PT Rifan Financindo - Pada hari Kamis (11/April), Departemen Statistik China merilis data inflasi konsumen (CPI) yang tercatat naik ke 2.3 persen YoY di bulan Maret. Angka tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya, dan lebih tinggi dari rilis bulan Februari yang 1.5 persen YoY. Peningkatan CPI China kali ini sekaligus menjadi kenaikan Year-over-Year paling pesat sejak Oktober 2018.
Dalam waktu bersamaan, Departemen terkait juga merilis inflasi produsen (PPI) China yang naik 0.4 persen YoY pada bulan Maret. Sama seperti rilis CPI, laporan ini sesuai dengan forecast ekonom sebelumnya, dan lebih baik dari kenaikan 0.1 persen YoY selama periode Februari. Perlu diketahui, perekonomian China dalam beberapa waktu terakhir sedang disorot pelaku pasar, karena muncul tanda-tanda kerusakan yang dipicu oleh perang dagang selama berbulan-bulan dengan AS. Perlambatan aktivitas ekonomi China telah memaksa pemerintah negeri Tirai Bambu melakukan intervensi guna meredam perlambatan lebih lanjut. Alhasil, beberapa rilis data ekonomi China yang lain mencatatkan rebound, seperti data CPI dan PPI di atas, juga PMI Manufaktur yang kembali ke jalur ekspansi. Baca Juga :
Dalam rilisan World Economic Outlook terbarunya, IMF mengungkapkan bahwa ekonomi China diproyeksikan tumbuh 6.3 persen pada tahun 2019, lebih tinggi dari forecast sebelumnya yang sebesar 6.2 persen. Meskipun demikian, pasar memandang bahwa perekonomian China tetap melambat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan 6.6 persen pada tahun lalu, saat ekonomi China mencatat kinerja terburuknya dalam kurun waktu 28 tahun terakhir. Untuk proyeksi tahun 2020, IMF memilih untuk menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China dari 6.2 persen menjadi 6.1 persen saja. ( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
September 2021
Categories |