RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Reli Dolar AS mulai kehilangan energi. Para investor mulai kalem dalam mengekspektasikan kecepatan kenaikan suku bunga The Fed tahun ini. Kendati demikian, Dolar AS masih stabil di sesi perdagangan Senin (14/Mei) pagi ini.
Baca Juga :
CPI AS Di Bawah Ekspektasi Ekspektasi para investor akan agresifnya kenaikan suku bunga The Fed pada tahun ini mengendur setelah laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS Jumat lalu dilaporkan berada di bawah ekspektasi. Kenaikan CPI AS pada bulan April hanya mencapai 0.2 persen, padahal ekspektasinya adalah kenaikan 0.3 persen. Bulan Maret lalu, CPI AS tergelincir 0.1 persen. Baca Juga :
Tanpa memasukkan volatilitas harga makanan dan bahan bakar, CPI Inti (Core CPI) AS meningkat 0.1 persen saja, setelah peningkatan 0.2 persen dalam dua bulan sebelumnya. Dalam basis year-on-year, Core CPI AS naik 2.1 persen pada bulan April. Bank Sentral AS (The Fed) menggunakan data CPI sebagai pertimbangan dalam menaikkan suku bunga. Oleh karena itu, angka yang berada di bawah ekspektasi kemungkinan akan membuat mereka mempertimbangkan ulang untuk menaikkan suku bunga. Yang Dibutuhkan Dolar Untuk Lanjutkan ReliUSD/JPY diperdagangkan di posisi 109.330 saat berita ini ditulis, flat sejak tanggal 10 Mei lalu. Sementara itu, EUR/USD menunjukkan kenaikan, dengan diperdagangkan di angka 1.1964, mengalami pemulihan dari level 1.1842 yang tercapai pada akhir pekan lalu. Menurut Masafumi Yamamoto, Kepala Forex di Mizuho Securities, Euro sebenarnya memiliki kesempatan untuk menguat di tengah penurunan Dolar seperti sekarang. Sayangnya, ketidakpastian politik Italia tidak mendukung hal tersebut. Sementara itu, Indeks Dolar (DXY), yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap enam mata uang mayor, hari ini tercatat turun 0.15 persen di angka 92.402. Padahal Rabu lalu, indeks Dolar mencapai level tinggi empat setengah bulan di angka 93.416 sehubungan dengan potensi melebarnya celah suku bunga antara Amerika Serikat dan negara-negara lain. Koji Fukaya, Presiden FPGG Securities di Tokyo mengatakan, Dolar AS membutuhkan kenaikan suku bunga The Fed di bulan Juni dan kenaikan yield obligasi US Treasury di atas 3 persen lagi untuk melanjutkan penguatannya. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca juga :
0 Comments
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Poundsterling masih berada dalam kondisi sideways di level rendah yang terbentuk sejak tanggal 4 Mei. Di sesi Asia Kamis (10/Mei) pagi ini, GBP/USD diperdagangkan pada harga 1.3568, naik dari level pembukaan meskipun secara umum masih sideways.
Baca Juga :
Awal April lalu, kenaikan suku bunga BoE 25 poin tampak sangat meyakinkan dapat dilaksanakan pada bulan Mei ini. Sayangnya, data-data penentu kenaikan suku bunga seperti inflasi, ketenagakerjaan, dan pertumbuhan Inggris untuk kuartal pertama justru mengecewakan. Cuaca dingin luar biasa dituding sebagai biang kerok yang menjatuhkan ekonomi Inggris. Poundsterling pun terjun dari level 1.4377 menuju level 1.3485, dan sedang dalam proses untuk menerobos ascending trendline jangka panjangnya. Menurut ulasan analis FXStreet, kondisi tersebut jelas menunjukkan bahwa pasar mengasumsikan penundaan atas kenaikan suku bunga BoE pada bulan Mei ini. Baca Juga :
BoE Naikkan Suku Bunga Bulan Agustus?Sebagian besar ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan Bank Sentral Ingris (BoE) akan mempertahankan suku bunga rendah saat ini dengan hasil suara 7:2. Kenaikan suku bunga dapat kembali dipertimbangkan pada bulan Agustus. Gubernur BoE, Mark Carney, yang sebelumnya sempat tampil hawkish, akhir-akhir ini berubah haluan dan berbalik dovish. Petang nanti, BoE akan mengumumkan kebijakan moneternya. Para investor menantikan petunjuk apakah Carney akan memberikan sinyal kuat untuk kenaikan suku bunga di bulan Agustus, atau memilih strategi komunikasi lain yang dianggapnya lebih aman. "Ekonomi Inggris tampak sangat plin-plan sekarang ini, bahkan bank sentral yang semula mengembuskan potensi kenaikan suku bunga (hawkish) kini berbalik kalem," kata Hetal Mehta, ekonom Legal & General Investment Management, sebagaimana dikutip oleh Reuters. Oleh karena itu, Poundsterling pun goyah dan melemah. Pound Bisa Naik Di Akhir Kuartal EmpatAnalisis forex terbaru yang dirilis oleh ING Bank menuliskan bahwa GBP/USD dapat berada di dasar level rendah yang akan tercapai dalam waktu dekat ini. Namun, di akhir kuartal empat, pair yang disebut juga dengan "Cable" tersebut dapat melesat ke level tinggi multi-tahunan di atas 1.50, seiring dengan berakhirnya dominasi Dolar AS di pasar mata uang global. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
PT RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Pertumbuhan lapangan kerja AS meningkat lebih sedikit dari yang diharapkan pada bulan April. Kenaikan tersebut belum mampu menutupi penurunan performa NFP di bulan Maret, yang mencatatkan pertumbuhan terendah dalam 6 bulan terakhir. Di sisi lain, tingkat pengangguran kembali turun hingga mendekati level terendah 17 setengah tahun. Akan tetapi, upah pekerja justru melambat di taraf yang lebih buruh dari ekspektasi. Baca Juga :
Baca Juga :
Rilis Payroll bulan April ini masih mengukir jumlah pekerjaan paling sedikit dalam kurun waktu enam bulan terakhir, terutama setelah ada lonjakan hingga ke 324k selama periode Februari lalu. Pertumbuhan pekerjaan di Negeri Paman Sam yang "semakin sedikit" dalam dua bulan terakhir sesuai dengan ramalan ekonom terkait Full Employment dalam pasar tenaga kerja AS. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan laporan dari pengusaha sektor Konstruksi dan Manufaktur, yang semakin sulit mendapatkan pekerja berkualitas. Kondisi Full Employment juga semakin dipertegas oleh laporan Unemployment Rate yang turun 0.2 persen menjadi 3.9 persen bulan April, level terendah sejak Desember 2000. Setelah rilis tingkat pengangguran yang menurun di bulan April, ekonom memprediksi Unemployement Rate akan turun hingga 3.5 persen di penghujung tahun 2018 mendatang. Kendati demikian, belum ada tanda-tanda bagi Fed untuk menambah jadwal kenaikan suku bunga acuan. Pertumbuhan Upah Pekerja MelambatDalam waktu yang hampir bersamaan, Labor Department juga merilis pertumbuhan upah pekerja (Average Hourly Earnings) bulan April. Data tersebut naik 0.1 persen, lebih lambat dibandingkan ekspektasi ekonom untuk kenaikan 0.2 persen. Sementara itu, data upah bulan sebelumnya direvisi turun dari 0.3 persen menjadi 0.2 persen. Meski melambat, upah pekerja masih menunjukan pertumbuhan moderat di tingkat tahunan. Dengan tingkat Inflasi Inti yang diprediksi akan terus naik, maka tren pertumbuhan upah pekerja AS akan ikut meningkat dalam bulan-bulan mendatang. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Pergerakan Dolar AS berada dalam kondisi yang stabil terhadap mata uang-mata uang mayor di hari Jumat (04/Mei) sore ini, meskipun sudah mundur dari lonjakan empat bulannya setelah dilanda aksi profit-taking. Fokus pasar hari ini tertuju pada data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis nanti malam.
Saat berita ini ditulis, Dolar AS menurun 0.1 persen terhadap Yen, dengan diperdagangkan dari posisi 109.056, ke posisi 109.045. Terhadap Euro, Dolar AS cukup stabil dengan EUR/USD yang berada pada harga 1.1959, sedikit turun dari angka 1.1981. Sejauh ini, Dolar AS telah menghapus seluruh Loss-nya di sepanjang tahun 2018 dalam beberapa pekan terakhir. Baca Juga :
Data Pertumbuhan Gaji Tentukan Kelanjutan Bull Dolar ASNon Farm Payroll (NFP) AS diperkirakan akan menambah 192,000 lapangan kerja di bulan April. Menurut jajak pendapat ekonom di Reuters, Payroll diprediksi meningkat 103,000 poin pada bulan Maret, yang merupakan kenaikan terkecil dalam enam bulan terakhir. Tambahan kenaikan bagi Dolar AS masih mungkin terjadi apabila data-data ekonomi yang mendukung pertumbuhan dan inflasi menujukkan performa yang apik. Karena, dengan begitu, The Fed tak memiliki alasan untuk mengendurkan kebijakan moneternya saat ini. Analis Stephen Innes dari OANDA mengatakan bahwa apabila data AS menunjukkan pertumbuhan gaji yang solid, maka Dolar AS akan menguat, terutama terhadap Euro; EUR/USD akan menguji level 1.19. Namun, begitu ada penurunan dalam data-data penentu kenaikan suku bunga, maka bukan tak mungkin Bear Dolar akan kembali muncul. "Suatu perlambatan yang terjadi dalam laju pertumbuhan gaji, boleh jadi akan menjadi energi bagi Bear Dolar," kata Christoper Wong, analis forex dari MayBank, Singapura. Baca juga:
Suku Bunga The Fed Masih Jadi PenentuEkspektasi akan kenaikan suku bunga The Fed menjadi energi utama bagi penguatan Dolar AS, di samping dukungan dari lonjakan yield obligasi pemerintah AS dalam dua minggu terakhir. The Fed menjadi satu-satunya bank sentral negara mayor yang memiliki peluang paling besar dalam mengetatkan kebijakan moneter, terutama sejak Bank Sentral Eropa (ECB) akhir-akhir ini terancam gagal mengurangi stimulus (tapering), akibat menurunnya performa ekonomi Zona Euro. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Poundsterling menguat terhadap mata uang-mata uang mayor lainnya di sesi perdagangan Rabu (02/Mei) sore ini, setelah rilis data PMI Konstruksi Inggris menunjukkan perbaikan dari bulan sebelumnya. Para trader rupanya memberikan respon positif terhadap data yang tercatat lebih baik daripada ekspektasi tersebut. Akan tetapi, penguatan Poundsterling ini dinilai tak akan bertahan lama.
Baca Juga :
IHS Markit melaporkan, PMI Konstruksi Inggris untuk bulan April berada pada level 52.5, naik dari level 47.0 pada bulan Maret. Selain itu, level tersebut juga cukup jauh di atas prediksi konsensus di level 50.5. Laporan ini menjadi kenaikan terpesat dalam lima bulan terakhir. Kontributor utamanya adalah kenaikan sedang yang terjadi di sub sektor order baru dan pertumbuhan yang cukup kuat dalam aktivitas konstruksi hunian. Baca juga:
Penguatan PMI Masih Meragukan, Penguatan Pound Tak Akan LamaMenyusul rilis data PMI Konstruksi, GBP/USD diperdagangkan naik ke angka 1.3649, terangkat dari level rendah 1.3604. Sedangkan EUR/GBP diperdagangkan di angka 0.8789, turun dari level 0.8830. Sayangnya, respon positif ini masih diragukan sebagian pakar. Menurut Samuel Tombs, Kepala Ekonom Inggris di Pantheon Macroeconomics, pembangunan perumahan masih menjadi sub sektor yang terkemuka. Namun, indeks PMI untuk sektor komersial dan sektor pembangunan sipil hanya naik sedikit, masing-masing ke angka 51.2 dan 51.5. Cuaca Inggris yang membaik pada bulan April lalu berhasil mendukung aktivitas konstruksi dan komersial Inggris. Akan tetapi, secara keseluruhan Tomb memandang bahwa peningkatan data semacam ini tidak akan berlangsung lama, sehubungan dengan ketidakpastian yang masih menjerat hubungan Inggris dengan Uni Eropa. Tomb memperkirakan, sektor konstruksi akan mendapat dampak buruk dari rencana pengurangan investasi sektor publik sebesar 5.4 persen (YoY) di tahun fiskal ini. Hal inilah yang akan membuat kenaikan sektor konstruksi terancam. Penguatan Poundsterling yang ditunjang oleh apiknya PMI Konstruksi kali ini pun tak punya jaminan. Menurut Derek Halpenny dari MUFG, Pound sebetulnya memang masih berada di bawah tekanan. Perkembangan positif dari Brexit tak akan banyak membantu, karena mengecilnya peluang kenaikan suku bunga Bank Sentral Inggris (BoE) dalam waktu dekat. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
PT RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Dolar AS stabil di dekat level tinggi empat bulan menjelang kebijakan moneter Bank Sentral AS (The Fed) yang akan diumumkan pada hari Kamis mendatang. Ekspektasinya, rapat bank sentral yang dikenal dengan singkatan FOMC meeting tersebut akan mempertahankan kebijakan moneter. Dari event tersebut, para investor sedang menantikan petunjuk akan kenaikan suku bunga acuan pada bulan Juni.
Saat berita ini ditulis pada hari Selasa (01/Mei) pagi ini, USD/JPY diperdagangkan 109.350, masih di dekat level tinggi dua setengah bulan yang tercapai pada hari Jumat lalu. Lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS dapat dikatakan berlangsung cukup lama, karena berlangsung lebih dari sepekan. Namun, saat ini momentumnya telah mulai memudar dengan mundurnya yield obligasi dari puncak empat tahun. Baca Juga :
Dolar AS Tetap Ungguli Euro Dan Pound Meski Tanpa Lonjakan Yield US TreasuryEUR/USD diperdagangkan di angka 1.2076 saat berita ini ditulis, yakni di level rendah yang terbentuk sejak tanggal 26 April. Dolar AS naik terhadap Euro, setelah mata uang 19 negara tersebut dikecewakan oleh data Penjualan Ritel Jerman untuk bulan Maret yang diumumkan kemarin. Penjualan Ritel Jerman menurun 0.6 persen (MoM), mematahkan ekspektasi kenaikan 0.8 persen. Angka tersebut juga lebih rendah dari sebelumnya, yang berkurang 0.2 persen setelah direvisi dari penurunan 0.7 persen. Ekspektasi untuk pengurangan stimulus Bank Sentral Eropa (ECB) pun makin terkubur, mengingat Jerman merupakan negara ekonomi terkuat di Zona Euro. "Penurunan Euro diekspektasikan akan berlanjut dalam jangka pendek di tengah berkurangnya prospek pengetatan moneter ECB," kata Masafumi Yamamoto, Kepala Ahli Forex di Mizuho Securities, Tokyo. Baca juga:
"Dengan demikian, maka Dolar AS jelas akan menguat terhadap Euro dan Pound, walaupun tanpa bantuan kenaikan yield obligasi US Treasury," tutup Yamamoto. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : PT Rifan financindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
|
Archives
September 2021
Categories |