymoon atau bulan madu versi 'ramai'. Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (3/8/2017), Buddymoon sendiri memiliki pengertian sebagai perjalanan bulan madu yang dilakukan tak hanya oleh pasangan melainkan mengajak teman, sahabat atau keluarga. Di luar negeri, trend Buddymoon pun telah banyak dilakukan. Tidak hanya pasangan biasa, sejumlah selebriti dunia pun juga pernah melakukannya. Contohnya seperti pasangan selebriti Jennifer Anniston dan Justin Theroux yang berbulan madu ke Bora-bora sambil mengajak tiga temannya pada Agustus 2015 silam. Mengajak teman atau keluarga saat momen bulan madu yang intim memang terdengar sangat aneh. Namun percayalah, keberadaan orang terdekat saat bulan madu bisa menjadi cerita yang berkesan. "Kami telah memikirkan soal itu, kami bisa saja melakukan Honeymoon biasa atau kami bisa pergi bareng teman-teman, berpesta, bersantai dan bersenang-senang," ujar Justin pada Extra TV. Uniknya, trend traveling Buddymoon itu muncul karena pasangan yang berbulan madu sudah lebih dulu tinggal serumah sebelum menikah. Hal itu pun membuat momen bukan madu berdua jadi terasa biasa saja. Setidaknya itu hal yang terjadi di negara Barat. "Untuk mereka (pasangan yang berbulan madu - red), saya kira mengajak teman bulan madu bareng tidak jadi masalah. Dalam beberapa hal malah membuat acara bulan madu jadi lebih spesial," ujar sosiolog dan Direktur dari National Marriage Project, Bradford Wilcox seperti diberitakan media New York Times. Buddymoon memang terdengar menyenangkan, tapi harus diakui kalau tren itu tidak berlaku sama untuk semua pasangan. Hal itu pun diugnkapkan oleh Lia Batkin, co-founder dari perusahaan perencanaan In The Know Experiences. "Jika Anda hanya pergi bulan madu beberapa minggu ke Maldives, Anda mungkin tidak ingin mengajak teman. Anda tentu ingin menghabiskan waktu spesial berdau saja," ujar Lia seperti diberitakan media Conde Nast Traveler. Namun bagi Anda yang ingin coba melakukan Buddymoon, Lia juga punya tips khusus untuk itu. Apa saja ya? "Pilih trip dengan durasi lama dan destinasi dengan banyak pilihan. Batasi jumlah teman di bawah 10 orang dan usahakan pilih teman yang sudah berpasangan. nda tentu harus memastikan kalau teman yang diajak traveling bareng memiliki kesamaan. Hal terakhir yang paling tidak Anda inginkan tentu adalah merasa stress saat bulan madu," ujar Lia. Fakta menarik lainnya, tren traveling Buddymoon juga telah diangkat menjadi sebuah film komedi Barat yang berjudul sama di awal tahun 2016. Bagi Anda yang ingin mencari gambaran Buddymoon, mungkin bisa dimulai dengan menonton film itu.( Mbs-rifan financindo berjangka )bit.ly/2f9XGrtLihat : PT.Rifan Financindo Sumber : travel.detik Rifanfinancindo Pekanbaru,Meski Di Bawah Ekspektasi, Manufaktur AS Juli Lanjutkan Sinyal Ekspansi8/1/2017 Rifanfinancindo Pekanbaru – Kondisi Manufaktur AS kembali lanjutkan trend ekspansi yang solid selama bulan Juli, berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Institute for Supply Management pada hari Selasa (1/8) di awal sesi New York.
Sektor Manufaktur AS bulan Juli yang terus tercatat positif tersebut mengindikasikan pertumbuhan produksi, pesanan dan pekerjaan relatif stabil menurut data yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM). Pabrik pabrik AS tercatat masih berada di jalur ekspansi selama bulan Juli dengan Indeks sebesar 56.3 atau sedikit berada dibawah Indeks bulan Juni sebesar 57.8. Sementara itu, forecast ekonom sebelumnya memprediksi ISM Manufaktur berada di Indeks 56.4. Perlu diketahui, Indeks yang berada diatas angka 50 menunjukan kondisi ekspansi sedangkan dibawah angka 50 menunjukan terjadi kontraksi. Disamping itu ISM Employment turun menjadi 55.2 dari 57.2 dan ISM New Orders juga mencatatkan penurunan dari 63.5 menjadi 60.4 Meskipun ISM Manufaktur Juli sedikit mereda bila dibandingkan periode Juli lalu yang menjadi Indeks tertinggi kedua sejak 2011, namun Indeks tetap berada diatas rata rata setahun terakhir. Hal tersebut menandakan optimisme di kalangan bisnis masih bertahan. Pengeluaran Konsumen AS Bulan Juni Nyaris Stagnan Sebelumnya telah dirilis data Pengeluaran Konsumen (Consumer Spending) yang nyaris stagnan selama bulan Juni setelah Personal Income gagal naik – pertama kali dalam 7 bulan – menandakan laju pertumbuhan konsumsi akan berjalan moderat pada kuartal ketiga 2017. Data Pengeluaran Konsumen yang dipublikasikan oleh Departemen Perdagangan menunjukan terjadi kenaikan 0.1 persen di bulan Juni (Forecast naik 0.1 persen) setelah naik 0.2 persen selama periode Mei. Selain itu rilis data PCE menunjukan ada sedikit tanda lonjakan Inflasi sebesar 0.1 persen diluar sektor makanan dan energi di bulan Juni atau sama dengan kenaikan pada periode bulan sebelumnya. Dalam 12 bulan terakhir hingga Juni, Inflasi naik 1.5 persen atau masih berada dibawah target 2 persen Fed.( Mbs-rifan financindo berjangka )Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex |
Archives
September 2021
Categories |