PT Rifan Financindo - Jakarta Sejumlah pengusaha nasional, influencer, vlogger dan youtuber berkumpul di kawasan Jenderal Sudirman. Mereka hadir dan akan berbagi cerita sukses di acara Indonesia Future Fest 2019.
Sejumlah pengusaha yang hadir antara lain CEO Bukalapak Achmad Zaky, CEO Bosowa Erwin Aksa, Komisaris Utama Bosowa Erwin Aksa, kemudian Presiden Direktur Visi Media Asia Anindya Bakrie dan sejumlah pengusaha nasional lainnya. Selain itu, hadir juga sejumlah influencer seperti Ardinhai (beauty vlogger), Fatya Biya (beauty vlogger), Tiara Eve (nood cosmetic), Joshua Suherman, Merry Riana. Lalu, ada pula Edward Tirtatinata (CEO Kopi Kenangan). Baca Juga :
Tak hanya itu, acara ini juga diisi Audy Item, Andien, Yovie Nuno, Mantan penyanyi cilik, Joshua Suherman, salah satu pengisi acara tersebut mengaku, saat ini membuat perusahaan yang bergerak di bidang komedi. Dia mengatakan, membuat perusahaan tersebut lantaran besarnya permintaan tapi masih sedikitnya pasokan yang tersedia. "Demandnnya besar banget, aspek kesenian mencampur komedi di dalamnya. Demandnya besar, tapi supplynya belum bnyak," katanya di FX Sudirman Jakarta, Jumat (29/3/2019). Acara ini digelar mulai hari ini, Jumat (29/3/2019) bertempat di FX Sudirman Jakarta. Festival ini mengusung konsep masa depan Indonesia di tahun 2045. Future Fest 2019 terselenggara selama 3 hari hingga Minggu (31/3/2019). Acara ini berlangsung di beberapa lantai di pusat perbelanjaan tersebut. Ada sejumlah acara di festival ini, seperti talk show, job fair, creative market, artist performance, dan lain sebagainya. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : finance.detik PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo
0 Comments
Rifanfinancindo - Dolar Selandia Baru terjun bebas versus mata uang mayor lain setelah pengumuman suku bunga dan Statement Bank Sentral RBNZ yang lebih dovish dari forecast sebelumnya. Penurunan tajam Dolar Kiwi tercermin dari pergerakan pair NZD/USD yang saat ini diperdagangkan pada kisaran 0.6799, anjlok hingga 100 pips lebih dari harga pembukaan harian di area 0.6902.
Pada hari Rabu (27/3), Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) mempertahankan suku bunga acuan di level 1.75 atau tidak berubah dari bulan sebelumnya. Rilis suku bunga tersebut telah sesuai dengan ekspektasi pasar, tapi market mover sebenarnya terletak pada Statement resmi RBNZ yang lebih dovish dari ekspektasi pasar. Baca Juga :
Outlook Suku Bunga RBNZBank Sentral Selandia Baru memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level rendah, sebagai langkah dalam menyikapi perlambatan ekonomi global dan melemahnya momentum pengeluaran domestik. RBNZ menggarisbawahi bahwa perlambatan ekonomi China yang notabene mitra dagang utama negaranya, mungkin akan berpengaruh cukup besar terhadap perekonomian Selandia Baru. Hal itulah yang mendasari RBNZ menyatakan bahwa pergerakan suku bunga di bulan-bulan mendatang akan cenderung turun. Statement bernada dovish itu langsung memicu aksi sell-off Dolar New Zealand yang selama beberapa minggu terakhir reli bullish terhadap Greenback. "Kami mengharapkan suku bunga rendah yang berkelanjutan dan peningkatan pengeluaran pemerintah dan investasi, guna mendukung pertumbuhan ekonomi tahun 2019. Suku bunga rendah dan pertumbuhan lapangan kerja yang terus membaik diharapkan bisa menyokong pengeluran rumah tangga dan investasi bisnis," kata Gubernur RBNZ, Adrian Orr, dalam sebuah pernyataan di Wellington pagi ini. Risiko perlambatan ekonomi global memang sudah semakin terlihat nyata, dan sentimen bisnis yang suram terus membebani pengeluaran domestik di Selandia Baru. Tetapi, hal ini juga memiliki sisi positif, dimana tingkat inflasi dapat naik lebih cepat apabila perusahaan menaikkan upah di tengah pasar tenaga kerja yang dinilai cukup kokoh. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Financindo - Pada perdagangan Asia hari Rabu (13/3), harga minyak tercatat bergerak stabil dan berada di dekat level tertinggi sejak November 2018. Kokohnya harga minyak tercermin dari pergerakan Brent yang kini berada di kisaran $66.79 per barel, berpotensi melanjutkan reli yang sudah berlangsung dalam beberapa hari terakhir. Pergerakan serupa juga terlihat pada minyak WTI yang saat ini diperdagangkan pada kisaran $57.15 per barel.
Baca Juga :
Faktor-Faktor Yang Mendukung Reli MinyakPerlu diketahui bahwa harga minyak mencatatkan gain cukup signifikan sepanjang tahun 2019. Tidak tanggung-tanggung, emas hitam ini telah naik lebih dari 20 persen sejak bulan Januari. Kenaikan harga minyak tersebut karena OPEC dan negara-negara mitranya memangkas output guna mengerem kemerosotan harga yang terjadi pada akhir tahun lalu. Tidak hanya itu, outlook harga minyak semakin bersinar setelah muncul kabar bahwa Arab Saudi berencana kembali memangkas ekspor minyak mentahnya hingga di bawah 7 juta bph (barel per hari) pada bulan April mendatang. Langkah itu diambil setelah Arab Saudi menurunkan output hingga di bawah 10 juta bph. Rencana tersebut terkuak melalui pernyataan pejabat Saudi pada hari Senin (11/3). Faktor lain yang mendukung harga minyak minggu ini datang dari ekspektasi penurunan produksi minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya, yakni kurang lebih sebesar 12.5 juta bph. Data ini berdasarkan laporan dari Energy Information Administration (EIA) pada hari Selasa kemarin. Di samping itu ekspektasi pelaku pasar terhadap persedian minyak mentah AS pada perhitungan hingga 8 Maret, ikut menyokong harga minyak. Forecast persedian minyak mentah AS yang akan dirilis nanti malam adalah bertambah sebesar 3 juta barel, lebih sedikit dibandingkan lonjakan persediaan 7 juta barel pada periode sebelumnya. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo - Data ekonomi berdampak medium yang dirilis AS pada hari Jumat (22/Maret), rupanya cukup diperhatikan oleh para investor. Lonjakan angka Existing Home Sales AS tak mampu membuat Dolar AS menguat terhadap Yen. Pasalnya, data Manufaktur Preliminary yang menurun lebih mengkhawatirkan pasar.
Para pelaku pasar khawatir, lemahnya data tersebut akan menjalar lebih luas ke sektor ekonomi AS yang lain. Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk memiliki Yen sebagai safe haven. Selain itu, yield obligasi US Treasury juga mensinyalkan kekhawatiran akan terjadinya resesi. Baca Juga :
Saat berita ini ditulis, pelemahan USD/JPY tampak sangat signifikan. Pair tersebut jatuh 0.85 persen ke 109.908. Padahal dua hari sebelumnya, USD/JPY juga sudah jeblok hingga 0.69 persen dari level tinggi 111.9. "Pemulihan yang terjadi pada Yen bukanlah akibat penguatan ekonomi Jepang, melainkan karena arus (permintaan) safe haven," kata Alfonso Esparza, Senior Currency Analyst di OANDA. Existing Home Sales AS MeroketExisting Home Sales AS untuk bulan Februari 2019 naik pesat 11.8 persen. Dengan kata lain, ada 5.51 juta unit rumah yang terjual di Amerika Serikat. Peningkatan tersebut membalas penurunan ke 4.93 juta pada bulan sebelumnya, dan melebihi ekspektasi kenaikan ke 5.1 juta. Data ini adalah yang tertinggi dalam 11 bulan terakhir, serta menjadi kenaikan bulanan terbesar sejak Desember 2015. Flash PMI Manufaktur Dan Non Manufaktur AS Turun Akan tetapi, gemilangnya data perumahan AS tak terjadi di sektor manufaktur. Data PMI Manufaktur AS versi IHS Markit merosot dari 53 ke 52.5 pada bulan Maret 2019. Perolehan tersebut meleset dari ekspektasi kenaikan di 53.6, sekaligus menjadi yang terendah sejak bulan Juni 2017. Kondisi yang hampir sama juga terjadi pada data PMI Non Manufaktur. Masih dari versi IHS Markit, aktivitas di sektor Jasa AS turun dari 56 menjadi 54.8 di bulan Maret 2019. Meski demikian, data terbaru itu masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan penurunan konsisten yang terjadi di kuartal terakhir 2018.( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo Rifanfinancindo - Jakarta Aplikator ojek online (ojol) Grab mengusulkan agar tarif untuk ojol sebesar Rp 2.000 per kilometer (km). Hal tersebut menimbang studi tim independen Grab. Menurut studi itu, menunjukkan 71% konsumen hanya mampu menoleransi kenaikan pengeluaran sebanyak Rp 5.000. "Salah satu studi independen terkini menunjukkan bahwa sekitar 71% konsumen hanya mampu mentoleransi kenaikan pengeluaran kurang dari Rp 5.000. Dengan demikian, dengan jarak tempuh rata-rata konsumen sebesar 8,8 km per hari, berarti kenaikan tarif yang ideal adalah maksimal Rp 600 per kilometer atau maksimal naik menjadi Rp 2.000 per kilometer," kata Head of Public Affairs Grab Indonesia, Tri Sukma Anreianno dalam keterangan tertulis, Jumat (22/3/2019). Baca Juga :
Dia menuturkan, Grab sendiri berkomitmen untuk memberi dampak positif untuk pelaku industri transportasi. Maka dari itu, Grab berharap aturan ojol yakni Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019 dan turunannya dapat memberikan titik temu bagi semua pihak yang terlibat di dalam ekosistem transportasi daring. Terutama, para mitra pengemudi dan masyarakat luas sebagai konsumen yang akan terdampak langsung dengan kenaikan tarif. "Bila kenaikannya terlalu signifikan, dampaknya akan serta merta dirasakan mayoritas konsumen dari kalangan menengah dengan anggaran transportasi yang terbatas, seperti mahasiswa, pekerja kantoran, dan ibu rumah tangga--akan kesulitan beradaptasi dan cenderung beralih ke moda transportasi lain yang lebih terjangkau," tutupnya. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : finance.detik Rifan Financindo - Jakarta Setelah dibuka menguat pagi tadi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bertahan di zona hijau. Pada jeda siang ini IHSG masih menguat. Nilai tukar rupiah pagi ini berhasil memukul balik dolar Amerika Serikat (AS). Pagi ini dolar AS berada si posisi Rp 14.098, turun jauh dibanding hari sebelumnya Rp 14.230. Membuka perdagangan Kamis (21/3/2019), IHSG melanjutkan penguatan 14,08 poin (0,2%) ke 6.499,27. Indeks LQ45 juga bertambah 1,602 poin (0,16%) ke 1.020,942. IHSG melanjutkan penguatan di jeda siang. IHSG naik 6,266 poin (0,10%) ke level 6.488,976. Indeks LQ45 juga naik 1,338 poin (0,13%) ke 1.021,725. Baca Juga :
Perdagangan bursa saham Asia bergerak mayoritas hijau pagi ini. Berikut pergerakannya:
Sementara saham-saham yang masuk jajaran top losers antara lain Gudang Garam (GGRM) turun Rp 1.800 ke Rp 88.200, Unilever Indonesia (UNVR) turun Rp 700 ke Rp 49.025, Transcoal Pacific (TCPI) turun Rp 440 ke Rp 4.110, dan Mandom Indonesia (TCID) turun Rp 225 ke Rp 16.450. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : finance.detik PT Rifan Financindo - Dalam perdagangan hari Senin ini (18/Maret), volatilitas Poundsterling jatuh drastis dan pasangan mata uang GBP/USD diperdagangkan dalam kisaran sangat sempit dekat level 1.3291. EUR/GBP naik 0.33 persen ke level 0.8541 pada awal sesi Eropa, sementara GBP/JPY cenderung stabil di sekitar level 148.16.
Sedikit sekali berita yang bersifat market mover bagi Sterling dalam hari ini. Namun, telah muncul sejumlah rumor mengenai syarat-syarat yang akan diajukan Uni Eropa sebelum menyetujui penundaan deadline Brexit. Salah satunya, Uni Eropa dikabarkan ingin agar Inggris membuka kemungkinan diadakannya referendum Brexit kedua. Baca Juga :
Terkait dengan itu, Bruno Waterfield dari media The Times melaporkan bahwa PM May telah diberitahu oleh para pejabat Uni Eropa kalau penundaan Brexit harus memperhitungkan penyelenggaraan referendum kedua. Lengkapnya, Uni Eropa mengharapkan penundaan tersebut harus digunakan oleh Inggris untuk memutuskan antara penyelenggaraan referendum kedua mengenai Brexit, membatalkan Brexit, atau membatalkan rencana pemerintah Inggris untuk keluar dari pabean tunggal Uni Eropa. Opsi tetap tinggal dalam lingkup pabean tunggal menyiratkan kondisi "Soft-Brexit" yang ditentang oleh kelompok anti-Uni Eropa dalam parlemen Inggris, demikian pula opsi pembatalan Brexit. Dengan demikian, opsi penyelenggaraan referendum kedua memiliki probabilitas tertinggi untuk disetujui. Spekulasi mengenai berbagai opsi tersebut hanya akan terhapuskan apabila PM Theresa May berhasil membujuk anggota parlemen Inggris untuk meratifikasi draft rencana kesepakatan Brexit yang telah disusunnya, dalam pekan ini. Karena dengan disetujui draft itu berarti pelaksanaan Brexit tetap pada tanggal 29 Maret 2019. Di luar rumor tersebut, pertemuan tingkat tinggi para pejabat Uni Eropa pada tanggal 21-22 Maret mendatang, bakal diamati oleh para trader GBP. Presiden European Council, Donald Tusk, telah menyatakan bahwa ia akan berkonsultasi dengan para pemimpin Uni Eropa lainnya sebelum penyelenggaraan event tersebut, dan memohon agar mereka mempertimbangkan penundaan dalam jangka panjang jika Inggris merasa membutuhkannya. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo Rifanfinancindo - Dolar AS terus tertekan terhadap mata uang mayor lain pada perdagangan hari Senin (18/3), tercermin dari pergerakan indeks DXY pada pukul 10:44 WIB berada di kisaran 96.49, melanjutkan penurunan sebesar 0.81 persen yang terbentuk di minggu lalu.
Pelemahan Indeks DXY tersebut sekaligus mengantarkan Dolar AS menuju level paling rendah 2 pekan. Greenback tercatat melemah cukup signifikan terhadap Sterling, yang didorong oleh kabar bahwa opsi no deal Brexit akan dikesampingkan. Di samping itu, Dolar AS juga melemah terhadap mata uang komoditas seperti AUD, NZD, dan CAD, di tengah kembalinya risk appetite dan reli harga minyak dalam beberapa waktu terakhir. Baca Juga :
Pasar mencatat, kondisi fundamental AS dalam beberapa minggu terakhir cukup mengecewakan setelah rilis data output manufaktur Februari yang melemah dua bulan berturut turut. Di samping itu, rilis tingkat inflasi di tingkat konsumen maupun produsen berada di bawah ekspekasi. Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed MeningkatRentetan rilis data ekonomi yang mengecewakan, meningkatkan prospek pemangkasan suku bunga Fed pada akhir tahun 2019 mendatang. Fed Fund Futures bahkan memperkirakan probabilitas sebesar 40 persen untuk penurunan suku bunga tahun ini, melonjak tajam dibandingkan data bulan Januari yang nyaris nol persen. "Fokus (pasar) adalah seberapa dovish Statement The Fed nanti. Saya mendapat kesan bahwa pelaku pasar sudah agak terlalu jauh mengharapkan penurunan suku bunga. Akan tetapi, skenario seperti itu (pemangkasan suku bunga) akan dikesampingkan apabila nanti sebagian besar pejabat The Fed masih mengharapkan kenaikan suku bunga tahun ini," kata Ayako Sera, ekonom pasar di Sumitomo Mitsui Trust Bank. Selain itu, Yield Obligasi AS juga tertekan akibat serangkaian rilis data ekonomi AS yang mengecewakan. "Imbal hasil obligasi 10-tahunan AS ditutup di bawah 2.6 persen, yang merupakan kejadian kedua sepanjang tahun 2019.... Jika tetap berada di bawah level tersebut secara berkelanjutan, maka ini akan menjadi yang pertama sejak Januari 2018," kata Chotarto Morita, kepala strategi di SMBC Nikko Securities. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Rifan Financindo - Dolar New Zealand sempat meroket sekitar 0.70 persen ke level tertinggi pada 0.6858 terhadap Dolar AS pada awal sesi Eropa hari Jumat ini (15/Maret), setelah data Purchasing Managers' Index dirilis melampaui ekspektasi. Saat berita ditulis, pergerakan pasangan mata uang NZD/USD terkoreksi tipis ke level 0.6853, tetapi agaknya sentimen pasar belum terusik oleh kabar serangan teroris sayap kanan terhadap jamaah dua masjid di Christchurch.
Berdasarkan hasil survei Purchasing Managers' Index (PMI), Business NZ melaporkan bahwa performa sektor manufaktur New Zealand mengalami kenaikan dari 53.7 menjdi 53.1 pada bulan Februari 2019. Angka indeks di atas ambang 50 mengindikasikan iklim bisnis yang masih ekspansif di kawasan tersebut, sehingga meningkatkan optimisme pasar menjelang rilis data GDP Kuartal IV/2018 pada pekan depan. Selain itu, data PMI meredam kekhawatiran mengenai dampak perlambatan ekonomi China terhadap New Zealand. Baca Juga :
Sementara itu, sebuah berita tragis merebak dari Christchurch, salah satu kota terbesar di New Zealand sekaligus pusat bisnis dan ekonomi di South Island. Sejumlah teroris bersenjata menyerang dua masjid sehingga mengakibatkan sedikitnya 49 korban tewas, dan menayangkan aksi mereka melalui media sosial. Serangan itu merupakan insiden penembakan massal terburuk yang pernah terjadi di negeri ini sejak tahun 1943, tetapi agaknya tak terlampau berpengaruh terhadap perdagangan mata uang hingga saat berita ini dipublikasikan. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan financindo | Produksi Industri China Mengecewakan, Dolar Australia Dan Kiwi Tumbang3/15/2019 PT Rifan Financindo - Mata uang Dolar Australia melemah nyaris 0.5 persen pada kisaran 0.7061 versus Dolar AS, setelah rilis data produksi industri China yang meleset dari ekspektasi. Pasangan mata uang NZD/USD juga tergelincir sekitar 0.3 persen ke level 0.6838 dalam perdagangan sesi Asia hari Kamis ini (14/Maret). Di antara major pairs, Aussie dan Kiwi merupakan dua mata uang yang paling rentan terdampak oleh perlambatan ekonomi China. Pasalnya, apabila permintaan atas komoditas yang jadi bahan baku industri dan konsumsi China menurun, maka harga komoditas berpotensi merosot lagi, sementara pendapatan ekspor Australia dan New Zealand juga bakal berkurang. Tadi pagi, laporan produksi industri China hanya menunjukkan kenaikan 5.3 persen (Year-on-Year) dalam bulan Februari 2019. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 5.7 persen pada periode sebelumnya, serta berada di bawah estimasi kenaikan 5.5 persen. Baca Juga :
Dimitri Zabelin, analis mata uang junior DailyFX, mengungkapkan, "Pertumbuhan yang lebih lambat di China kemungkinan akan terus membebani Aussie yang sentimennya berhubungan erat, bukan hanya karena China merupakan mitra dagang terbesar Australia. Meskipun berita-berita tentang konflik perdagangan antara Beijing dan Washington telah makin kurang diperhatikan dibandingkan risiko jarak dekat lainnya, (tetapi) hubungan yang rapuh antara keduanya bisa jadi masih menggelayuti sentimen bullish bagi AUD." "Turut menambah keraguan publik mengenai kekuatan Aussie, Gubernur RBA Philip Lowe baru-baru ini menyatakan tak ada alasan kuat untuk penyesuaian suku bunga dalam waktu dekat. Meskipun awalnya (RBA) berencana menaikkan (suku bunga) sebagai langkah kebijakan selanjutnya, outlook (ekonomi) telah bergeser menjadi lebih 'seimbang' dengan indeks swap mengindikasikan probabilitas lebih besar untuk pemangkasan suku bunga ketimbang kenaikannya. Hal ini terjadi seiring deflasi yang dialami harga perumahan dan boleh jadi mulai memengaruhi belanja konsumen, (sehingga) berpotensi menggunting alasan yang tersedia untuk menaikkan suku bunga." Ke depan, pelaku pasar akan terus memantau data-data ekonomi China serta perkembangan negosiasi dagang AS-China sebagai dua faktor penggerak Aussie dan Kiwi. Di samping itu, naik-turunnya sentimen risiko pasar sehubungan dengan ketidakpastian Brexit dan indikasi perlambatan ekonomi global, juga bisa memengaruhi kedua mata uang antipodean itu. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo |
Archives
September 2021
Categories |