RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Pada hari Kamis, 28 Juni 2018, Yen Jepang jatuh terhadap USD. Saat berita ini ditulis, Yen menyentuh nilai 110.337. Kondisi sidewaysini telah berlangsung sejak awal Juni, karena reaksi terhadap Dolar tetap stabil walaupun AS mengeluarkan sikap yang masih belum jelas kepada China.
Baca juga:
Saat ini, minat investor pada aset safe haven berkurang, karena risiko perang dagang tidak setinggi yang beberapa waktu yang lalu. Oleh karena itu, Yen Jepang juga jatuh. Dilansir dari Reuters, para investor juga masih berharap kepada kemungkinan naiknya suku bunga The Fed. Statistik yang diterbitkan pagi ini menunjukkan bahwa Retail Sales di Jepang hanya berkembang sebesar 0.6% y/y di bulan Mei, dua kali lebih kecil dari yang diharapkan dan jauh lebih buruk daripada indikator yang ditambahkan pada bulan April (+ 1.5% y/y). Pada MoM, indikator kerugian mencapai 1.7%. Baca juga:
Yen Lesu Karena Warganya Terlalu BerhematHal ini tentu saja bukan berita yang baik untuk ekonomi Jepang. Indeks menunjukkan jumlah total barang yang dijual melalui toko dan pemasok, termasuk layanan, cenderung rendah. Melihat hal ini, dapat disimpulkan bahwa penduduk Jepang kurang percaya diri dengan ekonomi negara dan berusaha berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka. Tidak hanya konsumen secara perorangan yang ragu untuk mengeluarkan uang, keraguan ini juga muncul di tingkatan rumah tangga negara. Ini adalah masalah besar bagi Jepang: ekonomi tidak akan berkembang terus selama rumah tangga negara tidak memperbanyak pengeluaran mereka. Kuatnya Dolar AS Melawan Mata Uang LainnyaTidak hanya USD/JPY yang menguat mengikuti lemahnya kondisi Yen Jepang, pasangan mata uang EUR/JPY juga naik tipis di kisaran nilai 127.497. Meskipun berita tentang perang dagang mempengaruhi keputusan pasar, namun kepercayaan trader terhadap US Dollar tidak menurun. Dilansir oleh Japantimes, para investor di Jepang lebih banyak memilih untuk menjual AUD mereka -yang lebih rentan terhadap kondisi di China- dan menukarkannya dengan US Dollar. Hal ini tentu berdampak ke mata uang Jepang itu sendiri. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca juga :
0 Comments
Rifan Financindo Pekanbaru - Dolar AS masih mempertahankan penguatannya walaupun harus terseok-seok. Mata uang tersebut sempat kembali ke kisaran 110-an yen, rebound dari level rendah dua minggu sehubungan dengan meredanya aksi penghindaran risiko. Sementara itu, Indeks Dolar yang mengukur kekuatan Dolar terhadap enam mata uang mayor stabil di angka 94.663, setelah naik 0.4 persen tadi malam. Konflik dagang global dan suku bunga Fed masih menjadi sorotan para pelaku pasar untuk memperkirakan pergerakan USD selanjutnya.
Saat berita ini ditulis di sesi perdagangan Rabu (27/Jun) pagi ini, USD/JPY tergelincir ke angka 109.92, tetapi masih cukup jauh dari level 109.42 yang tercapai di awal pekan. Di sesi sebelumnya, USD/JPY sempat menyentuh level 110.110. Di sisi lain, EUR/USD masih bergerak di level rendah dengan diperdagangkan di angka 1.1656. Pair tersebut turun dari angka 1.1676 pada hari Selasa kemarin. Baca juga:
Konflik Perdagangan Masih Jadi Isu Utama Penggerak Dolar Konflik perdagangan global gara-gara kebijakan Donald Trump diekspektasikan masih akan menjadi isu yang membayangi pasar finansial. Yen yang berfungsi sebagai safe haven akan menguat apabila tensi konflik meningkat. Yang terbaru, Amerika Serikat hampir merampungkan aturan bea impor 20 persen untuk mobil-mobil yang datang dari Uni Eropa. Di samping itu, tadi malam Presiden Trump mengamuk setelah mengetahui rencana perusahaan motor gede Harley Davidson untuk memindahkan produksinya ke luar negeri. Baca juga:
Beragam Proyeksi Terhadap Dolar ASTerlepas dari situasi tersebut, para analis memiliki pandangan beragam terhadap performa Dolar AS ke depan. Masafumi Yamamoto, Kepala Ahli Strategi Forex di Mizuho Securities mengekspektasikan Dolar masih lesu di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan AS. "Dolar kehilangan pegangan dari yield obligasi AS, yang saat ini sedang tidak terarah. Lagipula, sulit untuk menaksir tindakan pemerintahan Trump selanjutnya terhadap isu perdagangan; apakah akan lebih konservatif ataukah lebih longgar," kata Yamamoto. Sebaliknya, Gary Kerdus yang menjabat sebagai eksekutif muda dari institusi pembayaran global XE[dot]com memandang optimis bullish Dolar. "Saya masih berpendapat bahwa Dolar memiliki ruang untuk menguat lagi terhadap mata uang-mata uang mayor; mengingat kebijakan moneter AS yang lebih hawkish dibandingkan dengan bank-bank sentral lainnya," tutur Kerdus. Pendapat Gary Kerdus memang cukup relevan, terutama karena Presiden The Fed untuk wilayah Dallas, Robert Kaplan, mengungkapkan keyakinannya akan Rate Hike The Fed Selasa lalu. Kaplan mengatakan bahwa kebijakan moneter bank sentral saat ini masih akomodatif untuk kenaikan suku bunga dua kali lagi di tahun 2018. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
PT Rifan Financindo Pekanbaru - Retail Sales (Penjualan Ritel) Kanada turun drastis pada bulan April 2018 setelah sebelumnya naik 3 bulan berturut-turut. Pelemahan ini dipicu oleh penurunan penjualan kendaraan berserta suku cadang. Data ekonomi yang cukup mengecewakan tersebut menekan mata uang Dolar Kanada terhadap Greenback di awal sesi New York malam ini (22/Juni). Baca juga:
Departemen Statistik Kanada merilis laporan Penjualan Ritel Kanada yang merosot -1.2 persen di bulan April. Hasil tersebut mematahkan ekspektasi ekonom sebelumnya yang memprediksi Retail Sales akan stagnan (naik 0.0 persen). Di bulan sebelumnya, data ini bertengger di kisaran 0.8 persen. Penjualan Ritel Kanada untuk bulan April tercatat turun di 8 dari 11 kategori. Cuaca buruk menjadi salah satu faktor utama yang berkontribusi pada kemerosotan Retail Sales di awal kuartal kedua 2018. Sementara itu, penjualan yang tidak memasukkan kategori otomotif (Core Retail Sales) mencatatkan penurunan -0.1 persen, setelah turun -0.2 persen pada periode sebelumnya. Ditekan Anjloknya Penjualan Kendaraan Penjualan Ritel yang merosot 'cukup dalam' selama bulan April dipicu oleh kemerosotan penjualan kendaraan dan suku cadang sebesar -4.3 persen. Secara terperinci, penjualan mobil baru anjlok -5.1 persen, jauh lebih rendah dari kenaikan 3.4 persen di bulan Maret. Kondisi serupa juga terjadi pada penjualan mobil bekas yang turun -4.1 persen. Ontario menjadi kawasan utama yang menyumbang penurunan terbesar dalam penjualan kendaraan bermotor di bulan April. Laporan lain menunjukan terjadi penurunan penjualan sebesar -2.2 persen pada toko barang umum, yang merupakan kejadian pertama kalinya dalam empat bulan terakhir. Penurunan juga terjadi pada toko material sebesar -3.3 persen, kemerosotan kelima dalam kurun enam bulan. Di sisi lain, ada kenaikan yang dilaporkan terjadi pada toko makanan dan minuman sebesar 2.3 persen, didorong oleh penjualan yang lebih pesat di Supermarket dan Grosir. Penerimaan di stasiun pengisian bahan bakar juga meningkat 1.4 persen akibat kenaikan harga energi. Namun berdasarkan Volume, penjualan bahan bakar menurun -0.1 persen di bulan April.Baca juga:
Dolar Kanada Semakin Meredup Pada pukul 20:11 WIB, pair USD/CAD bergerak cukup volatil dan cenderung menguat, diperdagangkan pada 1.3326 setelah sempat menyentuh level High harian di 1.3382. Selain Retail Sales, data Inflasi CPI Kanada bulan Mei yang naik 0.1 persen (ekspektasi naik 0.4 persen) menekan Loonie hingga berada di jalur pelemahan mingguan kedua secara beruntun terhadap Dolar AS. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Harga Minyak melandai lagi pada akhir pekan lalu akibat meningginya aktivitas pengeboran di Amerika Serikat serta kemungkinan peningkatan output dari negara-negara OPEC dan sekutunya. Para analis juga masih meragukan perkembangan harga minyak ke depan, karena OPEC belum memberikan kepastian mengenai apakah akan memperpanjang kesepakatan pemangkasan output atau justru melonggarkan kuota.
Baca juga:
Bilamana OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia selaku produsen minyak terbesar dunia, setuju melonggarkan kuota, maka dapat memicu surplus yang mencegah kenaikan harga lebih lanjut. Apalagi, laju produksi minyak AS masih terus membubung. Gambaran Suram Masa Depan Harga Minyak WTI anjlok sekitar 3 persen dalam sepekan lalu, memperparah kemerosotan nyaris lima persen yang dialami pada pekan sebelumnya. Saat berita ditulis pada awal sesi Asia hari Senin (4/Juni), harga minyak WTI telah meningkat 0.18%, tetapi masih tertambat pada harga USD65.81 per barel. Di sisi lain, minggu lalu Brent berhasil menambal kembali sebagian kemerosotan yang dialami pada pekan sebelumnya. Brent meningkat hingga mendekati USD78, walaupun kemudian terpukul kembali ke USD76. Kini harga minyak acuan dunia tersebut diperdagangkan pada kisaran USD76.64 per barel. "Harga minyak mentah masih berada di bawah tekanan karena pasar tetap berfokus pada diskusi diantara anggota-anggota OPEC mengenai apakah mereka akan meningkatkan produksi pada akhir tahun ini," ungkap ANZ dalam sebuah catatan yang dikutip oleh Reuters. Lanjutnya lagi, "Di Amerika Serikat, data juga menghadirkan gambaran suram. Produksi minyak mentah meningkat ke rekor baru, sementara aktivitas pengeboran naik lagi." Baca juga:
70,000 bph Dalam Dua HariMenurut Energy Information Administration (EIA), produksi minyak AS dalam bulan Maret naik ke 10,47 juta barel per hari (bph). Baker Hughes juga melaporkan adanya pertambahan 2 rig dalam periode sepekan yang berakhir tanggal 1 Juni. Ini merupakan kenaikan ketujuh beruntun sehingga total oil drilling rigs di Amerika Serikat mencapai 861, tertinggi sejak Maret 2015. Sejalan dengan meningkatnya produksi minyak AS, Hedge Funds dan manajer investasi lainnya memangkas pertaruhan mereka pada kontrak futures dan options WTI. Menurut laporan Commodity Futures Trading Commission (CFTC), para spekulator melepas 50,937 kontrak hingga menyisakan 370,980 kontrak dalam sepekan yang berakhir tanggal 29 Mei. OPEC turut meningkatkan kekhawatiran pasar dengan mendiskusikan kemungkinan pelonggaran kuota. Arab Saudi dan Rusia dikabarkan berencana melakukan hal itu dengan tujuan untuk menutup kesenjangan yang timbul akibat anjloknya output Venezuela dan potensi dampak sanksi AS atas Iran. Menurut sebuah perkiraan yang dilansir Renaissance Capital, apabila kuota dilonggarkan, maka produsen minyak terbesar Rusia, Rosneft, bisa langsung menambah 70,000 bph dalam tempo dua hari saja. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : RifanFinancindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU | Defisit Neraca Perdagangan Kanada Menyusut, Ditunjang Kenaikan Ekspor6/8/2018 RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Departemen Statistik Kanada pada hari Rabu (6/Juni) merilis data Neraca Perdagangan bulan April yang mengalami penyusutan defisit dari laporan periode sebelumnya. Hal itu dikarenakan lonjakan nilai ekspor yang diikuti oleh penurunan nilai impor cukup signifikan.
Baca juga:
Defisit Trade Balance Kanada bulan April menyempit menjadi -1.9 miliar Dolar, mematahkan ekspektasi ekonom sebelumnya yang memprediksi defisit sebesar -3.4 miliar Dolar. Sebagai perbandingan, neraca perdagangan Kanada di periode sebelumnya mengalami defisit -3.9 milyar. Ekspor Kanada Catat Rekor HighPenurunan defisit neraca perdagangan Kanada sebesar 2 miliar Dolar di bulan April dipicu oleh lonjakan nilai ekspor sebesar 1.6 persen menjadi 48.6 miliar Dolar. Kenaikan tersebut adalah Gain terbesar dalam kurun waktu tujuh bulan. Penurunan pada ekspor pesawat, alat transportasi, dan suku cadang mampu dtutupi oleh kenaikan pada ekspor produk logam dan non-logam, barang konsumsi, serta produk energi. Dalam basis tahunan, ekspor Kanada meningkat 3.1 persen YoY. Ekspor Kanada ke AS dilaporkan naik sebesar 3.2 persen menjadi 36.1 miliar Dolar pada bulan April, sebagian besar disumbang oleh ekspor minyak mentah dan minyak olahan. Laporan untuk ekspor Kanada ke negera lain (selain AS) mengalami penurunan sebesar 3.0 persen menjadi 12.5 miliar Dolar. Baca juga:
Impor Kanada Turun DrastisSetelah mencapai rekor High di bulan Maret, impor Kanada mengalami penurunan 2.5 persen di bulan April menjadi 50.5 miliar Dolar. Pelemahan dipicu oleh 8 dari 11 kategori impor yang mengalami kemerosotan. Impor kendaraan bermotor dan suku cadang merosot 5.8 persen menjadi 9.7 miliar Dolar. Penurunan lainnya terjadi pada impor barang konsumsi yang berkurang 4.9 persen, menjadi 10.5 miliar Dolar di bulan April. Sementara itu, terdapat lonjakan pada impor produk energi sebesar 8.5 persen menjadi 3.4 miliar Dolar. Kenaikan impor produk energi itu terjadi lantaran dipicu oleh penutupan sementara kilang minyak di Kanada sepanjang bulan April lalu. Namun demikian, kenaikan impor energi masih bisa ditutupi oleh penurunan impor kendaraan bermotor dan barang konsumsi. Dalam basis tahunan, impor Kanada naik 4.7 persen YoY. Di sisi lain, impor dari Negeri Paman Sam menurun 1.4 persen menjadi 32.5 miliar Dolar, disebabkan oleh rendahnya impor mobil penumpang dan truk. Sementara itu, impor Kanada dari negara lain dilaporkan turun 4.3 persen menjadi 18.0 miliar Dolar di bulan April. Baik data ekonomi Kanada maupun AS, keduanya dirilis positif malam ini. Alhasil, USD/CAD bergerak cukup volatil pada pembukaan sesi New York tadi. Meski demikian, secara perlahan Loonie menguat dan kini (pukul 20:39 WIB) diperdagangkan pada level 1.2870. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
PT RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Ekonomi Australia berekspansi lebih cepat dari perkiraan akibat kenaikan ekspor. Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB/GDP) Australia menguat di level yang lebih baik dari ekspektasi, dan mengkonfirmasi proyeksi RBA yang optimis terhadap kenaikan GDP. dalam pertemuan kemarin Dolar Australia pun melonjak sekitar 0.25 persen terhadap Dolar AS.
GDP Australia Naik Berkat Peningkatan EksporLaporan Biro Statistik ABS Rabu (06/Jun) pagi ini menunjukkan GDP Australia yang naik 1 persen dari kuartal sebelumnya, lebih tinggi daripada ekspektasi kenaikan 0.9 persen. Dalam basis year-on-year, GDP Australia naik 3.1 persen, juga lebih tinggi daripada ekspektasi kenaikan 2.8 persen. Baca juga:
Penguatan GDP ini merupakan hasil dari lonjakan ekspor Australia sebanyak 2.4 persen. Porsi kontribusinya mencapai setengah dari keseluruhan terhadap GDP Australia. Ekspor Australia sukses membalikkan penurunan yang terjadi tahun lalu. Penyumbang utamanya adalah peningkatan di sektor gas alam. Tercatat ada kenaikan signifikan dalam pengiriman gas alam Australia berkat proyek-proyek besar yang sudah daring (Online). Forecast RBA TerkonfirmasiData pada hari ini mengonfirmasi optimisme Bank Sentral Australia (RBA) yang diterbitkan kemarin. "Data ekonomi terbaru Australia sejalan denngan perkiraan bank sentral untuk kenaikan dalam pertumbuhan GDP, yang rata-rata akan mencapai (sedikit di atas) 3 persen pada tahun 2018 dan 2019," papar Gubernur RBA Philip Lowe kemarin, tepat setelah pengumuman kebijakan moneter. RBA menunjukkan kepuasannya akan suku bunga rendah. Mereka memproyeksikan cukup banyak peningkatan ekonomi yang terjadi atas kesesuaian tingkat suku bunga saat ini. "Kondisi bisnis pun positif dan investasi bisnis non pertambangan menunjukkan peningkatan. Naiknya level investasi infrastruktur pemerintah, turut memberi dukungan bagi perekonomian. Pertumbuhan ekspor yang lebih kuat pun terproyeksi," sambung Lowe.Baca juga:
Meski demikian, analis DailyFX David Cottle menuliskan, kenaikan GDP yang tidak diiringi dengan potensi kenaikan suku bunga RBA membuat penguatan Dolar Australia rentan terhadap penguatan Dolar AS. Bank Sentral AS (The Fed) diproyeksi kuat akan menaikkan suku bunganya bulan ini, dan hal itu dapat menambah energi bagi bull Dolar AS. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka )Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Poundsterling naik tajam terhadap Dolar AS dan Euro pasca laporan PMI Jasa Inggris sore ini (05/Jun). Survei oleh IHS Markit yang mengambil porsi terbesar kedua dalam pertumbuhan ekonomi Inggris tersebut menunjukkan bahwa aktivitas di sektor jasa melonjak cukup tinggi pada bulan Mei.
Baca juga:
PMI Jasa Inggris Jauh Di Atas Ekspektasi Indeks PMI Jasa Inggris untuk bulan Mei berada pada level 54.0, naik dari level 52.8 pada bulan April. Selain itu, angka tersebut juga lebih tinggi daripada ekspektasi di 52.9. Hal ini menandai bahwa sektor jasa melanjutkan pemulihan pasca referendum Brexit, serta berhasil keluar dari penurunan akibat cuaca dingin ekstrim yang melanda Inggris di bulan Maret lalu. IHS Markits menyebutkan bahwa dampak buruk dari cuaca ekstrim telah memudar dan mengangkat aktivitas kerja baru. Responden survei tersebut juga mencatat bahwa strategi penerapan harga yang kompetitif, investasi bisnis yang meningkat, dan peluncuran produk baru yang mereka lakukan sukses mendongkrak Volume penjualan selama satu bulan lalu. Baca juga:
"Laporan aktivitas jasa pada bulan Mei meningkatkan keyakinan kami bahwa pertumbuhan GDP Inggris akan menunjukkan pemulihan di kuartal kedua. Gangguan cuaca cukup terjadi di kuartal pertama," kata Samuel Tombs, Kepala Ekonom Pantheon Macroeconomics yang diikutip dari PoundsterlingLive. "Angka rata-rata dari PMI manufaktur, konstruksi, dan jasa di kuartal kedua sejauh ini masih konsisten dengan kenaikan GDP yang 0.3 persen dalam basis kuartalan, ..." tambah Tombs. Poundsterling Menguat PesatMerespon laporan PMI Jasa Inggris yang menguat lebih baik dari proyeksi, GBP/USD melonjak dari 1.3335 ke 1.3378, atau hampir setengah persen. Sementara itu, EUR/GBP jeblok ke level 0.8736 dari 0.8787. Dibayangi Ketidakpastian BrexitKendati demikian, analis masih melihat adanya risiko penurunan pasca kenaikan Poundsterling dalam beberapa hari terakhir, terutama terhadap Dolar AS. "Lingkup kenaikan Pound dalam jangka pendek tampaknya akan terpangkas oleh perkembangan Brexit yang kurang memuaskan di bulan depan. Besar kemungkinan kesepakatan penting antara Inggris dengan Uni Eropa tidak tercapai dalam pertemuan yang akan datang," tutur Lee Hardman, analis MUFG. Hardman menekankan bahwa meskipun menguat, Poundsterling masih dibayangi oleh ketidakpastian Brexit dan kekecewaan pasar akan batalnya kenaikan suku bunga BoE bulan lalu. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : RifanFinancindo Sumber : seputarforex Baca juga :
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Dolar AS tampil beragam terhadap mata uang-mata uang mayor di awal pekan ini, Senin (04/Mei). Terhadap Yen, Dolar AS tampak flat di level tinggi yang terbentuk pasca laporan NFP akhir pekan lalu. Sedangkan terhadap mata uang-mata uang lain seperti Euro dan Dolar Australia, Dolar AS menunjukkan pelemahan.
Baca juga:
NFP Bawa Dolar AS Menguat Versus YenSaat berita ini ditulis, USD/JPY diperdagangkan pada level 109.64. Akhir pekan lalu, usai data Non Farm Payroll (NFP) AS dirilis, USD/JPY melonjak dari angka 108.72 ke 109.21. Non Farm Payroll AS tercatat bertambah sebanyak 223,000 lapangan pekerjaan di bulan Mei, di atas ekspektasi penambahan sebesar 189,000 pekerjaan. Sebagai perbandingan, NFP AS bulan April hanya mencatatkan pertambahan 159,000 pekerjaan. Meskipun demikian, ketidakpastian risiko politik global diperkirakan masih akan menjadi halangan bagi Oulook jangka pendek Dolar AS terhadap mata uang safe haven seperti Yen. "Laporan Ketenagakerjaan AS dan data-data terbaru lainnya menunjukkan kuatnya fundamental negara tersebut. Dolar AS pun terbantu untuk pulih dari pelemahannya akibat aksi penghindaran risiko. Meski demikian, ketidakpastian terkait pertemuan antara AS dengan Korea Utara minggu depan masih akan mengancam penguatan Dolar AS," kata Shin Kadota, ahli strategi dari Barclays Tokyo. Baca juga:
Dolar AS Lemah Versus Euro Dan AussieApiknya data NFP rupanya tak berhasil membuat Dolar AS unggul terhadap Euro. Mata uang single currency itu minggu lalu diinjak-injak oleh Dolar AS dan mata uang mayor lainnya gara-gara masalah politik Italia. Namun kali ini, Euro berhasil mendulang kenaikan. EUR/USD mencetak kenaikan 0.2 persen ke angka 1.1685 saat berita ini ditulis. Minggu lalu, para investor mengkhawatirkan risiko yang diakibatkan oleh wacana Pemilu Italia lebih awal. Namun, pasar dapat bernapas lega di akhir pekan karena partai-partai anti Uni Eropa dan presiden Italia akhirnya mencapai kesepakatan sementara. Meskipun masih dibayangi ketidakpastian, setidaknya kemungkinan dilaksanakannya Pemilu Italia lebih awal telah memudar. Dari sini, Euro pun mendapat angin untuk menguat terhadap mata uang mayor lainnya. Namun, analis Kadota memperingatkan tentang rapuhnya penguatan Euro saat ini. "Meskipun kekhawatiran terhadap kondisi politik Italia agak mereda, tetapi inti perhatiannya adalah bahwa perekonomian AS masih jauh lebih baik daripada Eropa, inilah yang akan menjadi beban bagi Euro," katanya. Kuatnya NFP juga tak mampu mendorong Dolar AS dalam menghadapi Dolar Australia. Pagi tadi, mata uang yang disebut Aussie tersebut mendapat kekuatan dari kenaikan Penjualan Ritel Australia untuk bulan April. Saat berita ini ditulis, AUD/USD tampak masih melanjutkan reli ke posisi 0.7630, jauh meninggalkan Low 0.7562 yang terbentuk di awal sesi perdagangan hari ini. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
PT RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Pengeluaran Konsumen AS meningkat signifikan di bulan April dengan laju tercepat dalam kurun waktu lima bulan terakhir, semakin menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal kedua mendapat momentum kembali setelah pertumbuhan moderat di awal tahun. Sementara itu, laporan Inflasi inti PCE terus menjaga gain kenaikan hingga berada dekat target The Fed. Kabar positif inipun semakin diperkuat oleh penurunan Jobless Claims AS yang lebih baik dari ekspektasi.
Baca juga:
Departemen Perdagangan AS pada hari Kamis (31/Mei) merilis data Belanja Konsumen yang meningkat 0.6 persen di bulan April, sekaligus melewati ekspektasi ekonom dalam sebuah jajak pendapat sebelumnya yang memprediksi kenaikan 0.5 persen. Sebelumnya, data bulan Maret direvisi naik dari 0.4 persen menjadi 0.5 persen. Lonjakan pengeluaran konsumen Negeri Paman Sam bulan April didorong oleh pembelian bensin dan bahan bakar yang meningkat cukup signifikan pada bulan lalu. Pembelian barang tahan lama juga mencatatkan kenaikan 0.9 persen, dan pengeluaran terhadap layanan dilaporkan naik 0.5 persen karena peningkatan belanja barang rumah tangga. Baca juga:
Inflasi Inti PCE Masih Dalam Jalur KenaikanInflasi terus meningkat setelah laporan data Core Personal Consumption Expenditures (PCE) yang naik 0.2 persen pada bulan April, mencatatkan gain untuk bulan ketiga secara beruntun. Dalam basis tahunan, Core PCE meningkat 1.8 persen atau sedikit berada di bawah target 2 persen Fed. Pengeluaran Konsumen dan produksi industri yang cukup positif, memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi yang solid pada kuartal kedua tahun ini. Ekonom memprediksi, ekonomi Negeri Paman Sam akan tumbuh di atas 3.0 persen pada periode April–Juni, lebih baik dibandingkan gain kuartal pertama. Jobless Claims Mingguan AS TurunDalam laporan terpisah, Departemen Tenaga Kerja AS merilis data klaim pengangguran yang menurun di bawah ekspektasi. Jumlah warga AS yang mengajukan aplikasi tunjangan pengangguran tercatat turun 13,000 menjadi 221,000 klaim, menurut perhitungan yang berakhir pada 26 Mei.Angka tersebut berada cukup jauh dari ekspektasi ekonom yang memprediksi Jobless Claims akan finish di kisaran 234,000. Perhitungan untuk wilayah California, Kansas, Virginia, Maine, Hawaii, Puerto Rico and the Virgin Islands telah sesuai dengan ekspektasi pada minggu lalu. Jumlah rata-rata selama empat pekan tercatat naik 2,500 menjadi 222,250 klaim. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca juga :
|
Archives
September 2021
Categories |