PT Rifan Financindo - Indeks Dolar AS (DXY) melanjutkan pelemahannya pada sesi Asia hari Jumat ini (12/Juli), setelah kembali dihantam oleh komentar dovish Ketua Fed Jerome Powell pada sesi New York. Saat berita ditulis, DXY telah mencetak level terendah pada level 96.89. Para analis menilai kalau spekulasi seputar Fed Rate Cut masih akan terus menjadi sorotan pasar, khususnya mengenai apakah Federal Reserve bakal memotong suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin dalam rapat kebijakan tanggal 30-31 Juli mendatang.
Grafik DXY Daily via Tradingview.com Pada hari Kamis, pengaruh bearish testimoni Powell sempat diredam oleh unggulnya data inflasi dan klaim pengangguran mingguan Amerika Serikat hingga DXY membentuk formasi candle dojidalam timeframe harian. Laju inflasi konsumen AS bulan Juni 2019 mengalami kenaikan hingga melebihi ekspektasi, sedangkan laporan klaim pengangguran mengisyaratkan kondisi pasar tenaga kerja yang tetap solid. Keduanya nyata berlawanan dengan pernyataan Powell yang mengeluhkan lemahnya inflasi dan ancaman perang dagang terhadap perekonomian. Saat ini, pelaku pasar masih yakin kalau Federal Reserve bakal memangkas suku bunga sedikitnya sebesar 25 basis poin pada akhir bulan. Namun, ada pula kemungkinan Fed memangkas 50 basis poin yang dipicu oleh pernyataan Powell, meski hal ini ditepis secara tidak langsung oleh data ekonomi AS terbaru. Baca Juga :
"Dolar bangkit lagi (pada sesi New York) karena CPI Amerika Serikat yang kuat membuat pasar mempertanyakan pandangan Fed mengenai harga-harga dan apakah inflasi benar-benar lemah seperti yang mereka proyeksikan," ungkap Takuya Kanda dari Gaitame.com Research Institute, sebagaimana dikutip oleh Reuters. Lanjutnya, "Ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin telah meningkat setelah komentar Powell, tetapi menurun lagi karena CPI. Hingga rapat Fed akhir bulan ini, prospek pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin akan terus pasang surut di setiap rilis data mayor." Masafumi Yamamoto dari Mizuho Securities juga menyatakan, komentar dari Presiden Fed Chicago Charles Evans pada hari Jumat ini, serta Pidato Presiden Fed New York John Williams pada hari Senin akan memberikan peluang untuk mengukur lagi seberapa dovish arah kebijakan bank sentral AS itu. Apabila para pejabat Fed lain tak se-dovish Powell, dan jika hasil survei Manufaktur Fed New York (rilis Senin) ternyata lebih baik ketimbang ekspektasi, maka pelemahan Dolar akibat testimoni Powell di Kongres itu bisa jadi berlebihan. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo
0 Comments
Rifanfinancindo - Jakarta IHSG ditutup menguat di level 6,410.68 (+0.35%). Penguatan didorong oleh Misc-IND (+2.16%) dan Property (+1.09%). IHSG ditutup menguat didorong aksi beli investor menyambut optimisme damai dagang yang kian terasa. Investor juga masih menanti pernyataan Jerome Powell mengenai kebijakan suku bunga The Fed.
Bursa Amerika Serikat ditutup menguat. Dow Jones ditutup 26,860.20 (+0.29%), NASDAQ ditutup 8,202.53 (+0.75%), S&P 500 ditutup 2,993.07 (+0.45%). Baca Juga :
Bursa US ditutup menguat tipis setelah adanya testimoni dari Jerome Powell selaku Gubernur The Fed. Banyak investor percaya kembali bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada akhir Juli. Sehingga, kami berekspektasi bahwa bursa US masih akan meneruskan penguatannya pada hari ini. Bursa saham Asia dibuka menguat, di mana KOSPI sudah mencapai 2078.71 (+1.00%) dan Nikkei masih berada pada 21,552.77 (+0.09%). Sentimen positif The Fed masih berlangsung. IHSG diprediksi menguat. Secara teknikal pergerakan IHSG menunjukkan indikasi penguatan dalam jangka pendek. Namun penguatan diperkirakan akan terbatas terlihat dari indikator stochastic yang bergerak di are overbought. Pergerakan juga akan dipengaruhi oleh pernyataan Jerome Powell terkait kebijakan suku bunga the Fed. Resistance 2 : 6,426 Resistance 1 : 6,418 Support 1 : 6,398 Support 2 : 6,386 ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : finance.detik Rifan Financindo - Dolar AS masih melanjutkan kenaikan ke level tinggi tiga pekan, sekalipun data JOLTS menurun. Laporan yang menunjukkan jumlah pembukaan lowongan kerja di AS itu turun dari 7,372 juta menjadi 7,323 juta pada bulan Mei 2019. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi penambahan 7,470 lapangan kerja. Penurunan lowongan kerja paling banyak terjadi di sektor konstruksi, yang kemudian disusul oleh sektor transportasi dan Real Estate.
JOLTS AS Data Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) AS mengukur jumlah lapangan pekerjaan baru di luar sektor pertanian AS selama kurun waktu sebulan. SelengkapnyaBaca Juga :
Saat berita ini ditulis pada Selasa (09/Juli) malam, Indeks Dolar AS (DXY) dalam time frame harian diperdagangkan di kisaran 97.48, naik 0.12 persen dari posisi sebelumnya. Membaiknya NFP AS pekan lalu memudarkan kemungkinan pemotongan suku bunga (Rate Cut) The Fedyang diprediksi akan dilaksanakan akhir bulan ini. Sebagian pihak kini mengekspektasikan bahwa kalaupun The Fed tetap harus memotong suku bunganya, maka porsi yang paling memungkinan adalah Rate Cut sebesar seperempat persen, bukan setengah persen seperti yang banyak diperkirakan sebelumnya. "Ya, itu (laporan NFP AS) memang mengurangi urgensi pemotongan suku bunga The Fed dengan segera. Namun, bukan berarti menghilangkannya sama sekali," komentar Kathy Lien dan Boris Schlossberg, direktur BK Asset Management dalam catatan analisis mereka. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo - Harga minyak tidak banyak berubah pada perdagangan Senin (08/Juli), seiring dengan pelaku pasar yang masih menimbang risiko global atas dampak perang dagang AS-China. Pada saat berita ini ditulis, minyak Brent diperdagangkan pada kisaran $64.13 per barel, tidak jauh dari harga Open harian di $64.21 per barel. Kondisi serupa juga terjadi pada minyak WTI (West Texas Intermediate) yang saat ini berada di kisaran $57.62 per barel, melemah tipis dari harga pembukaan harian, setelah melonjak cukup signifikan pada hari Jumat pekan lalu.
"Harga minyak pada pembukaan perdagangan awal pekan terkesan sangat berhati-hati, karena (meskipun) didukung oleh (rilis data) NFP yang baik, investor masih mewaspadai prospek ekonomi global yang suram," kata Stephen Innes. Baca Juga :
Di sisi lain, harga minyak juga berpotensi menguat karena masih akan mendapat sokongan dari gejolak geopolitik di Timur Tengah. Pasalnya, Iran mengatakan pada hari Minggu (07/Juli) bahwa pihaknya akan segera meningkatkan pengayaan uraniumnya di atas batas yang ditetapkan oleh kesepakatan nuklir 2015. Hal ini pun semakin meningkatkan tensi geopolitik AS-Iran yang belakangan kembali tersulut karena insiden penyerangan kapal tanker dan penembakan drone AS. Namun menurut, Edward Moya, analis pasar senior OANDA, kekhawatiran terhadap risiko perang dagang akan lebih mendominasi, mengingat ketegangan di Iran sudah tak setinggi beberapa waktu lalu. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo Rifanfinancindo - Nilai tukar Rupiah melemah terhadap Dolar AS pada Jumat sore ini (5/Juli). Berdasarkan grafik Bloomberg, Rupiah tertekan dari level penutupan kemarin di level Rp14,134 ke Rp14,142. Sementara menurut kurs JISDOR, Rupiah tertekan dibandingkan hari sebelumnya di level Rp14,106 ke Rp14,148.
Dipengaruhi Naiknya Tensi Konflik AS-ChinaDirektur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim, menduga eskalasi masalah AS-China yang tak kunjung menemukan titik temu menjadi penyebab kurs Rupiah turun. Bahkan, baru-baru ini Presiden AS Donald Trump menuduh China dan Eropa melakukan manipulasi mata uang. Baca Juga :
Ironisnya, tudingan Trump tersebut dipatahkan oleh Departemen Keuangan AS sendiri, yang menyatakan bahwa China tidak memanipulasi mata uangnya. Di sisi lain, Kepala Bank Sentral Eropa, Mario Draghi, bulan lalu menegaskan bahwa ECB (European Central Bank) tidak memasang target nilai tukar Euro. Imbasnya berpotensi meningkatkan tensi konflik semakin meruncing, Ibrahim memprediksi Rupiah akan kembali melemah dan ditransaksikan di level Rp14,105 hingga Rp14,175 per Dolar AS. Kurs Rupiah Dibayangi Rilis Data NFPSelain itu, Ibrahim memperkirakan pelaku pasar saat ini sedang mengantisipasi rilis data ketenagakerjaan AS nanti malam. Ekspektasi untuk hasil data tersebut positif, mengingat konsensus pasar memperkirakan adanya kenaikan di level 160,000. Jumlah ini lebih besar dibandingkan laporan data ketenagakerajaan AS pada Mei lalu yang berada di angka 75,000. Jika hasil NFP nanti angkanya mendekati konsensus pasar, maka dapat dijadikan alasan bagi para pejabat Fed untuk tidak menurunkan suku bunga di pertemuan FOMC 31 Juli mendatang. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Financindo - Serang Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) IPP Jawa 7 di Bojonegara, Banten ditargetkan rampung pada Oktober 2019 atau dipercepat dari target semula April 2020. Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Barat PLN Haryanto WS mengatakan yang akan beroperasi lebih dulu adalah PLTU Jawa 7 Unit 1 berkapasitas 1.000 megawatt (mw).
Totalnya ada 2 unit PLTU yang akan beroperasi, masing-masing berkapasitas 1.000 mw. "Atas permintaan PLN dan koordinasi semua pihak maka kita minta dimajukan, Insyaallah nanti sesuai rencana, awal Oktober bisa beroperasi satu unit 1.000 megawatt," katanya di lokasi proyek PLTU Jawa 7, Serang, Banten, Jumat (5/7/2019). Baca Juga :
Untuk PLTU Jawa 7 Unit 2 ditargetkan rampung awal 2020, antara Januari dan Februari. "Unit 2 biasanya 5 bulan setelah Unit 1. Kalau tadinya Unit 1 (beroperasi) April 2020, (Unit 2) 5 bulan kemudian, tapi karena Unit 1 (beroperasi) Oktober, Unit 2 dimajukan Januari-Februari," jelasnya. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Iwan Agung Firstantara mengatakan, pada 15 Agustus nanti PLTU Jawa 7 Unit 1 akan mulai tersambung ke jaringan. Berikutnya akan dilakukan tahapan tes pelepasan beban dan sebagainya. "Nanti Oktober bisa 100% beroperasi secara komersial," tambahnya. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : finance.detik PT Rifan Financindo – Harga minyak naik lebih dari $1 per barel pada pembukaan sesi perdagangan hari Senin (01/Juli), setelah Arab Saudi, Rusia, dan Irak mendukung perpanjangan pemangkasan output minyak untuk (setidaknya) enam hingga sembilan bulan mendatang. Harga minyak Brent menyentuh level $66.03 per barel atau naik 1.7 persen. Sementara itu, harga minyak WTI (West Texas Intermediate) pagi ini diperdagangkan pada kisaran $59.64 per barel, naik sebanyak $1.5 per barel dari level harga penutupan minggu lalu.
Baca Juga :
Masih Dibayangi Perlambatan Ekonomi Dan Perang DagangPada hari Minggu (30/Juni), presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa ia telah setuju dengan Arab Saudi dalam upaya melanjutkan penurunan produksi sebesar 1.2 juta barel per hari (bph), selama enam hingga sembilan bulan ke depan. Sementara itu, Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan bahwa langkah pengurangan produksi kemungkinan besar akan diperpanjang hingga sembilan bulan ke depan, dan tidak ada lagi pengurangan lebih lanjut selama periode tersebut. Langkah untuk tetap mengurangi pasokan hingga akhir 2019 tampaknya akan diresmikan pada pertemuan OPEC Plus pada 1-2 Juli mendatang. Selain untuk mengimbangi lonjakan output minyak AS, keputusan ini juga dipertimbangkan untuk mengantisipasi pelemahan ekonomi global "Meskipun (rencana) ini masih perlu diratifikasi oleh anggota lain dari OPEC Plus, tampaknya langkah perpanjangan pengurangan output akan mendukung kenaikan harga minyak," kata seorang analis ANZ dalam sebuah catatan. Perlu diketahui bahwa harga minyak terus mendapat terkanan dalam beberapa minggu terakhir, terutama setelah kegagalan proses pembicaraan dagang AS-China di awal Mei lalu. Meski pada akhirnya presiden Trump dan presiden Xi sepakat untuk kembali melanjutkan pembicaraan dagang di sela KTT G20 Osaka akhir pekan lalu, lonjakan output minyak mentah AS yang mencapai 12.16 juta bph nyatanya masih membebani harga minyak. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo Rifanfinancindo - Dolar Australia mencoba pulih pada perdagangan hari Selasa (02/Juli), setelah menderita penurunan harian terbesar sejak bulan April di awal pekan. Penguatan AUD pagi ini terhadap Dolar AS mencerminkan kewaspadaan pelaku pasar jelang pengumuman suku bunga RBA, yang diikuti oleh pidato Gubernur Philip Lowe.
Pada saat berita ini ditulis, pair AUD/USD berada di kisaran 0.6978, sedikit menguat dari level terendah pekan ini di 0.6956, yang tersentuh pada perdagangan hari Senin (01/Juli) kemarin. Penurunan tajam Dolar Australia sebelumnya disebabkan oleh sentimen positif usai pertemuan AS-China akhir pekan lalu, yang lebih mendukung penguatan Dolar AS. Di samping itu, prospek pemotongan suku bunga RBA sebesar 25 basis poin menjadi katalis yang melemahkan AUD. Baca Juga :
Fokus Pasar Tertuju Pada Statement LoweSebagian besar pelaku pasar menganggap bahwa penurunan suku bunga RBA hari ini sudah hampir pasti terjadi, sehingga fokus akan lebih tertuju pada pidato Gubernur RBA, Philip Lowe, yang dijadwalkan berbicara dalam acara RBA Board Dinner di Darwin sore nanti. Investor berharap Lowe dapat memberi petunjuk mengenai seberapa jauh suku bunga akan diturunkan. "Lowe akan berbicara di Darwin dan di sanalah pasar akan mencari petunjuk mengenai prospek pemotongan suku bunga lanjutan... tetapi menurut pandangan kami, RBA setidaknya akan melakukan rate cut sekali lagi,"kata Ray Attrill, Kepala Strategi FX di National Australia Bank di Sydney. Pendapat Attrill di atas senada dengan survei Reuters beberapa waktu lalu, yang menunjukkan bahwa mayoritas ekonom memperkirakan suku bunga RBA dapat turun hingga 0.75 persen pada akhir tahun. Perlu diketahui bahwa kondisi fundamental Negeri Kanguru sepanjang tahun ini memang belum beranjak dari trend negatif. Hal inilah yang mendasari RBA untuk menurunkan rate menuju level terendah untuk menggenjot perekonomian. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Financindo - Harga minyak naik pada perdagangan Kamis (16/Mei), memperpanjang kenaikan selama tiga sesi berturut-turut karena gejolak geopolitik di Timur Tengah yang memicu kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan. Kenaikan harga minyak selama tiga hari terakhir sedikit menghapus kerugian yang diderita dari penurunan cukup signifikan di awal bulan Mei.
Pada pukul 10:00 WIB, Minyak Brent diperdagangkan pada level $72.34 per barel, naik tipis dari harga Open harian di kisaran $71.56 per barrel. Secara akumulatif dalam tiga hari terakhir, harga minyak Brent telah naik 2.8 persen. Sementara itu, harga minyak WTI (West Texas Intermediate) mengalami kenaikan serupa dalam tiga hari belakangan, dan kini berada di kisaran $62.33 per barrel. Baca Juga :
Namun dalam kurun waktu tiga hari terakhir, harga minyak mampu bangkit karena didorong oleh memanasnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Keresahan investor kini beralih terhadap gangguan pasokan minyak ke pasar global, mengingat kawasan Timur Tengah merupakan produsen minyak terbesar dunia saat ini. Menurut laporan The New York Times, Pemerintah AS telah memerintahkan evakuasi sebagian pada kedutaan besar AS di Baghdad, karena kekhawatiran terhadap reaksi Iran atas rencana penerapan tekanan yang sebelum ini disuarakan oleh pihak AS. Namun, persediaan minyak mentah AS yang menunjukkan peningkatan berpotensi menghambat kenaikan harga minyak lebih jauh. Laporan EIA tadi malam (15/Mei) menyebut stok minyak negeri Paman Sam bertambah sebanyak 5.4 juta barel pada minggu lalu, melonjak tajam dari penurunan 3.9 juta barel di periode sebelumnya. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo - Pasangan mata uang EUR/USD hanya mencatat kenaikan tipis ke kisaran 1.1386, sekitar satu jam setelah rilis data inflasi Zona Euro pada pertengahan sesi Eropa hari ini (28/Juni). Euro juga flat versus Yen di kisaran 122.53, sementara EUR/GBP tampak kesulitan mempertahankan posisinya di sekitar level 0.8981. Meski inflasi Zona Euro stabil pada level 1.2 persen (Year-on-Year) bulan ini, tetapi analis menilai kalau outlook inflasi kawasan 19 negara itu masih lesu.
Grafik EUR/USD Daily via TradingView.com Badan statistik Eropa, Eurostat, melaporkan bahwa laju inflasi bulan Juni 2019 (preliminer) tetap sama dengan bulan Mei, yakni 1.2 persen (Year-on-Year), dan sesuai dengan estimasi awal. Data inflasi inti meningkat dari 0.8 persen menjadi 1.1 persen (Year-on-Year) dalam periode yang sama, melampaui estimasi yang dipatok pada 1.0 persen. Baca Juga :
Bert Colijn, ekonom senior ING, mengatakan, "Walaupun pertumbuhan gaji terus meningkat dengan laju mantap, merefleksikan kondisi pasar tenaga kerja yang membaik, (tetapi) perusahaan-perusahaan terus menerus enggan untuk memperhitungkan kenaikan biaya (produksi) ke konsumen. Karenanya, outlook inflasi tetap lesu. Dengan efek basis (harga) energi memperburuk outlook dalam beberapa bulan ke depan, headline inflasi akan terus mengalami tekanan penurunan." ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo |
Archives
September 2021
Categories |