Rifan financindo - Jakarta Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) A Tony Prasetiantono tutup usia. Tony merupakan ekonom senior yang sudah malang melintang di bidang makro ekonomi dan ekonomi pembangunan dan perbankan.
Jabatan Tony sebelumnya adalah Direktur Pusat Economic dan Studi Kebijakan Publik di UGM sejak 2009 lalu. Pria kelahiran Muntilan ini, juga telah menjadi Dosen di Fakultas Ekonomika dan Bisnis di Gadjah Mada Universitas Sejak 1986. Dia menjabat sebagai Komisaris Independen PT Bank Permata Tbk. Sejak Maret 21, 2011. Sebelumnya Tony Prasetiantono adalah Komisaris Independen PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Mengutip Prisma Journal, selain menjadi dosen tetap Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (sejak 1986) dan anggota Dewan Redaksi Majalah Prisma(sejak 2009), dia juga menjabat Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada serta Chief Economist Bank BNI (sejak September 2006). Baca Juga :
Lalu pada 2005 ia melanjutkan sekolah dan meraih gelar Doctor di Australian National University. Selain menjadi direktur pusat studi kebijakan ekonomi dan publik UGM Tony juga tergabung dalam grup riset bidang ekonomi pembangunan, ekonomi moneter, klaster ekonomi dan biokimia. Tony juga telah mengerjakan beberapa hibah penelitian. Misalnya pada tahun 2000 ia melakukan penelitian di Bank Indonesia (BI) terkait evaluasi dan implementasi program subsidi kredit untuk usaha kecil. Kemudian pada 2003 ia meneliti tentang Indonesia Update Annual Conference di Australian National University. Lalu pada 1996-2000 ia juga meneliti Pertamina. Pada 2003 ia mengerjakan project Indonesia CEO Gathering. Beberapa tulisan kolomnya diterbitkan menjadi beberapa buku, antara lain, Rambu-rambu yang Diabaikan (2005), Keluar dari Krisis: Analisis Ekonomi Indonesia (2000) dan Agenda Ekonomi Indonesia(1995). Periode 2017-2020 Tony merupakan anggota dari Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI). ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : finance.detik
0 Comments
Rifan Financindo | Pounds Dan Comdoll Menguat, Minat Risiko Meningkat Jelang Voting Brexit1/16/2019 Rifan Financindo - Trio dolar komoditas dan Poundsterling mencatat penguatan pada awal sesi Eropa hari Selasa (15/Januari), di tengah tingginya minat risiko pasar menjelang digelarnya voting terkait Brexit di parlemen Inggris, dan diluncurkannya stimulus ekonomi baru oleh pemerintah China. Pasangan mata uang GBP/USD menanjak 0.13 persen ke level 1.2883, AUD/USD meningkat 0.30 persen ke level 0.7218, dan USD/CAD melandai 0.18 persen ke level 1.3259. Sementara itu, Dolar New Zealand menjadi top scorer dengan melejit 0.32 persen ke kisaran 0.6842 terhadap Greenback pasca rilis indeks sentimen bisnis setempat.
Baca Juga :
Deadline Brexit Kemungkinan DiundurSebuah voting penting akan digelar di Parlemen Inggris hari ini, untuk menentukan apakah para wakil rakyat akan menyetujui kesepakatan Brexit yang telah dicapai dalam perundingan antara PM Theresa May dengan Uni Eropa. Mayoritas survei memperkirakan kalau voting tersebut akan berakhir dengan penolakan atas kesepakatan yang diusung PM May. Namun, pelaku pasar mengasumsikan kalau voting ini akan berujung pada pengunduran deadline Brexit, yang sedianya akan dilakukan pada 29 Maret ke bulan Juli, sehingga memberi lebih banyak waktu untuk tercapainya kesepakatan yang lebih baik atau diadakannya referendum kedua. "Momentumnya berpihak pada mereka yang berupaya menghentikan 'No-Deal' yang bisa berdampak buruk bagi perekonomian. Hal ini memudarkan sejumlah ancaman atas Pounds," ujar Gavin Friend, seorang pakar strategi pasar senior di NAB, sebagaimana dikutip oleh Reuters, "Namun, masih ada risiko imbas jelek jika peluang kecil akan diadakannya pemilu (karena kedudukan PM May terguncang -red) malah terealisasi. Sebelumnya, kami berpendapat bahwa hasil seperti ini akan memancing reaksi paling bergolak dari aset-aset (keuangan) Inggris. Kami mengekspektasikan Pounds akan jatuh 10-15 persen dengan cepat terhadap Dolar AS (apabila hal itu terjadi)." Gejolak yang bisa timbul dari skenario terburuk sebagaimana diungkapkan oleh Friend bukan hanya bakal memukul Poundsterling. Analis memperkirakan, imbasnya bahkan bisa mendongkrak Dolar AS dalam perannya sebagai Safe Haven, sekaligus menenggelamkan mata uang-mata uang komoditas seperti Aussie dan Kiwi. Sentimen Bisnis New Zealand MembaikSementara itu, penguatan Dolar Komoditas hari ini ditunjang oleh peningkatan minat risiko pasar jelang voting Brexit dan pengumuman komitmen stimulus baru oleh Pemerintah China. Setelah rilis data Neraca Perdagangan yang mengecewakan kemarin, China menegaskan kembali bahwa mereka akan berupaya menanggulangi perlambatan ekonomi melalui gabungan kebijakan moneter dan fiskal. Secara khusus, Dolar New Zealand ditopang pula oleh hasil riset sentimen bisnis yang menunjukkan perbaikan di kuartal terakhir tahun lalu. Laporan NZIER Business Confidence membaik dari -30 persen menjadi -17 persen untuk kuartal IV/2018, dikarenakan peningkatan aktivitas perdagangan. Namun, laporan ini hanya berdampak menengah dan kemungkinan tidak mempengaruhi outlook suku bunga Reserve Bank of New Zealand (RBNZ).( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : Seputarforex PT Rifan financindo - Harga minyak mentah melemah lebih dari 1 persen pada perdagangan hari Senin (14/1), tertekan oleh data yang menunjukkan pelemahan ekspor dan impor China. Hal ini meningkatkan kekhawatiran baru terhadap perlambatan ekonomi global yang akan berimbas pada permintaan minyak mentah.
Sementara pada sesi Asia hari Selasa (15/1), harga minyak berpotensi kembali melemah apabila tidak ada katalis positif yang mendukungnya. Pada pukul 07:50 WIB, harga minyak Brent berupaya menguat pada kisaran $59.48 per barrel. Kondisi serupa juga terlihat pada harga minyak WTI yang saat ini berada di kisaran $51.01 per barrel. Data China Picu Kekhawatiran Baru Data ekonomi China yang dirilis pada hari Senin, menunjukkan ekspor China turun tajam dari periode sebelumnya, hingga hanya mencatatkan pertumbuhan 4.4 persen YoY di bulan Desember, laju paling lambat selama dua tahun terakhir. Baca Juga :
"Harga minyak semakin terbebani oleh prospek perlambatan ekonomi yang terjadi di China. Data (ekspor dan impor) China terbaru semakin mempertegas pandangan bahwa perang dagang memberikan dampak negatif terhadap China dan mungkin ekonomi global," kata Stephen Innes dari OANDA. Harga Minyak Turun, OPEC Tetap Percaya DiriPelemahan harga minyak pada perdagangan awal pekan, tentu mendapat banyak sorotan dari berbagai pihak, salah satunya Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih. Pada hari Senin kemarin, Ia mengungkapkan tidak merasa khawatir jika perlambatan global akan menganggu permintaan minyak. "Ekonomi global cukup kuat, jadi saya tidak perlu khawatir. Jika perlambatan terjadi, itu akan ringan dan bersifat sementara," kata Khalid al-Falih kepada wartawan di Abu Dhabi. Dengan reli harga minyak yang terjadi baru baru ini, pejabat OPEC tampak lebih percaya diri bahwa langkah pemangkasan output sebesar 1.2 juta bph akan terus mendorong harga minyak naik. Bahkan, Khalid al-Falih berujar bahwa mungkin OPEC tidak perlu mengadakan pertemuan luar biasa sebelum pertemuan resmi pada bulan April mendatang. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : Seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo Rifan financindo - Jakarta Kementerian Pertanian mencatat harga cabai sempat mengalami penurunan. Komoditas tersebut sempat dijual di bawah Rp 10.000 per kilogram (kg).
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan jatuhnya harga cabai dikarenakan produksi yang meningkat. Bahkan, peningkatan tersebut mencapai tiga kali lipat. "(Sempat) turun harganya di bawah Rp 10.000 per kg. Itu (harga cabai jatuh) karena produksi naik tiga kali lipat," kata dia di sela-sela Rakernas Kementan, Hotel Bidakara, Jakarta, Senin(14/1/2019). Baca Juga :
Lebih lanjut, ia mengungkapkan saat ini harga cabai telah membaik. Pasalnya, Kementan telah memberikan bantuan kepada petani berupa alat pengering. "Sudah diberikan bantuan alat (pengering) tadi malam sama dirjen langsung ke sana," sambung dia. Adapun, saat ini harga cabai telah berada di angka Rp 18.000 per kg. Angka ini meningkat dari harga normal sebesar Rp 15.000 per kg. "Biasanya harga Rp 15.000 per kg. Tapi hari ini harganya sudah Rp 18.000 per kg," tutup dia. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : finance.detik Rifan Financindo - Indeks Dolar AS (DXY) ditutup merosot drastis pada akhir sesi New York, setelah rilis notulen FOMC mengungkap kuatnya bias dovish di kalangan para pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan negosiasi dagang AS-China dikabarkan berlangsung lancar. Saat berita ditulis pada awal sesi Eropa (10/Januari), DXY telah beranjak 0.1 persen ke kisaran 95.23, meskipun posisinya masih dekat kisaran terendah sejak 15 Oktober tahun lalu.
Proyeksi Fed Rate Tahun 2019 Tak Sejelas Tahun LaluNotulen rapat Federal Open Market Commitee (FOMC) tanggal 18-19 Desember yang dipublikasikan dini hari tadi (WIB) menguak fakta bahwa sejumlah pejabat tinggi Federal Reserve menginginkan suku bunga tak diubah dalam tahun 2019, meskipun menyetujui kenaikan suku bunga pada Desember lalu. Alasannya, tekanan inflasi yang lebih rendah dan beraneka risiko terkini membuat The Fed "bisa lebih bersabar" dalam pengetatan kebijakan moneter. Baca Juga :
"Dengan meningkatnya kisaran target (suku bunga) dalam rapat ini, Federal Funds Rate akan berada atau dekat dengan kisaran bawah estimasi suku bunga netral jangka panjang; dan peserta (rapat FOMC) menyampaikan bahwa perkembangan terbaru, termasuk volatilitas pasar finansial dan meningkatnya kekhawatiran tentang pertumbuhan global, membuat jangkauan dan waktu yang tepat bagi pengetatan kebijakan di masa depan menjadi kurang jelas dibandingkan sebelumnya," demikian dicatat dalam rangkuman rapat tersebut. Faktor Eksternal Dongkrak GreenbackSaat berita ditulis, Dolar AS masih melemah terhadap Dolar Australia dengan pasangan mata uang AUD/USD naik 0.10 persen ke kisaran 0.7177. Namun, Dolar AS tengah berupaya balik menguat kembali terhadap mata uang mayor lainnya, termasuk Euro dan Poundsterling. Faktor dari luar AS mendorong rebound kali ini. Sinyal perlambatan ekonomi Euro makin meluas, khususnya di Jerman yang terimbas efek perang dagang dan Prancis yang dilanda demonstrasi berkepanjangan. Data inflasi China yang dirilis tadi pagi pun menunjukkan laju kenaikan harga-harga di bawah ekspektasi selama bulan Desember lalu; menggarisbawahi pentingnya negosiasi perdagangan AS-China bukan hanya bagi negeri Tirai Bambu, melainkan juga bagi negara-negara lain yang berhubungan erat dengannya. Sementara itu, PM Theresa May dihantam serangan baru dari parlemen Inggris dalam upayanya untuk mendapatkan pengesahan bagi kesepakatan Brexit yang telah dicapai dengan Uni Eropa. Parlemen memberi waktu tiga hari bagi May untuk menyusun alternatif jika kesepakatan Brexit-nya ditolak pada voting yang akan digelar hari Selasa minggu depan. Konsekuensinya, pasangan mata uang GBP/USD merosot lebih dari 0.20 persen ke kisaran 1.2747, setelah sempat mencapai level tertinggi sejak awal tahun ini. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : Seputarforex PT Rifan financindo - Jakarta Pemerintah akan mengimpor 30.000 ton jagung yang mulai masuk bulan depan. Menurut Dirut Perum Bulog, Budi Waseso, surat persetujuan impor (SPI) akan diterima hari ini, Kamis (10/1/2019)
"Hasil rakortas dari Mendag sudah ada. Nanti disikapi sama Mendag. Nanti (terima SPI), hari ini Insya Allah," kata dia di sela-sela kunjungan ke Gudang Perum Bulog, Jakarta, Kamis (10/1/2019). Lebih lanjut, ia menjelaskan batas waktu izin impor tersebut hanya sampai dengan Februari. Namun, selama masih dibutuhkan peternak pihaknya akan membuka impor. Baca Juga :
"(Sampai dengan) Februari. Kita akan ajukan lagi penugasan kepada pemerintah ya (Kalau kebutuhan masih kurang)," sambung dia. Sementara itu, ia mengatakan jagung tersebut nantinya akan diimpor dari Brasil dan Argentina. Harganya pun dipatok sebesar Rp 4.500 per kilogram (kg). "Brasil, Argentina. Itu dijualnya Rp 4.500 per kg," tutup dia. Sebagai informasi, sebelumnya Bulog telah memiliki kuota impor sebanyak 100 ribu ton. Namun, jumlah tersebut kurang sehingga ada penambahan sebanyak 30 ribu ton. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : finance.detik PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo Rifan financindo - Data Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) AS turun sebanyak 243,000 menjadi 6.888 juta pada bulan November 2018. Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan angka bulan sebelumnya, yang direvisi naik menjadi 7.131 juta. Angka JOLTS kali ini juga di bawah ekspektasi pasar yang memprediksikan penurunan ke 7.063 juta saja. Jika diuraikan, level pembukaan lapangan kerja AS di bulan November jatuh sebanyak 237,000 untuk sektor swasta, dengan penurunan terbesar terjadi di sub sektor jasa lain-lain dan konstruksi.
Baca Juga :
Indeks Dolar AS Menguat TerbatasMeski demikian, Indeks Dolar (DXY) tetap naik. Saat berita ini ditulis pada pukul 22:43 WIB, DXY naik 0.31 persen dalam time frame harian ke 95.69. Mengingat indikator ini merupakan data berdampak medium, maka ada kemungkinan penguatan Dolar AS terjadi karena perkembangan terbaru negosiasi dagang AS-China, dan melemahnya Euro akibat melambatnya data-data ekonomi Zona Euro, khususnya Jerman. Akan tetapi, kenaikan ini masih terbatas karena isu perlambatan laju Rate Hike The Fed yang menjadi pertimbangan trader. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : Seputarforex Rifan Financindo - Factory Orders Jerman turun drastis ke -1 di bulan November 2018, lebih rendah daripada perkiraan penurunan ke -0.2. Data pada bulan Oktober pun ikut direvisi turun dari 0.3 persen menjadi 0.2 persen. Penyebabnya adalah kemerosotan sebesar 3.2 persen pada sektor permintaan asing, termasuk dari negara-negara Zona Euro sendiri. Hal ini membuat Factory Orders bulan November 2018 menjadi yang terendah ketiga sejak Januari 2018.
Baca Juga :
Penjualan Ritel Zona Euro MoM NaikDi sisi lain, data Penjualan Ritel (Retail Sales) Zona Euro naik, mengimbangi penurunan data industri Jerman. Penjualan Ritel Zona Euro naik 0.6 persen di bulan November 2018, setara dengan level pada bulan sebelumnya. Angka tersebut lebih tinggi daripada ekspektasi penurunan ke level 0.2 persen. Kenaikan berasal dari perdagangan barang non makanan, yakni dari 0.6 persen ke 1.2 persen. EUR/USD Tetap MenguatKedua data tersebut dirilis Senin (07/Januari) sore tadi. Namun, hingga berita ini ditulis pada pukul 22:14 WIB, EUR/USD masih bullish. Pasangan mata uang tersebut naik 0.62 persen ke 1.1463. Isu mengenai komentar dovish Ketua The Fed Jerome Powellrupanya lebih mendominasi, sehingga Euro dapat menguat terhadap Dolar AS. ( Mbs ) Lihat Juga : Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan financindo - Penguatan Dolar Australia pagi ini (07/Januari) terkonfirmasi berdasarkan data yang dihimpun pada pembukaan pasar Sydney beberapa saat lalu. Pair AUD/USD menguat 0.15 persen, kemudian diikuti oleh AUD/JPY yang menguat 0.30 persen. Dolar Australia diketahui juga menguat 0.23 persen terhadap Yuan, naik 0.16 persen terhadap Euro, menguat 0.25 persen terhadap Sterling, dan menguat tipis 0.07 persen terhadap Dolar NZ.
Baca Juga :
Kenaikan AUD ini berbanding terbalik dari situasi pada hari Kamis minggu lalu, ketika Dolar Australia sempat tergelincir ke level terendah sejak 2009, karena dipicu oleh gejolak pasar ekuitas AS yang juga berdampak pada kejatuhan harga komoditas. Dolar Australia kemudian langsung rebound pada hari Jumat (04/Januari) dan berlanjut hingga sesi Asia pagi ini. Secara keseluruhan, AUD/USD saat ini telah rebound sebesar 6.5 persen dari level terendahnya pekan lalu. Data NFP Tidak Banyak Membantu Dolar ASLaporan data ketenagakerjaan AS yang kokoh selama bulan Desember ternyata tidak banyak membantu pergerakan Dolar. Hal ini karena tak lama setelah rilis data NFP dan upah yang di atas ekspektasi, Ketua Fed Jerome Powell mengungkapkan pernyataan yang cenderung dovish dalam pidatonya. Powell menyiratkan bahwa di tahun 2019, The Fed akan lebih berhati-hati menyusun outlook, dan bahwa pertumbuhan Inflasi yang teredam (muted inflation) bisa memberi ruang bagi bank sentral untuk memantau bagaimana perekonomian berjalan. Besar kemungkinan, The Fed bakal mengerem kenaikan suku bunga acuan tahun ini. AUD: From Zero To Hero"Jika pernah ada mata uang yang berubah dari Zero menjadi Hero dalam kurun waktu 24 jam, maka itu adalah Dolar Australia sepanjang perdagangan hari Kamis dan Jumat pekan lalu,"kata Ray Attrill, Kepala Strategi FX di National Australia Bank. Menurutnya, selain komentar dovish Jerome Powell, reli yang terjadi pada Dolar Australia juga dipengaruhi oleh langkah People's Bank of China (PBoC). Bank sentral tersebut memang melakukan pelonggaran kebijakan moneter beberapa waktu lalu. "China mengumumkan pemotongan Reserve Requirement Ratio sebesar 1 persen dan akan berlaku untuk semua Bank di negeri tersebut. Sepanjang tahun ini, PBoC diperkirakan akan melakukan empat kali pemangkasan RRR, masing masing sebesar 100 basis poin," kata Attrill. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : Seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo Rifan financindo - Harga minyak naik lebih dari 1.0 persen pada perdagangan hari Kamis (3/1), terkait dengan pemangkasan produksi minyak dari negara-negara OPEC, begitu juga dengan pasokan di Arab Saudi dan Rusia. Meski demikian, prospek perlambatan ekonomi global masih terus membayangi pergerakan harga emas hitam di awal tahun 2019. Minyak mentah Brent tercatat naik sebesar 1.89% menjadi $55.95 per barrel. Sementara itu, pada hari yang sama, minyak WTI naik 1.18% menuju $47.32 per barrel. Pada pukul 07:47 WIB pagi ini, minyak WTI sudah mengalami sedikit koreksi, berada di kisaran $46.85 per barrel. Pengurangan Pasokan Minyak OPEC Pasokan minyak OPEC pada bulan Desember 2018 mengalami penurunan terbesar dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Penurunan produksi OPEC secara signifikan terjadi lantaran produsen utama seperti Arab Saudi, berkomitmen memenuhi kesepakatan yang telah dicapai untuk mengerem kemerosotan harga minyak. Kondisi serupa juga dilakukan oleh Iran dan Libya yang memangkas produksi minyak mereka. Baca Juga :
Masih Dibayangi Low Demand Akan tetapi, reli harga minyak sejatinya masih tertahan oleh kekhawatian tentang perlambatan ekonomi global. Bukti terbaru berasal dari menurunnya Forecast pendapatan penjualan Apple di China untuk tahun 2019. Kabar tersebut menguncang pasar ekuitas Negeri Paman Sam pada perdagangan hari Kamis (3/1) kemarin. Data manufaktur AS yang melambat juga semakin menambah kekhawatiran di kalangan investor. Hal ini bisa menandakan bahwa perang dagang kemungkinan akan berdampak lebih luas lagi di masa mendatang, termasuk pada harga komoditas seperti minyak. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : Seputarforex |
Archives
September 2021
Categories |