RIFANFINANCINDO PEKANBARU - Dolar AS melemah lagi terhadap Yen Jepang pada hari Selasa (06/Mar) sore ini. Dolar AS melemah, setelah sempat menunjukkan kenaikan di sesi perdagangan pagi tadi. USD/JPY tampak menuju level 106.02 saat berita ini ditulis, tergelincir dari level tinggi 106.46 yang tercapai sebelumnya.
Baca juga:
Dolar AS melemah ke level rendah 16 bulan terhadap Yen pekan lalu sehubungan dengan rencana kebijakan Trump tersebut, karena ditakutkan dapat memicu perang dagang. Namun, menanggapi penguatan USD/JPY yang terjadi pagi tadi, Teppei Ino, analis untuk Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ di Singapura, sudah memperkirakan bahwa penguatan tersebut terlalu kecil untuk dapat memberikan sinyal bahwa downtrend sudah berakhir. "Ada sedikit kelegaan yang timbul di pasar dan perubahan (sentimen) menjadi risk-taking," kata Ino seperti yang dikutip oleh Reuters. Selain itu, Dolar AS juga masih berpotensi melemah terhadap Yen maupun mata uang-mata uang mayor lainnya karena kekhawatiran investor akan rencana- rencana kepemimpinan Trump yang dapat menekan mata uang AS tersebut. Yen mendapat energi tambahan untuk membuat Dolar AS melemah pada hari Jumat lalu, ketika Kuroda memberikan isyarat adanya prospek untuk keluar dari kebijakan akomodatif begitu target inflasi tercapai. Namun, Yen tak begitu bereaksi terhadap pidato Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) hari ini, yang mengatakan bahwa ada penuruan risiko pada proyeksi inflasi bank sentral. Target 2 persen yang disasar BoJ diperkirakan akan tercapai pada akhir tahun fiskal 2020. Baca juga:
Dolar AS Melemah Namun Dapat Menguat Dalam Jangka MenengahDi sisi lain, Dolar Kanada masih memelihara loss-nya terhadap Dolar AS hingga hari ini. USD/CAD diperdagangkan di angka 1.299, stabil di level tinggi yang terbentuk kemarin. Pelemahan Dolar Kanada terimbas dari rencana kebijakan Trump, yang merupakan rencana sang Presiden untuk mendesak NAFTA, khususnya Kanada dan Meksiko, agar segera melakukan renegosiasi pakta perdagangan bebas yang telah disepakati pada tahun 1994. "Pasar harus bekerja keras, karena perang dagang akan memengaruhi Dolar AS," kata Jane Foley dari Rabobank. Foley menambahkan bahwa, meskipun dalam jangka pendek hal ini (kebijakan Trump) negatif bagi Dolar AS, ada argumen yang mengatakan bahwa dalam jangka menengah, dapat menjadi positif bagi Dolar AS karena dapat mengancam pertumbuhan negara-negara berkembang. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifanfinancindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
0 Comments
RIFAN FINANCINDO PEKANBARU | Indeks PCE AS Naik Di Bulan Januari, Personal Spending Melambat3/5/2018 RIFAN FINANCINDO PEKANBARU - Harga barang dan jasa di tingkat konsumen individual AS mencatatkan kenaikan selama periode Januari. Kenaikan ini merupakan yang terbesar dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, sehingga semakin memperkuat pandangan jika Inflasi akan meningkat cukup signifikan tahun ini.
Data Inflasi PCE (Personal Consumption Expenditure) bulan Januari yang dipublikasikan oleh Departemen Perdagangan AS pada hari Kamis (1 Maret), tercatat naik 0.4 persen, yang merupakan pertumbuhan bulanan terbesar sejak September 2017. Hasil ini tercatat menyusul kenaikan 0.1 persen pada periode Desember. Dalam rentang 12 bulan terakhir, Indeks PCE mencatatkan kenaikan 1.7 persen. Sedangkan bila tidak memasukkan sektor makanan dan energi, indeks PCE yang dilabeli sebagai Core PCE ini berhasil naik 0.3 persen di bulan Januari, menjadi kenaikan terbesar sejak periode yang sama tahun lalu. Pada periode sebelumnya, data ini setelah naik 0.2 persen. Secara basis tahunan, Core PCE terangkum naik 1.5 persen. Baca juga:
Tingkat Inflasi yang meninggi, membuat harga barang dan jasa Negeri Paman Sam ikut terkerek naik. Akibatnya, Personal Spending bulan Januari tercatat menyusut sebesar 0.2 persen. Angka itu menjadi penurunan terbesar sejak Januari 2017 lalu. Meski terjadi penurunan, tetapi pengeluaran konsumen AS secara keseluruhan diprediksi tetap kokoh. Hal ini karena data pendapatan pribadi (Personal Income) naik 0.4 persen di bulan Januari. Raihan ini mengukir kenaikan dengan margin yang sama seperti periode sebelumnya. Baca juga:
Klaim pengangguran AS kembali turun 10,000 menjadi 210,000 klaim, menurut hasil perhitungan yang berakhir pada tanggal 24 Februari. Jumlah itu menjadi rekor paling rendah sejak Desember 1969. Hal ini cukup mengesankan, mengingat Labor Market AS di tahun itu tidak sebesar sekarang. Rilis Jobless Claims malam ini sekaligus mematahkan ekspektasi ekonom yang sebelumnya memprediksi klaim akan meningkat menjadi 226,000 dari 222,000 (direvisi turun menjadi 220k). Jumlah rata-rata klaim dalam empat pekan terakhir turun 5,000 menjadi 220,500 hingga minggu lalu. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA PEKANBARU - Data Purchasing Manager's Index (PMI) sektor Manufaktur dan Non-Manufaktur China yang dirilis hari Rabu pagi ini (28/Februari) menunjukkan kemunduran. Mata uang proxy China di pasar bebas, Dolar Australia, masih mencatatkan kenaikan, tetapi upaya rebound kemungkinan terbatas.
Baca juga:
Terburuk Sejak Juli 2016 Pusat Informasi Logistik China melaporkan bahwa indeks PMI Manufaktur turun dari 51.3 ke 50.3, berdasarkan survey pada bulan Februari. Angka tersebut lebih rendah dari estimasi awal yang memperkirakan kenaikan tipis ke 51.4, serta merupakan indeks PMI Manufaktur terburuk sejak Juli 2016, meskipun posisi di atas ambang 50 masih mengindikasikan ekspansi. Dalam periode yang sama, PMI Non-Manufaktur mengalami kemunduran pula dari 55.3 ke 54.4, di bawah ekspektasi pada 55.0. Menurut Pusat Informasi Logistik China, koreksi ini terjadi lantaran libur panjang tahun baru beberapa waktu lalu, yang membuat banyak perusahaan libur. Baca juga:
Selain itu, Daniel Dubrovsky dari DailyFX memperingatkan bahwa Reserve Bank of Australia telah menyatakan tak ingin tergesa-gesa menaikkan suku bunga, sehingga sentimen pelaku pasar terhadap Aussie lagi-lagi akan tergantung pada minat risiko di pasar modal. Sebagaimana diketahui, sejak pergolakan pasar modal global di awal Februari, Dolar Australia telah beberapa kali menurun, karena terimbas aksi penghindaran risiko saat indeks-indeks saham dunia terguling. ( Mbs-rifan financindo berjangka ) Lihat : PT Rifan Financindo Sumber : seputarforex Baca Juga Di :
|
Archives
September 2021
Categories |