Rifan Pekanbaru - Pasar keuangan menanggapi serius proses awal kesepakatan Brexit. Perdana Menteri Theresa May menandatangani surat permohonan resmi untuk memulai Article 50 yang menjadi awal perpisahan Inggris dari Uni Eropa (UE). Surat tersebut disampaikan kepada Presiden Uni Eropa, Donald Tusk, oleh Tim Barrow, utusan tetap Inggris untuk kawasan UE.
Ini berarti Inggris akan keluar dari Uni Eropa pada 29 Maret 2019, menjelang pemilu Parlemen Eropa pada bulan Mei tahun depan. Namun demikian, proses Inggris keluar dari Uni Eropa masih membutuhkan waktu. Dengan kata lain masih ada kewajiban dan peraturan yang harus dipenuhi dan dilakukan oleh kedua belah pihak. Pemimpin Uni Eropa mengatakan, Inggris tidak bisa sepenuhnya keluar dari Uni Eropa, tapi harus tetap hingga tahun 2022. Beragam pernyataan dan komentar muncul dari berbagai kalangan yang terkait. Ada pernyataan seolah bernada ancaman, pernyataan ini datang dari Pejabat Eropa, Jean Claude Juncker, dimana ketua Komisi Eropa ini mengatakan, keputusan Inggris untuk keluar dari kawasan Eropa adalah "pilihan mereka, namun suatu hari mereka akan menyesal". Bahkan media berbahasa Inggris TheGuardin, Rabu 29/3/2017, melaporkan anggota parlemen Eropa akan melakukan resolusi dan hak veto untuk menggagalkan harapan Britania, Inggris. Sebuah dokumen yang bocor ke TheGuardin, mereka bersumpah bahwa Inggris tidak akan diberikan kesepakatan untuk melakukan perdagangan bebas dengan Uni Eropa, selama dua tahun kedepan. Dan proses transisi keluarnya Inggris setelah 2019 bisa lebih dari tiga tahun. Selama proses transisi, Inggris masih berada dibawah yurisdika pengadilan Eropa. Bahkan Angela Merkel telah menolak salah satu tuntutan utama dari Brexit yang telah disampaikan Perdana Mentri Theresa May. Sementara parlemen Inggris telah berulang kali menegaskan bahwa kesepakatan perdagangan bebas yang komprehensif bisa dilakukan dalam dua tahun sesuai dengan Perjanjian Roma. Bahkan dalam suratnya, PM Theresa May bersikeras bahwa meninggalkan Uni Eropa akan berarti meninggalkan yurisdiksi pengadilan Eropa di Luxembourg. Saat ditanya mengenai biaya perpisahan dan tagihan,Theresa May memberikan jawaban, Inggris akan membayar biaya tagihan, tapi tidak mengatakan sebesar 52 Milyar Pound Sterling. Setelah melemah sampai 1.2376 diperdagangan kemarin, hari ini GBP/USD di buka pada 1.2432. Lembaga Riset dan Keuangan Bank of America (BoA) mengeluarkan outlook terbaru Sterling. Kamal Sharma, strategis mata uang di lembaga ini mengatakan, "Tampaknya pasar puas pada kemampuan Inggris dan Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan komprehensif". Kamal Sharma mengatakan, April merupakan musim positif bagi Sterling untuk rally. Tapi negosiasi Brexit selanjutnya bisa membatalkan rally Sterling.(Mbs-rifan financindo berjangka) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
September 2021
Categories |